tag:blogger.com,1999:blog-47610320683967723672024-03-18T16:48:22.513+07:00ANALISIS PERTAHANAN DAN ALUTSISTA TNIPerkembangan geopolitik dan geostrategis kawasan regional yang dinamis mengharuskan kita untuk memperbaharui konsep dan strategi pertahanan NKRI. Ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa. Esensinya pengawal republik harus terus digagahperkasakan untuk mempertahankan warisan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Alutsista TNI adalah keniscayaan yang wajib disegarkan, supaya mekar, kekar dan gahar (Jagarin Pane SE MM)
Unknownnoreply@blogger.comBlogger495125tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-82451105464565561702024-02-29T09:25:00.000+07:002024-02-29T09:25:15.964+07:00Belok Kiri Berhenti, Lurus Jalan Terus<p>Indonesia memastikan "harga" negosiasi untuk kelanjutan 2 proyek strategis kerja sama teknologi tinggi alutsista gahar dengan Korsel. Bahasa kiasannya adalah: belok kiri berhenti, lurus jalan terus. Jika negosiasi yang sudah berlangsung lama tetap alot ya belok kiri dulu untuk rehat di rest area. Jika sepakat untuk lurus win-win solution ya jalan terus. Kedua proyek bergengsi dan strategis itu adalah kerjasama pengembangan jet tempur gen 4,5 semi stealth KFX / IFX dan lanjutan kerjasama pembangunan 3 kapal selam jilid 2 Nagapasa Class.</p><p>Untuk program pengembangan jet tempur KFX/IFX start awalnya sudah dimulai sejak masa pemerintahan SBY periode kedua. Cost sharing pendanaannya dibagi tiga pihak. Pemerintah Korsel 60%, KAI (Korea Aerospace Industries) 20% dan Indonesia 20%. Dari kontribusi 20% ini Indonesia menanggung cost sharing US$ 1,5 Milyar, mengirimkan 100 orang insinyur ke Korsel, mendapat 1 prototype IFX dan mendapat jatah produksi 48 jet tempur IFX. Sementara Korsel sendiri akan memproduksi 120 jet tempur KFX. Sesuai perjanjian, produksi massal akan dimulai tahun 2026. Keseluruhan proyek ini bernilai US$ 7,9 Milyar, dan iuran masing-masing pihak dimulai Januari tahun 2016 sesuai Cost Sharing Agreement.</p><p>Baru setahun berjalan, tahun 2017 Indonesia menunda iuran oleh sebab-sebab teknis di lapangan. Tenaga ahli Indonesia mengalami keterbatasan memasuki akses teknologi sensitif. Dalam perjanjian ini PT DI mendapat akses desain, pengembangan prototype, komponen manufaktur, testing dan sertifikasi. Masalahnya adalah jeroan teknologi tinggi jet tempur ini ada yang made in Yues'e. Korsel dan AS punya perjanjian lisensi teknologi, sedangkan Indonesia tidak punya. Korsel kan sekutu AS, sedangkan kita sahabat AS "setingkat dibawah sekutu". Begitu cara pandang Paman Sam.</p><p>Presiden Jokowi berkunjung ke Washington DC 13-14 Nopember 2023 dan menandatangani perjanjian diplomatik terbaik sepanjang sejarah. Yaitu kemitraan strategis skala luas dengan Presiden AS Joe Biden. Momen ini sebenarnya bisa menjadi forum negosiasi diplomasi tingkat tinggi. Agar Indonesia bisa mendapat lisensi teknologi tempur sensitif untuk jet tempur KFX/IFX. Apalagi Indonesia dan AS saat ini sedang dalam tahap perundingan pengadaan jet tempur twin engine F15 Id. Termasuk peran penting geopolitik dan geostrategis Indonesia di Laut China Selatan. AS membutuhkan mitra strategis Indonesia di kawasan ini.</p><p>Beberapa tahun kemudian Indonesia melanjutkan pembayaran cost sharing KFX/IFX meski belum seluruh tunggakan dilunasi. Namun persoalan keterbatasan akses para Insinyur Indonesia dan belum adanya lisensi teknologi tinggi sensitif dari AS menjadi kendala pencapaian sampai saat ini. Kabar baiknya adalah Menlu Retno dan Menlu Korsel disela-sela pertemuan Menlu G20 di Rio de Jeneiro Brazil 21 Februari 2024 yang lalu sepakat untuk melanjutkan kerjasama ini. Kerjasama teknologi ini dalam tataran diplomatik kedua negara adalah penguat hubungan multi dimensi.</p><p>Serial lanjutan kerjasama teknologi kapal selam jilid 2 Nagapasa Class nyatanya harus rehat dulu di rest area "ketidaksesuaian" selama 4 tahun sejak tahun 2019. Seperti diketahui proyek prestisius pembangunan 3 kapal selam Nagapasa Class jilid 1 sudah rampung. Namun tiga kapal selam produk transfer teknologi ini, masing-masing KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405 tidak menunjukkan kinerja optimal sebagai kapal selam tempur. Indonesia sudah berpengalaman mengoperasikan kapal selam sejak tahun 1959 dengan memiliki 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet (sekarang Rusia) dan 2 Cakra Class buatan Jerman.</p><p>Awak Hiu Kencana tahu persis dengan anatomi kapal selam. Diantara ketiga kapal selam itu hanya KRI Alugoro 405 yang dibuat di PT PAL Surabaya yang menunjukkan performansi lumayan. Bagaimana mau meneruskan pembangunan kapal selam ke 4,5,6 jika yang 1,2,3 kinerjanya kurang optimal. Jadi ini yang harus diluruskan lebih dulu. Sesuai permintaan Menhan Prabowo sebagaimana disampaikan Dirut PT PAL Kaharudin Jenod beberapa waktu lalu. Tentu setelah menerima beberapa keluhan operasional dari awak Hiu Kencana. Musibah KRI Nanggala 402 produk Jerman yang di upgrade di Korsel menjadi benchmark utama dalam kinerja operasional Hiu Kencana.</p><p>Dalam pandangan kita kedua proyek prestisius dan strategis ini adalah gerbang untuk mencapai perolehan teknologi tinggi alutsista. Dalam bingkai yang lebih besar perolehan teknologi IFX dan Nagapasa diniscayakan sebagai bagian untuk menguatkan prestasi Indonesia Emas. Negosiasi adalah bagian dari dinamika perjanjian agar semuanya bisa berjalan secara proporsional dan profesional. Nagapasa Class batch 2 semoga bisa berlanjut dan pembangunannya bisa dilaksanakan di galangan kapal selam PT PAL. Soal pengadaan kapal selam herder merek lain bisa paralel, karena kita baru punya 4 kapal selam. Nagapasa Class adalah lanjutan transfer teknologi. Kapal selam herder adalah kebutuhan. Semuanya untuk memenuhi target 12 kapal selam, standar minimal untuk menjaga perairan bawah laut negeri yang luas ini.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane</p><p>Semarang, 29 Februari 2024</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-552079116841905362024-02-18T15:25:00.002+07:002024-02-18T15:25:41.187+07:00Peta Jalan Semakin Terbentang<p>Teritori politik domestik negeri hari-hari ini sedang sibuk dengan dinamika perhitungan hasil Pemilu 14 Februari 2024. Tanpa bermaksud cawe-cawe dalam hingar bingar politik, kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto selama hampir lima tahun ini mampu meletakkan road map percepatan penguatan alutsista. Sekaligus mengembangkan sinergitas pertahanan dengan industri pertahanan. Termasuk menempatkan figur profesional untuk menjadi Leader di BUMN industri pertahanan. Sebagai contoh PT PAL saat ini dibawah kepemimpinan Kaharuddin Jenod tampil sebagai industri pertahanan maritim plat abang yang mulai mendunia. Siapa itu Kaharuddin Jenod silakan tanya Oppung Gugel.</p><p>Industri pertahanan Indonesia matra laut semakin memperlihatkan prestasi dalam kontestasi penyediaan kebutuhan alutsista TNI. Kombinasi antara industri pertahanan berlogo BUMN dan swasta nasional saling menguatkan dalam kerja extra ordinary untuk memenuhi target Kementerian Pertahanan. Seperti dalam pengerjaan modernisasi 41 KRI eksisting, PT PAL sebagai lead integrator mendistribusikan pekerjaan kepada 8 galangan kapal swasta nasional. Saat ini pekerjaan telah rampung 50% dan akhir tahun ini diperkirakan selesai. Upgrade 41 KRI meliputi instalasi peluru kendali anti kapal permukaan, combat management system, repowering mesin dan sistem informasi komunikasi terpadu.</p><p>Jam terbang beberapa galangan kapal swasta nasional sudah teruji dalam pengadaan kapal perang berbagai jenis yang dibutuhkan TNI AL. Misalnya pembuatan 8 kapal cepat rudal little but lethal "Clurit Class", 12 kapal jenis landing ship tank "Bintuni Class", 14 kapal patroli cepat. Termasuk kapal perang trimaran KRI Golok 688 yang fenomenal itu. Dan puluhan kapal patroli berlabel KAL. Saat ini sedang berproses pembangunan 3 kapal perang jenis korvet, 1 kapal perang intelijen bawah air, 2 kapal patroli cepat. Semuanya dikerjakan galangan kapal swasta nasional. </p><p>PT PAL sendiri saat ini sedang menggarap proyek kapal perang prestisius baik untuk keperluan domestik maupun ekspor. Ada pembangunan 2 heavy fregate merah putih untuk TNI AL, ada 2 LPD untuk angkatan laut Filipina, ada 1 LPD untuk angkatan laut Uni Emirat Arab. BUMN matra laut ini sukses membangun 6 kapal LPD, 6 kapal cepat rudal "Sampari Class", 2 korvet "Martadinata Class", 1 kapal selam "Nagapasa Class". Sementara itu di matra darat PT Pindad saat ini sedang menyelesaikan pesanan tank Harimau untuk TNI AD, terus memproduksi panser Anoa dengan versi terkini. Juga panser kanon Badak dan lain-lain. Di matra udara PT DI sedang mengerjakan 6 pesawat NC 212 untuk Filipina, baru saja menyerahkan 5 unit NC212 untuk TNI AU dan memenuhi pesanan CN 235 untuk tiga matra TNI. Pesanan puluhan helikopter berbagai jenis telah diserahkan ke user TNI AU dan TNI AD.</p><p>Figur Prabowo di Kementerian Pertahanan seperti membangunkan kesadaran inspiratif kita. Bahwa penguatan manajemen pertahanan dengan dukungan industri pertahanan adalah sinergitas total. Dan harus cepat. Ketegasan kepemimpinan dan kecepatan proses memang diperlukan karena Indonesia saat ini sedang menghadapi potensi konflik skala besar. Strategi membeli waktu harus mendapat pengawalan dengan manajemen extra ordinary. Waktu yang tersedia tidak lagi berbilang dekade, hanya bilangan tahun. Maka strategi membeli waktu adalah membuat peta jalan percepatan extra ordinary.</p><p>Kita berpacu dengan waktu dan kita harus mempunyai kekuatan militer yang berbanding lurus dengan luas teritori kita. Untuk lima tahun kedepan TNI AL minimal harus mendapat tambahan 6 kapal perang heavy fregate, 5 kapal selam, seratusan tank / panser amfibi, ratusan coastal missile. TNI AU dengan penambahan 42 jet tempur Rafale, masih harus diperkuat dengan minimal 18 jet tempur F15, 36 jet tempur IFX hasil kerjasama teknologi dengan Korsel. Juga penambahan pesawat angkut berat Super Hercules untuk kekuatan 3 skadron. Alutsista lain yang sudah dipesan adalah 24 helikopter Blackhawk untuk TNI AD, 2 pesawat Airbus A400M dan 2 pesawat A330 MRTT untuk TNI AU.</p><p>Peta jalan ke depan semakin terbentang. Dan terang benderang. Setidaknya keberlanjutan program extra ordinary penguatan postur TNI akan semakin berjaya. Termasuk menguatkan industri pertahanan strategis sebagai suplier utama pemasok logistik alutsista TNI. Saat ini kita sedang membangun infrastruktur hardware dan software network centric warfare, membeli satelit deteksi cakupan luas Blacksky, dan membangunbesarkan kekuatan radar GCI. Selain itu mengembangkan banyak skadron UAV di tiga matra TNI, menambah 5 skadron tempur TNI AU, menguatkan skadron intai strategis dengan pesawat AEW peringatan dini dan mengembangkan skadron helikopter Penerbad.</p><p>Sepantasnya Indonesia memiliki kekuatan pertahanan yang sebanding dengan luas wilayahnya. Menuju ke arah pencapaian itu tidak pula dengan jalan santai dan biasa-biasa saja. Karena ancaman sudah nyata. Kita harus berlari cepat untuk mencukupi aset investasi pertahanan yang diperlukan. Tiga tahun terakhir ini sebenarnya kita baru berlari dengan komando tegas. Karena dua tahun sebelumnya wabah Covid mengharubirukan negeri. Semua program pemerintah fokus untuk mengendalikan pandemi. Tiga tahun ini Kementerian Pertahanan bergegas untuk menguatkan benteng teritori. Sat set sat set bunyi perintahnya sembari membentangkan road map modifikasi minimum essential force. Peta jalan pun semakin terbentang. Keterpilihan Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2024 mencerahkan horizon extra ordinary penguatan militer Indonesia. Kita menyambut gembira.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane</p><p>Jakarta, 18 Februari 2024</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com33tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-32485853546023066412024-01-27T07:09:00.000+07:002024-01-27T07:09:19.127+07:00PAL On Going Project<p>Industri pertahanan terkemuka PT PAL Indonesia sepanjang Selasa pekan ini memamerkan unjuk kinerja program strategis Kementerian Pertahanan. Kunjungan Menteri Pertahanan ke PT PAL Indonesia di Surabaya memberikan testimoni dan gambaran kepada khalayak tentang berbagai proyek strategis angkatan laut yang dipercayakan kepada industri pertahanan strategis ini. Semuanya on going project.</p><p>Sajian informasi yang dipergelarkan memperlihatkan berbagai aktivitas PT PAL Indonesia yang saat ini telah dan sedang merekrut banyak tenaga kerja dan ahli perkapalan Indonesia. Sama halnya dengan Dirut PT PAL yang dipercayakan kepada seorang Kaharuddin Djenod. Dia adalah seorang ahli rancang bangun perkapalan yang sudah bekerja mapan dan diakui di Jepang. Kemudian dipanggil pulang Erick Thohir untuk menakhodai PT PAL Indonesia mulai April 2021. Penempatan Djenod di posisinya saat ini adalah keputusan yang sangat cerdas. The right man on the right place, menempatkan sosok profesional pada keahliannya menghasilkan produktivitas dan kinerja yang cemerlang.</p><p>PT PAL saat ini sedang mengerjakan proyek prestisius, yaitu membangun 2 kapal perang terbesar untuk TNI AL. Kapal perang striking force heavy fregate Merah Putih berbobot 5996 ton dengan panjang 140 meter ini akan menjadi uji kemampuan, kecakapan dan teknologi PT PAL paling akbar. Sejauh ini galangan kapal BUMN ini sudah terbukti mampu membangun berbagai jenis kapal perang untuk TNI AL. Seperti kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, landing platform dock, kapal tanker logistik, kapal rumah sakit, korvet 10514 Martadinata Class. Termasuk kerjasama pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan Korsel. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.</p><p>Pada saat yang bersamaan PT PAL baru saja memulai pekerjaan pembangunan 2 kapal perang landing platform dock (LPD) pesanan kedua untuk angkatan laut Filipina. Dalam istilah perkapalan memulai pekerjaan lunas kapal disebut keel laying. Seperti kita ketahui beberapa tahun yang lalu jiran utara yang baik hati ini memesan 2 kapal LPD produksi PT PAL. Kedua kapal perang sudah diserahkan dan ternyata sangat membantu dalam pertempuran di Marawi Filipina Selatan yang terkenal heroik itu. Terutama dalam deploy pasukan, tank dan logistik tentara Filipina. Jadi battle proven neh. </p><p>Manila merasa puas dengan kinerja 2 kapal perang pesanan pertama Tarlac Class. Kemudian memesan 2 unit lagi ke PT PAL. Artinya kita sudah mampu mengekspor kapal perang. Uni Emirat Arab juga sudah sign kontrak efektif pengadaan 1 unit LPD dengan PT PAL. Namanya juga negara sultan, spek yang diinginkan pasti memakai kriteria sultan. Berita ekspor kapal perang ini bergaung luas di media internasional. Sebuah iklan gratis yang menguatkan posisi industri pertahanan Indonesia.</p><p>Proyek strategis yang lain adalah memodernisasi 41 KRI eksisting. Anggaran yang disediakan US$ 900 juta. PT PAL sebagai lead integrator, tidak bekerja sendirian. Ada beberapa galangan kapal swasta nasional yang mendapat kepercayaan untuk proyek ini. Bagian penting dari refurbishment 41 KRI adalah memasang infrastruktur tempur dengan peluru kendali surface to surface. Pilihannya adalah memakai rudal Atmaca buatan Turkiye dengan jarak tembak 220 km. KRI yang mendapatkan instalasi perkuatan peluru kendali ini adalah Parchim Class (12 KRI), Fatahillah Class (3 KRI), FPB (10 KRI). Informasi soal rudal ini yang kemudian menjadi topik pembicaraan kalangan forum militer tanah air. Dari pabrikannya di Turkiye ada kabar bahwa Indonesia sudah memesan 45 rudal Atmaca. Diam-diam jalan terus rupanya.</p><p>Parchim Class seperti kita ketahui adalah korvet anti kapal selam. Korvet ini dibeli bekas dan borongan dari inventori angkatan laut Jerman Timur tahun 1993. Pemasangan rudal Atmaca tentu semakin menggagahkan posturnya yang sering wira wiri patroli di perairan Natuna. Demikian juga dengan korvet Fatahillah Class yang sebelumnya punya rudal Exocet Blok 2 yang sudah expired. Instalasi rudal Atmaca akan mengembalikan marwahnya sebagai KRI pemukul dengan kekuatan peluru kendali. Selain instal rudal, program upgrade KRI eksisting meliputi repowering, pembaharuan teknologi tempur, sistem navigasi dan komunikasi, combat management system. Basis semuanya adalah Network Centric Warfare.</p><p>Untuk Martadinata class (2 KRI), Bung Tomo Class (3 KRI) dan Diponegoro Class (4 KRI) saat ini sudah memiliki infrastruktur tempur dengan rudal Exocet Blok 3. Sementara 8 kapal cepat rudal Clurit Class 40 meter buatan galangan kapal swasta nasional sudah mempunyai rudal C705 buatan China. 6 kapal cepat rudal 60 meter buatan PT PAL beberapa diantaranya sudah dipasang rudal. Upgradenya untuk sistem navigasi dan komunikasi. Selain program strategis diatas sebenarnya ada beberapa program PT PAL Indonesia sudah "siap tayang". Misalnya membangun kapal LHD (kapal induk helikopter) dan kapal selam mini tanpa awak. Sementara ini tahan diri dulu untuk menyelesaikan on going project, termasuk melanjutkan program Nagapasa Class jilid dua.</p><p>Pencapaian prestasi monumental PT PAL Indonesia saat ini dalam perspektif kita merupakan keberhasilan based on manajemen profesional. Tentu dengan dukungan penuh Kementerian Pertahanan. Sangat wajar kita mengapresiasinya karena BUMN ini mampu menguatkan dan menunjukkan sinergitas internal dan koordinasi eksternal.Termasuk mengelola pergulatan kepentingan antar pihak yang memang selalu ada dalam bisnis korporasi. Menjadi lead integrator bersama 9 galangan kapal swasta lainnya untuk upgrade 41 KRI tentu banyak pergulatan manajemen didalamnya. Harapan besar kita semoga semua program strategis ini dapat diselesaikan sesuai target waktu. Semuanya untuk menguatkan Jalesveva Jayamahe.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 26 Januari 2024</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com52tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-11544760753514827732024-01-04T08:31:00.002+07:002024-01-04T08:31:34.698+07:00Blunder Cawapres Satu<p>Sekarang tidak ada perang, untuk apa beli alat perang. Begitu pernyataan Cawapres Satu di Soreang Bandung Rabu 3 Januari 2024 dalam acara Temu Gus dengan para petani. Pernyataan beli alat perang dengan utang padahal tidak ada perang, lebih baik beli alat pertanian dengan utang, adalah pernyataan blunder. Pernyataan ini kemudian dibantah pada hari yang sama oleh Nurul Arifin anggota Komisi 1 DPR dengan menyebut filosofi Si Vis Pacem Parabellum. Jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dengan melihat kondisi geopolitik kawasan saat ini yang sedang memanas, mau tidak mau Indonesia harus menguatkan investasi pertahanan.</p><p>Kita tidak ingin masuk wilayah politik meskipun pernyataan Cawapres Satu terkait politik Pilpres untuk mengambil hati simpati pemilih. Namun jangan sampai kemudian khalayak salah persepsi perihal perkuatan alutsista TNI yang sedang berlangsung saat ini berdasarkan framing dan penggiringan opini. Semua harus berdasarkan fakta historis dan fakta terkini. Maka perlu kita jelaskan secara rinci berdasarkan fakta on the spot, fakta di lapangan.</p><p>Awal era reformasi kondisi alutsista kita sangat memprihatinkan bersamaan dengan gejolak GAM, ricuh di beberapa daerah dan embargo alutsista oleh AS dan sekutunya. Ketika gejolak GAM menghebat di Aceh tahun 2000-2004, TNI dengan segala keterbatasannya menggunakan jet tempur Hawk untuk mengebom, dan tank Scorpion untuk menggempur GAM. Tiba-tiba Inggris bereaksi keras agar Hawk dan Scorpion buatan dia tidak boleh digunakan di Aceh. Inggris ini sudah dua kali memperlihatkan arogansinya soal alutsista kepada Indonesia. </p><p>Sebelumnya di era tahun 1990an ketika Indonesia membeli 40 jet tempur Hawk dari Inggris. Pada pengiriman gelombang terakhir secara ferry, 4 Hawk yang diterbangkan pilot Inggris ditinggalkan begitu saja di Bangkok Thailand. Alasannya keputusan London menghukum Jakarta karena peristiwa Santa Cruz di Dilli Timor Timur tahun 1991 yang menewaskan ratusan orang. Akhirnya pilot TNI AU yang menerbangkan pesawat Hawk itu sampai Soewondo AFB (Polonia) di Medan setelah berkoordinasi dengan otoritas Thailand.</p><p>Embargo AS karena kasus Santa Cruz menyebabkan 10 jet tempur F16 TNI AU kekurangan suku cadang. Hanya 2 unit yang ready for use dengan memanfaatkan suku cadang kanibal. Pada saat yang bersamaan tahun 2002-2007 konflik Ambalat dengan Malaysia memanas. Sebagai akibat Sipadan Ligitan lepas dari Indonesia karena keputusan Mahkamah Internasional. Suatu ketika 4 pesawat Bronco TNI AU melakukan patroli udara diatas Sipadan Ligitan, Malaysia kemudian mengerahkan 3 jet tempur F5E untuk mengusir Bronco. Jelas kalah kelas, F5E membawa rudal dan kecepatan supersonic dibanding Bronco yang baling-baling dan tak punya rudal. </p><p>Kemudian Juli 2003, 2 jet tempur F16 TNI AU melakukan aksi "bonek" dengan mendatangi rombongan kapal induk AS di Bawean yang sedang menuju Australia. Pasalnya ada manuver 5 jet tempur F18 Super Hornet yang membahayakan penerbangan sipil di Surabaya, Makassar dan Denpasar. Bayangkan 2 jet tempur F16 kita dikeroyok 5 jet tempur Super Hornet AS. Namun mereka akhirnya patuh. Pemerintah Indonesia menaruh perhatian serius soal insiden Bawean dan embargo alutsista. Presiden Megawati kemudian mengambil langkah cepat dengan membeli 4 jet tempur Sukhoi dari Rusia. Hanya dalam hitungan bulan 4 jet tempur Sukhoi datang dan ikut memeriahkan HUT TNI 5 Oktober 2003.</p><p>Presiden SBY pernah mengunjungi menara suar Karang Unarang di Ambalat dengan beberapa KRI Maret 2005. Tiba-tiba pesawat Malaysia datang dan terbang rendah dengan bermanuver mengejek. Dalam tata krama diplomatik peristiwa ini merupakan penghinaan. Betapa arogansinya jiran sebelah manakala kekuatan alutsista kita sedang melemah waktu itu. Kasus Ambalat ini kembali membakar semangat nasionalis patriotik Indonesia. Gema ganyang Malaysia menggema. Sayangnya militer kita waktu itu kalah daya dengan jiran sebelah. Untuk angkatan udara Malaysia punya segerobak jet tempur yaitu 18 Sukhoi, 8 Hornet, 18 Mig 29, 16 F5E. Bandingkan dengan Indonesia kita yang hanya punya 4 Sukhoi tanpa senjata, 10 jet tempur F16 dan 12 F5E dalam kondisi diembargo.</p><p>Dengan pertimbangan analisis intelijen, geostrategis dan geopolitik kawasan, Presiden SBY kemudian membuat program strategis menguatkan militer Indonesia. Program strategis ini dikenal dengan Program MEF TNI (minimum essential force), dimulai tahun 2010. Saat ini kita sudah berada di MEF jilid tiga 2020-2024. Perkuatan alutsista TNI sudah meningkat secara signifikan meski belum sampai pada kekuatan minimal yang dibutuhkan. Secara defacto Indonesia saat ini mengontrol penuh seluruh perairan Ambalat dengan kehadiran patroli 4-5 KRI bergantian bersama pesawat patroli TNI AU.</p><p>Dinamika dan provokasi di Laut China Selatan (LCS) selama sepuluh tahun terakhir dengan klaim ten dash line alias "lidah naga" China kembali menyentak kita. Natuna harus kita perkuat. Keputusannya adalah membangun pangkalan militer tiga matra di pulau garis depan itu. Provokasi China di perairan ZEE Natuna semakin menjadi-jadi. Eksploitasi Migas di Blok Natuna Timur Laut diganggu oleh kapal coast guard China dengan back up kapal perangnya. Bahkan "ditungguin" berminggu-minggu. Indonesia kemudian mengirim kapal Bakamla dan KRI ke lokasi yang sama. Pernah terjadi electronic warfare di tengah laut. Kapal perang kita dari Parchim Class dijamming sehingga melumpuhkan kemampuan deteksi dan komunikasi. Akhirnya pulang ke pangkalan.</p><p>Program MEF adalah untuk mencukupi kebutuhan minimal gizi alutsista TNI. Kementerian Pertahanan saat ini sedang bergeliat dengan program extra ordinary. Kita sedang berpacu dengan waktu karena iklim Indo Pasifik sedang menuju konflik skala besar dan paling mematikan. Basis dari semua konflik ini adalah rivalitas antara AS dan China. Bahasa framingnya mengaduk adonan panas yang bernama Selat Taiwan, LCS dan Panmunjom Korea untuk mengajak, merangkul dan memusuhi. Diplomasi militer Indonesia yang tidak bersekutu dengan siapapun adalah dengan membangun kekuatan militer yang sebanding dengan luas wilayah. Ini sejalan dengan pembangunan ekonomi kesejahteraan. Pembangunan ekonomi dan infrastruktur mendapat prioritas terbesar dan utama. Kita bisa melihat hasilnya sejak era Presiden SBY dan Jokowi.</p><p>Semuanya seiring sejalan. Ekonomi kesejahteraan bertumbuh, saat ini PDB Indonesia ada di urutan 16 besar dunia, masuk grup elite G20. Rasio Hutang ada di 39% dari PDB, sebuah rasio yang berada di jalur aman. Bandingkan dengan Malaysia yang hampir 80% dari PDBnya. Bahwa pembangunan ekonomi adalah untuk investasi kesejahteraan maka perkuatan militer adalah investasi juga, investasi pertahanan. Investasi ini untuk masa guna jangka panjang 25-30 tahun ke depan. Lebih dari itu investasi pertahanan adalah untuk memastikan jalannya eksistensi dan marwah negara. Kekuatan ekonomi dan militer sebuah negara adalah marwah kedaulatan komprehensif. Dan Kita sedang menuju ke arah itu. Semoga Allah meridhoinya.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane, 4 Januari 2024</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com74tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-52118544577230158212023-12-31T10:14:00.001+07:002023-12-31T10:14:32.319+07:00Just Cut Off, Not Stop<p>Anggaran investasi pertahanan Indonesia untuk memenuhi target minimum essential force (MEF) jilid 3 periode tahun 2020 sampai dengan tahun 2024 akhirnya ditutup. Dengan cut off anggaran multi years sebesar US$ 25,7 Milyar. Angka ini merupakan investasi pertahanan dengan jumlah terbesar sejak era konfrontasi Dwikora tahun enampuluhan, dengan penetapan sumber anggaran dari pinjaman luar negeri. MEF adalah program strategis militer Indonesia yang dimulai tahun 2010. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan minimal alutsista yang diperlukan dalam membangun manajemen pertahanan negeri kepulauan yang luas ini.</p><p>Dalam proses sinergitas dan koordinasi antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertahanan, pengajuan anggaran ini sebenarnya sempat menyentuh nilai US$ 34 milyar untuk percepatan perolehan aset alutsista. Karena memang banyak yang harus dipenuhi untuk memenuhi syarat pre emptive strike dan network centric warfare. Perang Rusia dan Ukraina menjadi benchmark terkini untuk model perang modern. Sementara dinamika potensi konflik di kawasan sudah menguat dengan provokasi dan show of force based on rivalitas. Framing yang didengungkan adalah klaim kepemilikan teritori.</p><p>Cut Off anggaran adalah hal yang biasa, karena terkait dengan tahun anggaran. Sebagaimana halnya setiap Laporan Keuangan yang disusun selalu berbasis cut off dan standar akuntansi. Angka 25,7 milyar dolar yang disepakati ini sebenarnya sudah memenuhi kapasitas optimal perjuangan program Kementerian Pertahanan. Toh hanya cut off bukan stop finish. Di periode tahun 2025-2029 akan berlanjut lagi dengan program penguatan alutsista. Jadi setidaknya ambil nafas dulu, dan berkonsentrasi dengan pemenuhan kebutuhan secara bertahap. </p><p>Data dibawah ini menunjukkan program extra ordinary Kemenhan dengan kinerja yang cemerlang. Kerjasama pengadaan alutsista TNI dengan industri pertahanan dalam negeri, dan transfer teknologi dengan industri pertahanan negara lain. Inilah gambaran hasilnya berdasarkan data dari berbagai sumber :</p><p> 1 Korvet VVIP KRI Bung Karno 369 dari GSN*</p><p> 2 Kapal Offshore Patrol Vessel dari GSN*</p><p> 4 Kapal Landing Ship Tank dari GSN*</p><p> 6 Kapal Patroli Cepat dari GSN*</p><p> 1 Kapal Tanker BCM dari GSN*</p><p> 1 KCR Trimaran KRI Golok 688 dari GSN*</p><p> 2 Kapal LPD Rumah Sakit dari PT PAL</p><p> 3 Kapal Cepat Rudal 60m dari PT PAL</p><p> 2 Heavy Fregate Arrowhead 140m PT PAL</p><p> 2 Kapal pemburu ranjau dari Jerman</p><p> 2 Kapal selam serbu</p><p> 2 Kapal PPA dari Italia</p><p> 2 Kapal fregate Fremm dari Italia</p><p> 1 Kapal submarine rescue dari Inggris</p><p> 1 Kapal hydro oceanografi dari GSN*</p><p>42 jet tempur Rafale dari Perancis</p><p>12 jet tempur Mirage dari Qatar</p><p> 6 jet latih tempur T50 dari Korsel</p><p> 3 pesawat latih KT-1 Wong Bee dari Korsel</p><p> 2 pesawat Falcon 8x dari Perancis</p><p> 2 Pesawat MRTT A400M dari Airbus</p><p> 2 Pesawat MRTT A330 dari Airbus</p><p> 5 Pesawat Super Hercules dari AS</p><p>13 Radar GCI Thales dari Inggris</p><p>12 Radar pasif Vera Ng dari Ceko</p><p> 6 Pesawat amfibi CL515 dari Kanada</p><p> 4 Pesawat CN235 MPA dari PT DI</p><p> 9 Pesawat NC212 dari PT DI</p><p> 2 Satbak Rudal SAM Nasam dari Norwegia</p><p> 3 Satbak Rudal SAM MR dari Turki</p><p> 3 Satbak Rudal SAM LR dari Turki</p><p> 3 Satbak Rudal Khan S to S dari Turki</p><p>12 UCAV Anka dari Turki</p><p>12 UCAV Bayraktar dari Turki</p><p>14 UAV Scan Eagle dari AS</p><p> 9 Helikopter Bell 412 Epi dari PT DI</p><p> 8 Helikopter EC725 Cougar dari PT DI</p><p>24 Helikopter Black Hawk dari AS</p><p> 1 Infrastruktur NCW* dari Yunani</p><p>18 Tank Harimau dari Pindad</p><p>23 Panser Badak dari Pindad</p><p>22 Panser Pandur (Cobra) dari Ceko</p><p>15 Ranpur Bushmaster dari Australia</p><p>50 Ranpur Komodo dari Pindad</p><p>50 Panser Anoa 3 dari Pindad</p><p> Program upgrade untuk 41 KRI eksisting</p><p> Program jet tempur KFX/IFX dengan Korsel</p><p>Keterangan:</p><p>*GSN : Galangan Kapal Swasta Nasional</p><p>*NCW: Network Centric Warfare</p><p>Kita patut mensyukuri program extra ordinary Kementerian Pertahanan ini dengan dukungan penuh Kementerian Keuangan dan Bappenas. Sementara Cut Off dulu, mampir di Rest Area. Bukan berhenti berinvestasi pertahanan karena masih banyak yang harus dipenuhi. Si vis pacem parabellum, jika ingin damai, bersiaplah untuk perang.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane, 31 Desember 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com40tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-28454605896705348192023-12-22T08:39:00.004+07:002023-12-22T08:39:41.400+07:00Menguji Proporsionalitas Potensi Konflik LCS<p>Vietnam memperlihatkan kecerdasan diplomatiknya dalam menjalankan diplomasi bambu. Hanoi menjalankan percaturan politiknya dengan menjalankan dua langkah kuda berurutan selama tiga bulan terakhir ini. Bulan September 2023 yang lalu Vietnam menyambut kedatangan Presiden AS Joe Biden dengan karpet merah di Hanoi. Tiga bulan berikutnya, 12 Desember 2023, Vietnam menyambut kedatangan sahabat tradisionalnya, tetangga besarnya Presiden China Xi Jinping. Diplomasi bambu adalah arahan politik luar negeri Vietnam untuk para diplomatnya agar lentur dan fleksibel namun kokoh dalam prinsip menyikapi dinamika geopolitik kawasan.</p><p>Sementara itu tanggal 13 Nopember 2023 Presiden Indonesia Joko Widodo mendapat sambutan hangat dari Presiden Joe Biden di White House Washington. Pertemuan ini menghasilkan perjanjian kualitas puncak yaitu kemitraan komprehensif strategis Indonesia-AS. Setingkat dibawah kriteria Sekutu. Ini adalah kunjungan bilateral penting Presiden Indonesia yang sebelumnya mendapat mandat dari negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang baru melaksanakan konferensi darurat di Riyadh Arab Saudi. Amanatnya adalah menyampaikan Resolusi OKI agar AS menekan Israel untuk menghentikan perang brutal di Gaza Strip. Dari Washington Presiden Jokowi terbang ke San Fransisco untuk menghadiri KTT APEC 14-16 Nopember 2023.</p><p>Rentang perbatasan teritori darat dan perairan Vietnam dan China adalah yang terluas. Dalam peta geopolitik ASEAN posisi Vietnam berada di garis depan berhadapan dengan teritori daratan China dan klaim China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut China Selatan (LCS). Negeri Nguyen ini adalah yang paling banyak tensi "naik darahnya" berkonflik dengan China. Tahun 1974 Vietnam, waktu itu masih bernama Vietnam Selatan terlibat pertempuran laut yang sengit di kepulauan Paracel LCS. China sukses memukul mundur Vietnam. Kemudian Februari tahun 1979 China melakukan invasi 9 hari ke perbatasan utara Vietnam. Invasi China sebagai reaksi kemarahan Paman Mao atas perilaku hegemoni Vietnam terhadap Laos dan Kamboja yang merupakan "anak asuh" China. Terkini, dalam konflik LCS selama 5 tahun terakhir ini diantara negara ASEAN, Vietnam adalah yang paling banyak bervivere pericoloso alias bersitegang dengan China.</p><p>Apa yang bisa kita maknai dari unjuk kinerja kualitas diplomatik diatas. Bahwa proporsionalitas potensi konflik di LCS sesungguhnya merupakan peta jalan menuju rasionalitas. Untuk lebih mengumandangkan syair sinergitas kerjasama ekonomi kesejahteraan kawasan. Sementara diplomasi militer, gertakan militer dan yang sebangun dengannya termasuk show of force adalah bagian dari bargaining power diplomasi setiap negara untuk menunjukkan akar dari kekuatan diplomasi bambu. Sekuat apapun angin puting beliung menerjang bambu, akarnya cukup kuat bertahan menghadapi gempuran. Itu sebabnya saat ini Vietnam, Filipina dan Indonesia bergerak cepat membangun kekuatan militernya untuk menghadapi angin puting beliung yang suatu saat bisa saja menghantam LCS.</p><p>Skala prioritas potensi konflik Indonesia dengan China sebenarnya lebih rendah kadar tingkatannya dibanding dengan Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunai. Klaim China di LCS yang bersinggungan dengan Indonesia hanya di perairan ZEE Utara Natuna. Sementara ke empat negara ASEAN lainnya "bertarung" dengan China memperebutkan pulau-pulau atol Spratly dan Paracel di perairan yang kaya sumber daya energi fosil itu. Oleh sebab itu dalam pandangan kita duduk perkara klaim China ini, Indonesia harus menempatkannya pada pada kursi keseimbangan rasionalitas berbaju proporsional. Tidak perlu emosional.</p><p>Meskipun demikian menyikapi dinamika demam berkepanjangan di LCS ini sangat wajar dan sangat perlu jika Indonesia bergegas memperkuat otot militer. Antisipasi utama adalah untuk menjaga dan menegakkan kewibawaan teritori negeri di Natuna. Lebih dari itu, yang perlu diketahui khalayak, bahwa sampai dengan hari ini kekuatan militer Indonesia belum sampai pada kriteria kekuatan minimal. Dalam tataran doktrin militer defensif aktif perlu kekuatan minimal yang dipersyaratkan. Kita belum sampai di persyaratan itu. Dan saat ini prioritas penguatan alutsista adalah unuk angkatan laut dan angkatan udara. Syarat utama doktrin pertahanan "berani masuk digebuk" harus memiliki kekuatan pukul yang gahar di matra laut dan udara.</p><p>Dalam uji proporsionalitas potensi konflik di LCS Indonesia tidak boleh terjebak dalam framing proxy war antara dua gajah dan sekutunya. Rivalitas pertarungan perebutan trophy hegemoni antara AS sebagai petahana dan China sebagai kompetitornya,saat ini begitu sengitnya. Saling jegal satu sama lain terlihat jelas dalam semua dimensi pergaulan dan perdagangan internasional. Sampai ke soal teknologi tinggi microchif. Demikian juga dalam adu cerdas berdiplomasi. Dalam kunjungan Presiden China ke Vietnam Desember ini, Xi Jinping terang-terangan menyebut sebagai puncak keberhasilan diplomasi China. Bagi Vietnam kemitraan dengan China yang baru terbentuk ini memberi ruang harapan untuk membangun saling percaya dan meredakan ketegangan di LCS. Bagaimanapun China adalah mitra kerjasama ekonomi terbesar bagi Vietnam.</p><p>Dengan perkembangan diplomatik terbaru ini, Indonesia dan Vietnam termasuk juga Filipina harus bisa menguatkan uji kesepadanan dan ketahanan dalam politik luar negeri dan diplomasi militer. Sejauh ini dalam peta geostrategis militer di ASEAN, AS sukses merangkul Indonesia, Filipina, Malaysia. Berbagai serial latihan militer gabungan seperti Garuda Shield di Indonesia dan Balikatan di Filipina berlangsung dalam skala besar dan berulang. Termasuk latihan militer skala kecil yang melibatkan satuan marinir, batalyon TNI AD, pilot jet tempur dengan militer AS dan Australia. Dalam konteks diplomasi militer berbagai serial latihan gabungan ini berperan sebagai show of force dan mengingatkan pihak sono agar tidak gampang "ngamukan".</p><p>Uji proporsionalitas ini juga bagian dari strategi membeli waktu sembari terus memperkuat taring militer TNI. Kita menempatkan persoalan klaim ZEE Natuna secara proporsional dengan kecerdasan dan kepiawaian berdiplomasi. Tidak terpengaruh oleh framing ajakan permusuhan global salah satu pihak dan persekutuan militer merupakan bagian dari menguatkan posisi dan marwah negeri. Syarat utamanya kekuatan ekonomi dan kekuatan militer harus berkelas. </p><p>Bagaimanapun dalam bingkai kerjasama ekonomi internasional, saling ketergantungan take and give adalah satu-satunya jembatan penghubung yang harus dibesarhebatkan untuk kesejahteraan bersama. Jembatan itu jangan dihancurkan hanya karena persoalan klaim ten dash line dan rivalitas. Mari bercermin pada perang hebat dan melelahkan antara Rusia dan Ukraina, dan perang brutal di Gaza Strip. Mari bercermin dari deraian air mata Ibu dan tangisan anak yang tubuhnya berdarah terkena serpihan amunisi.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 22 Desember 2023</p><p>"Selamat Hari Ibu"</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-76442139448187707762023-12-02T22:35:00.000+07:002023-12-02T22:35:05.465+07:00Selamat Pagi Alutsista 25 Milyar Dolar<p>Tidak ada yang istimewa dengan angka milyaran dolar ini jika kita melihatnya dari perspektif geostrategis, geopolitik dan geosecurity kawasan yang fluktuatif. Ini bukan persoalan gagah-gagahan. Tetapi untuk mempersiapkan kekuatan payung pertahanan teritori. Karena kita kekurangan aset pertahanan yang sebanding dengan luasnya wilayah. Indonesia harus bergegas membangun investasi pertahanan dengan program extra ordinary. Dan itu baru bisa berjalan after pandemi Covid19 yang meluluhlantakkan semua rencana pembangunan ekonomi dan pertahanan. Jadi secara de facto sebenarnya mulai tahun 2022 Kementerian Pertahanan melakukan percepatan pengadaan berbagai jenis alutsista strategis. Dalam upaya memenuhi kriteria minimum essential force.</p><p>Menteri Keuangan kita yang enerjik beberapa hari lalu menjelaskan dengan narasi terang benderang soal pinjaman luar negeri (PLN) untuk membangun investasi pertahanan Indonesia. Kementerian Pertahanan mendapat alokasi anggaran terbesar karena dinamika kawasan yang bergejolak dan prediksi ancaman. Presiden setuju anggaran pembelian alutsista dari PLN ditambah dari US$ 20,75 milyar menjadi US$ 25 milyar sampai dengan tahun 2024. Secara efektif penggunaan anggaran PLN ini dimulai tahun 2022. Praktis hanya 3 tahun untuk mengejar target perolehan alutsista program MEF (minimum essential force) jilid 3 periode 2020-2024. Jadi kesannya seperti shopping every day. Kalau dirupiahkan belanja alutsista kita tiga tahun terakhir ini menyentuh angka 385 trilyun. Spektakuler dan terbesar.</p><p>Mengapa kita harus membeli 12 jet tempur Mirage, mengapa kita harus membeli 2 kapal perang yang sudah dipesan Angkatan Laut Italia. Padahal kita sudah order 42 unit jet tempur Rafale. Kita juga sedang membangun 2 unit kapal perang heavy fregate di PT PAL. Jawabnya karena berpacu dengan waktu dan pertimbangan geosecurity kawasan yang "sudah tidak bisa kembali ke era zero enemy". Kawasan Indo Pasifik next time adalah palagan perebutan hegemoni secara militer antara pemilik status quo dan rivalnya. Baju militer yang sudah digelar ada di tiga hot spot sekaligus, Panmunjom Korea, selat Taiwan dan Laut China Selatan. Natuna adalah pertaruhan harga diri dan marwah teritori Indonesia. Posisinya saat ini terancam dengan beberapa provokasi dan pelecehan di zona ekonomi eksklusif.</p><p>Pernyataan Menhan bahwa kita harus mempersiapkan investasi pertahanan yang kuat agar tidak diremehkan negara lain benar adanya. Dalam perspektif kita kesiapan menguatkan manajemen pertahanan adalah bagian dari diplomasi militer yang harus dilakukan. Apalagi jika melihat ketersediaan aset alutsista yang dimiliki saat ini minim, berkorelasi dengan bentang luas negeri. Bersamaan dengan itu dinamika kawasan semakin memanas. Sambil menunggu kedatangan jet tempur Rafale paling cepat akhir tahun 2026, tahun depan ada isian aset penguat 12 jet tempur Mirage dari Qatar. Demikian juga dengan pembangunan kapal perang heavy fregate yang selesai tahun 2027 ada pengisi kekuatan tambahan tahun depan yaitu 2 kapal perang dari Italia yang dibeli cepat saji. Kita berpacu dengan waktu, dan durasi proses pengadaan alutsista secara normal memerlukan waktu 5-6 tahun sampai barangnya tiba.</p><p>Seperti kita ketahui anggaran setiap kementerian per tahun berdasarkan DIPA ( Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Untuk kementerian Pertahanan selain anggaran based on DIPA, ada juga anggaran khusus pembelian alutsista dari luar negeri yang bersumber pada PLN. Sejak berakhirnya Pandemi mulai tahun 2022, kementerian pertahanan bergegas dengan program extra ordinary. Pengadaan alutsista strategis berbagai jenis digelar. Pesetujuan awal segitiga kementerian yaitu Kementerian PPN/Bapenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertahanan menyepakati jumlah anggaran pinjaman luar negeri untuk beli alutsista sebesar US$ 20,75 milyar. Barusan kemarin Selasa 28 Nopember 2023 ada kesepakatan baru di Istana Bogor. PLN ditambah menjadi US$ 25 milyar. Artinya ketersediaan angggaran untuk pembelian berbagai jenis alutsista strategis seperti 2 kapal selam herder, 2 kapal perang dari Italia dan lain-lain sudah ada.</p><p>Menyambut matahari Desember ceria, apresiasi kita sampaikan kepada Bapenas, Kemenkeu dan Kemenhan atas kinerja koordinasi yang cerdas dan cepat. Wawasan kebangsaan yang out of the box memang diperlukan untuk mengantisipasi konflik masa depan yang embrionya menguat saat ini. Siapa yang menyangka akan terjadi perang hebat antara Rusia dan Ukraina. Tidak ada upaya untuk menghentikannya. Siapa yang menyangka akan terjadi perang brutal di Gaza Strip saat ini. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Penguatan alutsista militer Indonesia adalah untuk memastikan kemampuan pre emptive strike dan rasa percaya diri mengawal teritori. Negeri kepulauan terbesar ini harus memiliki kekuatan pertahanan yang berkelas. Dan itu harus dipersiapkan sedini mungkin. Hari ini, bukan besok. Selamat pagi alutsista 25 milyar dolar.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 3 Desember 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com106tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-38565253840636565822023-11-13T17:13:00.002+07:002023-11-13T17:13:33.941+07:00Bersiaga Penuh Meski Ada Hiruk Pikuk<p>Hiruk pikuk menyambut Pilpres dan Pileg Pebruari 2024 di dalam sebuah rumah gadang yang bernama Indonesia tentu sangat menyita energi anak bangsa. Sehingga bisa saja banyak yang tidak peduli dengan dinamika kawasan yang semakin mengkhawatirkan. Bahkan banyak pula warga bangsa yang tidak tahu ketika malam gelap gulita, ketika ratusan juta penduduk negeri ini terlelap dalam tidur sirkulasi, ada sekian ribu tentara dan sejumlah alutsista bersiaga penuh di seluruh penjuru negeri. </p><p>Di ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) 1, 2, 3 ada belasan KRI menjalankan misi patroli menjaga marwah teritori perairan Indonesia. Puluhan satuan radar TNI AU yang tersebar di pelosok negeri menjadi mata dan telinga republik, mendeteksi segala bentuk ancaman melalui udara. Paralel dengan itu sejumlah jet tempur bersiaga di Air Force Base. Dan sejumlah KRI bersiaga di Navy Base. Indonesia mempunyai banyak lapangan terbang dan pelabuhan laut. Infrastruktur ini sangat mendukung mobilitas pergerakan jet tempur dan kapal perang kita.</p><p>Pasukan TNI AD dengan kekuatan belasan batalyon bersiaga di sepanjang ribuan kilometer border Kalimantan, NTT dan Papua. Demikian juga dengan pasukan marinir TNI AL bersiaga mengawal pulau-pulau terluar Indonesia. Seperti pulau Rondo di ujung Aceh, pulau Berhala di selat Malaka, pulau Nipah di selat Singapura. Juga pulau Miangas dan pulau Marore di Sulawesi Utara, pulau Rote di NTT, pulau Fani dan pulau Fanildo di Papua. Kepulauan Natuna dikawal ketat, Ambalat juga demikian. Sementara di Papua ribuan pasukan gabungan TNI dan Polri melakukan operasi keamanan dalam negeri. Semuanya berjalan di tengah dinamika politik dalam negeri saat ini yang mulai bergemuruh.</p><p>Untuk mendukung kesiagaan termasuk mengantisipasi cuaca ekstrim sangat wajar jika para pengawal republik mempunyai alat pukul palu besi. Bukan alat pukul gebuk kasur. Dan semuanya harus dipersiapkan sedini mungkin. Jangan sampai sudah kemalingan baru pasang teralis besi di jendela rumah. Sudah hilang marwahnya. Misalnya alat pukul analog "gebuk kasur" 41 KRI yang masih berfungsi, ditingkatkan kemampuan tempurnya dengan teknologi digital dan rudal. Program extra ordinary kementerian pertahanan saat ini adalah menguatkan infrastruktur tempur 41 KRI striking force TNI AL.</p><p>Maka kita menyambut gembira kerjasama lintas negara untuk teknologi navigasi dan elektronika dalam rangka kerjasama menggaharkan 41 KRI eksisting. Kementerian Pertahanan sudah menunjuk PT PAL sebagai lead integrator atau kontraktor utama untuk program besar ini. Kemudian PT PAL melakukan kerjasama dengan galangan kapal swasta nasional. Saat ini ada 8 KRI yang sedang "operasi caesar", dibedah jeroannya. Infrastruktur gebuk kasur diganti dengan alat pukul palu besi.</p><p>Untuk teknologi navigasi dan elektronika 41 KRI striking force, perusahaan asal Jerman, Auschutz teken kontrak tanggal 9 Nopember 2023 yang lalu dengan PT Cipta Teknologi Persada Bandung sebagai mitra lokal. Kapal perang yang menjadi obyek penggaharan teknologi navigasi dan elektronika adalah FPB Class, Parchim Class, Fatahillah Class, Clurit Class, Diponegoro Class, Bung Tomo Class dan Martadinata Class. Juga termasuk 4 kapal selam. </p><p>Untuk KRI yang relatif masih baru hanya penambahan sistem navigasi dan komunikasi. Sepertinya Parchim Class dan Fatahillah Class berdasarkan kontrak multi years ini akan diinstal rudal surface to surface (SSM) dan combat management system (CMS). Termasuk repowering dan daya jelajah. Dalam inventory aset TNI AL masih ada 12 unit KRI Parchim Class yang bisa diandalkan dalam armada tempur TNI AL.</p><p>Tipikal teritori perairan Indonesia ini sangat unik. Ada perairan halaman dalam rumah, ada juga perairan halaman luar rumah. Yang halamannya di dalam rumah misalnya laut Jawa, selat Karimata, selat Makassar, selat Bali, selat Lombok, laut Banda. Yang halamannya di luar rumah adalah selat Malaka, laut Natuna Utara, laut Sulawesi, laut Arafuru, samudra Hindia. Meski kita punya halaman perairan dalam rumah, kapal-kapal niaga dan kapal perang asing boleh dan sah melintas di perairan yang disebut ALKI.</p><p>Ada ALKI 1 yang meliputi selat Malaka, selat Sunda, laut Jawa, selat Karimata dan laut Natuna Utara. ALKI 2 meliputi selat Lombok, selat Makassar, laut Sulawesi. ALKI 3 meliputi laut Arafuru, laut Banda, laut Maluku. Untuk mengawal ALKI di perairan dalam rumah, TNI AL sudah mempergunakan kapal perang jenis kapal cepat rudal (KCR) dan kapal patroli cepat (KPC). KCR dan KPC ini semuanya relatif baru dan semuanya buatan dalam negeri. Pertumbuhan KCR dan KPC kita apresiasi karena logistik kesiapan operasionalnya ada di industri pertahanan dalam negeri.</p><p>Sedangkan untuk perairan luar rumah ada Bung Tomo Class, Diponegoro Class, Fatahillah Class, Martadinata Class dan Ahmad Yani Class. Tentu yang dijaga bukan hanya perairan Natuna. Perairan Ambalat dan Arafuru juga harus mendapat perhatian termasuk selatan Jawa. Luasnya area perairan negeri ini mengharuskan adanya ketersediaan kapal perang ukuran besar. Dan secara kuantitas TNI AL memang masih kekurangan kapal perang tonase besar.</p><p>Mengkalkulasi kebutuhan armada kapal perang TNI AL saat ini, selayaknya ada percepatan dalam bentuk penambahan kapal perang baru dan penggaharan KRI eksisting. Namanya juga percepatan ya harus cepat proses dan cepat datang, tahun depan harus sudah datang. Dan 2 unit kapal perang tonase besar yang digadang-gadang dari Italia sudah menjelang datang tahun mendatang. Selamat datang. Kadang-kadang yang belum pernah terpikirkan untuk diundang dalam perspektif kita, malah dia duluan yang datang.</p><p>Dinamika rumah tangga negeri yang berdemokrasi, suasana hangat menjelang pilihan raya dalam konteks politik praktis adalah "pesta argumen, pesta adu simpati" untuk menuju tampuk kekuasaan. Bagaimanapun politik kebangsaan adalah marwah yang tertinggi. Menjaga eksistensi NKRI, menguatkan marwah teritori, menguatkan persatuan dan kesatuan. TNI adalah garda terdepan yang selalu menjaga marwah politik kebangsaan negeri tercinta sepanjang usianya. Silakan hiruk pikuk berteriak di dalam rumah tapi jangan sampai ada yang berantakan di dalam rumah.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 13 Nopember 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com36tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-29098404213859996022023-11-01T16:25:00.001+07:002023-11-01T16:25:26.473+07:00Beli Alutsista Cepat Saji<p>Biasanya dalam iklan baris ada kalimat : BU, dijual cepat. Maksudnya butuh uang, dijual cepat. Tapi khusus untuk membeli kapal perang cepat saji kira-kira analogi bunyi kalimatnya begini : BB, dibeli cepat. Butuh barang dibeli cepat. Kementerian Pertahanan Indonesia kembali melakukan inovasi pembelian alutsista strategis. Inovasi maksudnya adalah berupaya membeli kapal perang yang sudah diorder lebih dulu oleh negara pabrikan. Kabar rencana pembelian cepat saji 2 unit kapal perang PPA dari Italia yang sedang ramai dibicarakan sebenarnya mengikuti pola pembelian 12 jet tempur Mirage dari Qatar. Agar asetnya cepat datang.</p><p>Angkatan Laut Italia sudah memesan 7 kapal perang Pattugliatore Polivalente d'Altura (PPA) atau Multipurpose Offshore Patrol Vessel dari galangan kapal Fincantieri di Italia. Sudah ada 5 unit yang diserahkan ke Angkatan Laut Italia. 2 unit lainnya menyusul. Nah jika Kemenhan RI teken kontrak pembelian, bisa langsung mengambil 2 unit kapal perang yang berbobot 4.900 ton dengan panjang 143 meter. Kemudian pemerintah Italia akan memesan 2 unit lagi ke Fincantieri sebagai penggantinya. Pola ini pernah digunakan Mesir ketika ingin membeli 2 kapal perang cepat saji Fremm Class dari Italia. Angkatan laut negeri Pizza itu sudah memesan 10 unit sebelumnya. Setelah akad jual beli, Mesir mendapatkan 2 unit dan Italia memesan 2 unit lagi ke galangan kapal Fincantieri.</p><p>Situasi Laut China Selatan (LCS) akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Kapal perang China barusan berseteru dengan kapal perang destroyer AS. Masing-masing kapal perang melakukan berbagai manuver berbahaya. Kemudian dengan Filipina, China melakukan upaya blokade logistik, untuk pasukan marinir Filipina yang bertugas di kapal perang LST Sierra Madre. Kapal perang ini sengaja dikandaskan Filipina sejak tahun 1999 di perairan kepulauan Spratly sebagai taktik cerdas Manila. Jadilah Sierra Madre sebagai pos intai garis depan Filipina dan dijaga pasukan marinir. Perkembangan terakhir tidak lagi kapal Coast Guard kedua negara, China dan Filipina yang saling sembur meriam air. Tapi kapal perang kedua negara mulai dikerahkan. China ingin LST Sierra Madre ditarik pulang. Filipina tidak berkenan karena wilayah itu miliknya, sah secara hukum laut internasional.</p><p>Mengapa Indonesia berupaya membeli kapal perang dengan cara "menggunting" orderan negara pabrikan. Jawabnya untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Seperti kita ketahui saat ini PT PAL sedang membangun 2 kapal perang heavy fregate canggih di Surabaya. Durasi penyelesaiannya memerlukan waktu 4-5 tahun. Artinya paling cepat baru pada tahun 2026 kapal perang terbesar ini selesai. Sementara untuk mengantisipasi dinamika LCS yang semakin ruwet mau tidak mau harus ada tambahan ketersediaan kapal perang untuk memperkuat armada TNI AL di Natuna. Apalagi saat ini ada program modernisasi puluhan KRI berbagai jenis. Ini mengurangi ketersediaan KRI yang siap operasi. Program extra ordinary Kemenhan ini adalah untuk mempercepat tambahan aset pertahanan armada TNI AL.</p><p>Alasan pembelian jet tempur Mirage kurang lebih sama. Penyelesaian order 42 jet tempur Rafale perlu waktu 4-5 tahun juga. Paling cepat tahun 2026 jet tempur multi peran ini datang. Masih lama. Maka untuk mengisi tambahan kekuatan skadron tempur TNI AU dengan durasi cepat saji, Indonesia membeli 12 jet tempur Mirage dari Qatar. Prediksi tahun depan Mirage sudah hadir memperkuat skadron tempur TNI AU. Pesawat tempur dari Qatar ini meski bekas, namun durasi jam terbang dan perawatannya masuk kategori "sultan". Dan sudah mendapat restu Perancis untuk dipergunakan pilot-pilot TNI AU. Sekaligus untuk membiasakan operasional jet tempur buatan Perancis.</p><p>Sampai saat ini andalan armada kapal perang TNI AL untuk bisa berwibawa mengawal Natuna bertumpu pada 2 KRI Martadinata Class, 3 KRI Bung Tomo Class dan 4 KRI Diponegoro Class. Hanya 9 KRI ini yang relatif masih baru. Sementara 3 KRI Fatahillah Class buatan Belanda tahun 1982 baru dimodernisasi instrumen tempurnya. Dan 4 KRI Ahmad Yani Class sudah terhitung sepuh buatan Belanda tahun 1967. Sebenarnya TNI AL punya belasan kapal cabe rawit little but lethal yaitu kapal cepat rudal. Namun kapal Clurit Class dan Sampari Class ini lebih pas "bermain" di halaman dalam perairan kita seperti selat Malaka, selat Sunda, laut Jawa dan sekitarnya.</p><p>Melihat potensi kuat ancaman militer China dan karakter ekosistem perairan di Natuna dan LCS, Indonesia secepatnya harus mempersiapkan kapal perang minimal sekelas light fregate. Kapal perang jenis PPA yang ukuran badannya setara heavy fregate bisa menjadi opsi untuk hadir di Indonesia. Meski kita sebenarnya berharap bisa mengakuisisi kapal perang Fremm Class yang punya kemampuan tempur multi dimensi. Kapal perang PPA tidak memiliki kemampuan tempur anti kapal selam. Tapi namanya lagi butuh dan mendesak, tidak ada rotan akar pun jadi. Dan ruang untuk memperoleh Fremm sebenarnya masih terbuka. Termasuk peta jalan untuk mendapatkan 2 kapal selam "herder" masih dalam proses. Khusus untuk penambahan armada kapal selam, sesuai motto Korps Hiu Kencana "Tabah Sampai Akhir". Tabah dan sabarlah, semua akan terpenuhi pada waktunya.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 01 Nopember 2023</p>Unknownnoreply@blogger.com82tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-68570666947769161982023-10-14T13:26:00.003+07:002023-10-14T13:26:52.246+07:00Antara Skala Prioritas Dan Kebutuhan Alutsista<p>Pada sambutan hari ulang tahun TNI ke 78 tanggal 5 Oktober 2023 di Monas Jakarta, Presiden Joko Widodo menyebut skala prioritas penguatan alutsista TNI yang harus sesuai dengan kebutuhan. Dan harus menyesuaikan dengan anggaran negara. Pernyataan ini perlu kita garis bawahi. Sementara seremoni ulang tahun pengawal republik begitu semarak, meriah dan bermarwah. Berbagai atraksi militer digelar mulai dari unjuk kebolehan jupiter team, collibri menari, raungan jet tempur F16 sampai defile parade pasukan dan alutsista memamerkan diri di jalan protokol Jakarta. Sambutan khalayak sangat membanggakan. Inilah satu-satunya institusi negara yang berdasarkan survey mendapat tingkat kepercayaan tertinggi dari masyarakat Indonesia.</p><p>Nah, kalau kita bicara soal skala prioritas penguatan alutsista, semuanya bermuara pada kebutuhan yang mendesak. Karena kebutuhan TNI akan terpenuhinya ketersediaan alutsista tiga matra sampai saat ini belum memenuhi kriteria minimal. Oleh sebab itu sejak tahun 2010 pemerintah membuat rencana strategis lima belas tahun. Namanya program minimum essential force (MEF) TNI. Ini bukan soal mau ada perang atau tidak. Ini soal pemenuhan kebutuhan gizi alutsista. Sekarang sudah memasuki jilid tiga (2019-2024]. Kebutuhan minimal yang menjadi target sampai saat ini belum tercapai. Contoh, ketersediaan 4 kapal selam saat ini belum sebanding dengan luasnya perairan Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia. Belum lagi soal kegaharan kapal selam Nagapasa Class. Negeri Singapura yang mungil saja saat ini sudah memiliki 6 kapal selam canggih dan mempunyai kemampuan detterent effect. Indonesia minimal harus memiliki 8 kapal selam kelas srigala, bukan sekedar kelas anjing kampung.</p><p>Mari kita telusuri fakta soal kekurangan ketersediaan alutsista TNI dalam beberapa hot spot history. Ketika pasukan Indonesia memasuki Dili Timor Timur akhir Desember 1975, penerjunan ratusan pasukan TNI melalui pesawat-pesawat Hercules tidak mendapat perlindungan dari jet tempur. Banyak korban. Dalam kurikulum pertempuran untuk menduduki suatu wilayah harus didahului dengan pengeboman pembersihan. Mengapa tidak ada perlindungan dari jet tempur karena kita kekurangan alutsista ini setelah era jet tempur Mig berakhir. Sementara hibah 23 jet tempur F86 Sabre dari Australia minus persenjataan alias kopongan. Di laut pendaratan pasukan marinir di pantai Dili didahului tembakan meriam beberapa KRI. Yang "membantu" suasana pertempuran adalah iklim sekitar yang mendukung. Pasukan Indonesia menyerbu Timor Timur setelah Presiden AS Gerald Ford meninggalkan Jakarta. Australia pun bilang monggo kerso. Intinya jangan sampai Timor Timur dikuasai Fretilin yang berhaluan komunis, waktu itu.</p><p>Masih di era tahun tujuh puluhan, berdasarkan laporan intelijen, China sedang berupaya mengklaim Natuna sebagai miliknya. Meski waktu itu belum ada nine dash line dan kekuatan militer China masih belum apa-apa. Walaupun belum apa-apa, nyatanya pasukan China berhasil mengalahkan pasukan Vietnam dalam pertempuran laut di kepulauan Paracel Januari 1974. Jakarta menyikapi klaim terhadap Natuna dengan sedikit kepanikan lalu mengirim destroyer KRI Samadikun ke Natuna. Mengapa Jakarta panik karena pada waktu itu di Natuna belum punya alat bantu deteksi atau radar militer. Benar-benar telanjang. Pada saat yang bersamaan kekuatan angkatan laut dan angkatan udara Indonesia sangat terbatas. Beberapa tahun berselang dengan crash program radar militer sudah beroperasi di Natuna.</p><p>Soal Ambalat, semua sudah tahu tentang manuver angkatan laut Malaysia pada saat kekuatan militer Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Benar-benar membuat emosi anak negeri waktu itu antara tahun 2005-2008. Gesekan kapal perang kedua negara membuat hubungan diplomatik terkena elnino panas. Ketersediaan alutsista TNI yang mengalami embargo membuat jiran sebelah merasa diatas angin. Namun setelah program MEF berjalan, penguatan armada angkatan laut dan udara Indonesia semakin meningkat. Saat ini sudah tidak ada lagi provokasi dan manuver kapal perang Malaysia di Ambalat. Meski sebenarnya kekuatan militer Indonesia belum mencapai kriteria minimal yang dibutuhkan. Untungnya pada periode tahun 2010 sampai sekarang Malaysia tidak mengalami pertumbuhan alutsista strategis yang signifikan.</p><p>Program MEF adalah skala prioritas karena kebutuhan minimal alutsista TNI belum terpenuhi. Artinya MEF adalah program mengejar kebutuhan minimal yang diperlukan untuk ketersediaan senjata tentara kita. Luas wilayah negeri ini seluas Eropa, posisinya strategis. Negara kepulauan terbesar ini mestinya mempunyai aset jet tempur dan kapal perang yang memadai sebanding dengan luasnya wilayah. Apalagi saat ini ada ancaman nyata klaim perairan ZEE Natuna. Mari kita sikapi dengan jernih modernisasi militer Indonesia. Bahwa program MEF adalah skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan alutsista minimal yang diperlukan tentara dalam menjaga teritori negara. Oleh sebab itu tidak perlu kaget mengapa selama 4 tahun terakhir penguatan alutsista seperti jor joran. Karena kita berkejaran dengan waktu dan dinamika konflik kawasan. Apalagi karena program MEF periode sebelumnya belum optimal dalam pelaksanaannya. </p><p>Investasi pertahanan selama 4 tahun terakhir menyentuh angka anggaran US $ 25-30 milyar. Dana besar ini untuk pembelian berbagai jenis alutsista strategis dalam rangka membangun manajemen perisai trisula nusantara untuk 25 tahun ke depan. Sekilas terlihat fantastis tapi ini kan untuk membangun investasi pertahanan kita yang tertinggal. Bangunan utamanya menguatkan fondasi tempur AL, AU dan AD based on interoperablity and network centric warfare. Masing-masing matra tidak lagi berdiri sendiri, jalan sendiri, nembak sendiri. Semuanya harus membangun manajemen tempur modern, sinergitas dengan kemampuan teknologi terkini. Semuanya untuk memastikan bangunan pertahanan teritori negeri kuat dan disegani. Sekali lagi ini bukan soal mau perang atau tidak dan kalaupun terjadi perang kita sudah siap. Catatannya kalau militer sebuah negara kuat, negara lain akan berhitung ulang untuk melecehkan teritorinya apalagi ngajak perang.</p><p>Ketersediaan aset alutsista dalam jumlah yang mencukupi hukumnya "fardu kifayah" dan pemerintah adalah penanggung jawabnya. Pemenuhan kebutuhan ini bagian dari upaya preventif, upaya pencegahan, agar negara tidak diremehkan negara lain. Maka soal skala prioritas pemenuhan alutsista TNI adalah kebutuhan, bukan jor-joran, bukan show of force. Ini yang harus kita pahami. Pembangunan kekuatan ekonomi negeri kita terus berlangsung. Sejalan dengan itu perkuatan alutsista TNI juga harus berjalan. Seiring sejalan. Marwah kesejahteraan adalah kemampuan membangun pertumbuhan ekonomi dan sebaran pemerataannya. Sementara marwah eksistensi negeri adalah kemampuan membangun kekuatan pertahanan. Indonesia saat ini menjalankan keduanya dengan semangat menuju Indonesia maju, menuju Indonesia sejahtera. Keduanya adalah skala prioritas dan kebutuhan.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 14 Oktober 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com62tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-40485283876074910352023-09-05T19:00:00.001+07:002023-09-05T19:01:17.050+07:00Menyikapi Peta Baru China "Ten Dash Line"<p>China baru saja mengeluarkan peta baru di Laut China Selatan (LCS), Taiwan dan Utara India. Peta teritorial di selatan yang dijuluki lidah naga menjulur dari Hainan mencaplok dan menyapu bersih seluruh wilayah LCS. Hanya menyisakan 12 mil teritori kedaulatan wilayah perairan negara ASEAN yaitu Vietnam, Indonesia, Malaysia, Brunai dan Filipina. Yang terbaru wilayah utara India di lembah Himalaya dimasukkan menjadi wilayah China. Khusus perairan timur, lidah naga China menyambar perairan selatan Taiwan dan mengubah garis putus-putus nine dash line menjadi ten dash line.</p><p>Menlu Retno Marsudi bereaksi tegas, bahwa Indonesia konsisten dengan aturan konvensi hukum laut internasional UNCLOS 1982 yang sudah diratifikasi lebih 100 negara. Bahwa menarik garis batas apapun harus sesuai dengan kaidah hukum internasional yang telah disepakati. Bengalnya China ini seperti sedang menguji kemarahan diplomatik para tetangganya termasuk India. Apalagi waktu releasenya tanggal 28 Agustus 2023 saat menjelang KTT ASEAN di Jakarta. Termasuk KTT dengan mitra strategisnya, termasuk China juga didalamnya. Saat ini KTT ASEAN sedang berlangsung.</p><p>Artinya China sedang menguji ketahanan diplomasi ASEAN plus India dan Taiwan. Semua negara yang tersinggung dengan peta baru itu serentak mengeluarkan kemarahan diplomatik ke wajah Beijing. Sultan Brunai yang jarang-jarang mengeluarkan pernyataan diplomatik, kali ini bersuara keras menolak. India, Vietnam, Taiwan dan Filipina mengeluarkan pernyataan pedas. Bahasa emak-emaknya kira-kira begini: gak tahu diri lu. Dan seperti biasa China tidak menanggapi serius pernyataan diplomatik itu, kecuali hanya bilang ini peta rutin yang dirilis kementerian sumber daya alam China. </p><p>Masalah tumpang tindih klaim perairan ZEE (zona ekonomi eksklusif) layaknya seperti perselisihan halaman tak berpagar antar tetangga. Misalnya antara Indonesia dan Malaysia, Indonesia dan Filipina, Indonesia dan Vietnam. Perselisihan itu ada dan nyata. Beberapa diantaranya bisa diselesaikan dengan kecerdasan diplomatik. Seperti batas wilayah ZEE Indonesia-Vietnam dan Indonesia-Filipina sudah selesai secara permanen. Soal ten dash line, Indonesia berbeda dengan 4 negara ASEAN lainnya yang tumpang tindih kepulauan Paracel dan Spratly. China tidak mengklaim kepulauan Natuna termasuk teritori kedaulatan perairan 12 mil laut dari pantai. Ten dash line mengambil wilayah ZEE laut Natuna Utara. Padahal di kawasan itu sudah ada ekploitasi migas blok Tuna milik Indonesia.</p><p>Klaim China pada seluruh ten dash line jelas tidak ada dasar hukum internasionalnya. Bikin-bikin peta sendiri, sak karepe dewe, dengan berlindung pada payung justifikasi "historis tradisional" sejarah China. Sangat tidak pantas dan menunjukkan kepongahan. Itu sebabnya meski dirayu China berkali-kali, Indonesia tidak pernah bersedia merundingkan soal ZEE Natuna. Karena jika Indonesia menyetujui itu sama saja mengakui lidah naga China yang menjulur sampai ZEE Natuna. Indonesia sah memiliki hak berdaulat di ZEE Natuna sesuai UNCLOS 1982.</p><p>Sementara itu Indonesia dan Malaysia sampai saat ini masih bersengketa soal batas ZEE di perairan Kalimantan Utara yang populer disebut Ambalat. Bahkan sempat memanas antara tahun 2005 sampai 2010. Saat itu Malaysia merasa diatas angin atas perolehan pulau Sipadan dan Ligitan melalui keputusan Mahkamah Internasional. Kemudian melakukan show of force dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat militer ke Ambalat. Pada saat yang sama militer Indonesia berada dalam kondisi kekurangan alutsista imbas dari embargo militer dari AS dan belum pulih dari krisis ekonomi.</p><p>Kasus Ambalat menjadi pelajaran yang sangat penting untuk kita. Bahwa kekuatan militer sejatinya menjadi kekuatan tawar yang diperhitungkan dalam menjalankan diplomasi antar negara. Malaysia tidak menunjukkan etika bertetangga. Saat itu Malaysia menunjukkan sikap arogansi militer yang berlebihan karena mereka merasa unggul dalam perolehan alutsista. Waktu itu Malaysia memiliki 18 jet tempur Sukhoi, 18 jet tempur Mig29 dan 8 jet tempur F18 Hornet. Semuanya double engine. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya memiliki 10 jet tempur F16 dan 14 jet tempur F5E Tiger single engine yang mengalami embargo militer selama 10 tahun sejak tahun 1995 sampai tahun 2005. </p><p>Sebuah drama pernah terjadi ketika Sipadan dan Ligitan masih dipersengketakan. Indonesia mengirim 4 pesawat counter insurgency Bronco untuk melakukan patroli udara. Tidak lama kemudian Malaysia mengirim 3 jet tempur F5E Tiger ke Sipadan. Jelas tidak seimbang. Meski kita diperlakukan seperti itu, kita marah tetapi marahnya proporsional, menahan diri. Presiden SBY kemudian merancang program modernisasi alutsista TNI yang dikenal dengan Program MEF (Minimum Essential Force) pada tahun 2010. Kemudian dilanjutkan Presiden Jokowi. Hasilnya bisa kita lihat saat ini. Keunggulan militer Indonesia sudah jauh melewati jiran serumpun itu. Pada saat yang sama Kuala Lumpur mengalami stagnasi alutsista di semua matra. </p><p>Klaim China yang mengeras dengan mengeluarkan peta baru terhadap ZEE Indonesia di utara Natuna, mengharuskan kita mempercepat penguatan militer. Termasuk memperbanyak latihan militer gabungan multilateral seperti Super Garuda Shield yang sedang berlangsung saat ini di Jawa Timur. Konflik Ambalat menjadi pelajaran dan pengalaman penting untuk kita. Betapa ketika alutsista kita "kalah awu" ada tetangga yang show of force, merasa lebih kuat. Salah satunya ketika itu Presiden SBY berkunjung ke Karang Unarang Ambalat dengan KRI Untung Suropati 372 tiba-tiba melintas rendah pesawat militer Malaysia seakan mengejek dan mengabaikan etika diplomatik. Saat ini ketika kita sudah unggul jauh dalam perolehan alutsista, secara defacto kita menguasai Ambalat. Setiap hari ada patroli 3-4 KRI di Ambalat. Sementara Malaysia "sudah tahu diri".</p><p>Peta baru China menggambarkan ambisi teritori yang over dosis. Jawaban terhadap klaim dan merasa benar sendiri itu, salah satu pilihannya adalah memperkuat taring militer. Maka apa yang dilakukan Kementerian Pertahanan kita adalah menggelar program extra ordinary pengadaan alutsista secara besar-besaran. Semuanya untuk mengantisipasi potensi konflik dan perang terbuka di LCS. Pakemnya sederhana kok, ketika relasi otak sudah sulit diajak kompromi diplomatik, otot militerlah yang mengambil alih. Maka persiapkanlah kekuatan otot ketika ada yang mulai melotot. Cerita apapun di dunia ini tidak pernah lepas dari otak dan otot.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 5 September 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com122tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-49903209911230840072023-08-21T07:55:00.000+07:002023-08-21T07:55:08.260+07:00Habis Latgab Terbitlah Latma<p>Agenda latihan tempur militer Indonesia sepanjang tahun ini "ramai lancar, padat acara, gegap gempita". Baru saja akhir bulan Juli dan awal bulan Agustus 2023 TNI melakukan latihan gabungan interoperability yang bernilai spektakuler. Disebut spektakuler karena sejumlah KRI yang mendapat tugas, sukses menembak dengan alutsista strategis 4 peluru kendali NSM (Naval Strike Missile) sekaligus. Dan diakhiri dengan pengeboman oleh jet tempur F16 ke "tubuh baja" KRI Slamet Riyadi 352 yang sudah pensiun. Fregat legendaris itu terbakar, terbelah dan akhirnya tenggelam. Sebuah show of force sukses yang menjadi perhatian kawasan Indo Pasifik.</p><p>Nah, pada akhir bulan Agustus 2023 ini ada agenda besar lainnya yang menunggu. Yaitu latihan bersama (Latma) Super Garuda Shield (SGS) ke 17 yang mengikutsertakan puluhan negara. Pemeran utamanya adalah Indonesia dan Amerika Serikat karena awal mulanya adalah bilateral. Selain Indonesia ada empat negara yang akan mengirimkan pasukan dan alutsista pada SGS kali ini yaitu AS, Australia, Singapura dan Jepang. Rancangan simulasi pendaratan pasukan marinir skala besar di pantai Situbondo Jawa Timur menjadi pembeda dengan SGS tahun sebelumnya. Yang berpusat di Puslatpur TNI AD Baturaja. Tahun lalu memang ada pendaratan pasukan marinir di Dabo Singkep Kepulauan Riau, namun hanya marinir Indonesia yang melakukan.</p><p>Setelah SGS, pada bulan September 2023 Indonesia menjadi tuan rumah latihan angkatan laut ASEAN. Namanya ASEX-01N (Asean Solidity Exercise In Natuna) di Laut Natuna Selatan. Ini untuk pertama kalinya ASEAN bersepakat mengadakan latihan militer gabungan. Sebuah unjuk sinergitas antara politik luar negeri dan diplomasi militer ASEAN dengan kepemimpinan Indonesia. Jadi kalau diurut dengan agenda sebelumnya, jadwal latihan militer Indonesia memang sudah padat acara. Awal bulan Juni 2023 yang lalu ada Multilateral Navy Exercise Komodo (MNEK) di Selat Makasar yang melibatkan puluhan kapal perang berbagai negara. Kemudian berlanjut awal bulan Juli 2023 ada latihan Armada Jaya TNI AL di Laut Jawa yang mengerahkan puluhan KRI.</p><p>Pada ruang internasional yang lain, pasukan TNI baru saja selesai mengikuti Talisman Sabre di Australia. Latihan militer skala besar ini diikuti 30.000 pasukan dari 13 negara berlangsung akhir Juli sampai 14 Agustus 2023.Talisman Sabre sudah dimulai sejak tahun 2005 awalnya hanya bilateral antara AS dan Australia. Kemudian berkembang menjadi belasan negara. Persis sama dengan Garuda Shield di Indonesia sejak tahun 2007, awalnya hanya bersama AS. Sekarang menjadi multilateral exercise dan mencakup tiga matra. Semuanya berbasis dinamika perkembangan geopolitik dan geostrategis di kawasan Indo Pasifik. Karena ada upaya "negara baru kuat" mengganggu stabilitas kawasan, klaim wilayah, wajar saja sejumlah negara menggemakan komunitas militer dan latihan bersama sebagai antisipasi.</p><p>Masih dalam bingkai antisipasi, pilot-pilot TNI AU baru saja menyelesaikan simulasi pengisian avtur jet tempur F16 dengan pesawat tanker RAAF Australia di langit Jawa Timur selama 4 hari mulai 7 sampai 11 Agustus 2023. Ini juga bagian dari format diplomasi militer, salah satu pola manajemen pertempuran jarak jauh. Jarak Iswahyudi ke Natuna mengharuskan F16 isi BBM di udara. Skenario latihan militer antar negara sebenarnya adalah antisipasi terhadap sesuatu yang masuk radar prediksi. Kawasan Indo Pasifik berdasarkan prediksi strategis menjadi pusat konflik skala besar hari ini dan seterusnya. Embrionya sudah jelas, Panmunjom Korea, Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Bahkan Selat Taiwan "bisulnya" sudah merah padam dan bernanah.</p><p>Makna dari padatnya agenda latihan militer ini mengharuskan kesiapan seluruh alutsista yang dimiliki TNI baik matra darat, laut dan udara. Dengan SGS yang berkualifikasi kolosal, berbagai jenis alutsista TNI akan berpartisipasi. Seperti main battle tank Leopard, MLRS Astross II Mk6, artileri Caesar Nexter, helikopter Apache, jet tempur F16, pesawat Hercules, KRI striking force, KRI LPD, tank amfibi, MLRS Vampire dan lain-lain. AS sebagai mitra strategis sepanjang sejarah Garuda Shield yang tahun ini memasuki episode ke17 akan menghadirkan berbagai jenis alutsista mutakhir seperti pesawat angkut besar sejumlah kapal perang. Australia mengirim sejumlah tank Abrams, Singapura mengirim 2 kapal perang, Jepang mengirimkan sejumlah pasukan bela diri.</p><p>Berbagai serial latihan yang dilakukan militer Indonesia baik secara nasional maupun skala internasional dalam perspektif kita diniscayakan memberikan rasa percaya diri dan meluaskan pengalaman on the spot mengelola teknologi pertempuran. Dengan perolehan alutsista edisi terkini dan frekuensi latihan yang terus menerus, TNI mampu menguatkan ilmu perang modern TNI. Sebagai contoh penembakan peluru kendali canggih Exocet MM40 Blok 3 pada latihan Armada Jaya TNI AL dan Latgab TNI yang hanya berjarak satu bulan adalah bukti kemampuan unjuk kerja dan endurance pertempuran modern militer Indonesia.</p><p>Contoh lain, interaksi alutsista AS, Australia dan Indonesia dengan tank Abrams dan tank Leopard, MLRS Himars dan MLRS Astross bersama alutsista matra darat lainnya. Sinergitas teknologi berbagai jenis alutsista dengan kemampuan interoperability dapat meningkatkan kualitas familiarisasi bagi prajurit operator teknologi militer. Lebih dari itu pergelaran latihan militer multilateral yang intensif ini, menggaungkan pesan kuat ke segala arah bahwa Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Indo Pasifik punya tanggung jawab menjaga iklim kondusivitas kawasan. Latihan militer multinasional sesungguhnya adalah show of force, unjuk kekuatan dan bagian dari cara mengingatkan pada pihak sono "anda sopan kami segan, anda melotot kami pamer otot, anda ngotot kami betot".</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 20 Agustus 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com122tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-37530087985932369052023-08-12T08:46:00.004+07:002023-08-12T08:46:52.917+07:00Catatan Latgab TNI Tahun 2023<p>Indonesia kembali memperlihatkan adrenalin militernya dengan menggelar latihan gabungan TNI terbesar sepanjang akhir Juli dan awal Agustus 2023. Ada tiga area latihan yang dilaksanakan serentak. Kogabwilhan Satu di Dabo Singkep Kepulauan Riau. Kogabwilhan Dua di Laut Jawa dan Situbondo Banyuwangi. Kogabwilhan Tiga di Manokwari Papua. Puncak Latgab di Kogabwilhan Dua, langsung dipimpin Panglima TNI didampingi Menko Polhukam dan Ketua DPR. Seperti kurikulum sebelumnya pertempuran serbu pantai pasukan marinir adalah yang paling heroik suasananya. Namun pertunjukan spektakuler adalah show of force penembakan 4 peluru kendali surface to surface (SSM). </p><p>Sebanyak 4 KRI striking force TNI AL melumatkan kapal perang jenis fregat yang sudah pensiun KRI Slamet Riyadi 352. Dramanya adalah ketika salah satu dari 4 KRI yang mendapat perintah yaitu KRI Yos Sudarso 353 harus menembak "teman satu kelasnya" KRI Slamet Riyadi 352 yang sama-sama berasal dari "Van Speijk Class" Belanda tahun 1987. KRI Yos Sudarso 353 menembak KRI Slamet Riyadi 352 dengan rudal C802 buatan China. Sementara KRI Raden Eddy Martadinata 331 dan KRI John Lie 358 menembak dengan 2 rudal paling canggih Exocet MM40 Blok 3 buatan Perancis. Tidak ketinggalan si cabe rawit little but lethal kapal cepat rudal "Sampari Class" KRI Tombak 629 menembak dengan rudal C705 buatan China.</p><p>Show of force dengan manajemen interoperabilitas antar matra diakhiri dengan raungan 2 jet tempur F16 TNI AU yang melakukan pengeboman dahsyat. Fregat legendaris "Ahmad Yani Class" yang sudah bertugas 35 tahun itu terbelah dan tenggelam. Lokasinya berdekatan dengan kapal selam TNI AL yang melakukan eternal patrol KRI Nanggala 402. Baru kali ini jet tempur TNI AU cawe-cawe dengan kapal perang TNI AL mengeksekusi kapal perang yang dijadikan sasaran tembak dengan bom. Ke depan mestinya peluru kendali air to surface yang dimiliki TNI AU bisa ditembakkan dari jet tempur TNI AU. Keren gitu loh.</p><p>Khusus untuk TNI AL, intensitas latihan militer sepanjang tahun 2023 ini termasuk padat. Karena sebulan sebelum Latgab TNI, telah mengadakan latihan Armada Jaya di Laut Jawa. Salah satu materi latihannya adalah penembakan rudal SSM Exocet MM40 Blok 3 dari KRI I Gusti Ngurah Rai 332 ke KRI Karang Tekok 982 hingga tenggelam. Sebelumnya pada awal bulan Juni 2023 yang lalu TNI AL menjadi penyelenggara MNEK 2023 (Multilateral Navy Exercise Komodo) di Selat Makassar yang diikuti puluhan kapal perang dari sejumlah negara. Termasuk diantaranya China, Rusia, Amerika, Jepang, Australia. MNEK dipandang sebagai bagian dari diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan Indo Pasifik. Dalam upaya menjaga iklim kondusif di kawasan.</p><p>Pada Latgab TNI 2023 di Kogabwilhan Dua, pergelaran teater pertunjukan diplomasi militer Indonesia, TNI mengerahkan 35 KRI berbagai jenis, 20 jet tempur F16, T50 Golden Eagle dan Super Tucano. Termasuk seluruh jenis alutsista marinir "bertanding" dengan kemampuan masing-masing seperti tank amfibi BMP-3F, PT76, BTR50, MLRS Vampire, LVTP, Howitzer dan lain-lain. TNI AD juga mengerahkan sejumlah alutsista seperti helikopter Apache, Bell 412, tank dan lain-lain. Bombardir pantai Situbondo dari kapal perang dan jet tempur memberikan suasana mencekam.Termasuk proses pendaratan pasukan dan alutsista TNI ditengah dentuman tembakan, asap, derit roda rantai, teriakan komando dan bau mesiu. </p><p>Catatan Latgab TNI 2023 dalam perspektif kita sudah menunjukkan kemampuan interoperability tiga matra. Yang perlu dioptimalkan adalah peran kinerja UAV dan UCAV. Untuk saat ini dan seterusnya pesawat nir awak bersenjata menjadi penting dan vital sebagai agen intelijen pertempuran sekaligus eksekutor lapangan. Seperti dalam pola manuver serbu pantai pasukan marinir, bagian ini menjadi titik kritis yang rawan conter attack melalui serangan UCAV dan peluru kendali pihak musuh. Perang Rusia- Ukraina menjadi benchmark paling penting dalam perubahan kurikulum manajemen pertempuran modern. Pengadaan UCAV Anka dan Bayraktar dari Turki untuk TNI adalah bagian dari antisipasi untuk perubahan kurikulum network centric warfare.</p><p>Manajemen pertempuran modern untuk Indonesia, sejauh ini menyangkut soal Natuna atau Ambalat, dalam perspektif kita, memerlukan kekuatan pukul utama matra laut dan udara. Dengan skenario mempertahankan Natuna atau ketika Natuna sudah direbut lebih dulu maka kekuatan armada tempur TNI AL dan skadron jet tempur TNI AU akan lebih dominan perannya. Dengan korelasi ini peran serbu pantai dari pasukan marinir dan PPRC TNI (pasukan pemukul reaksi cepat) harus diperkuat dengan UCAV, radar, jet tempur air superiority, maritime strike, kapal perang fregat, kapal selam, landing ship tank, coastal missile, tank amfibi dan lain-lain. Dalam rancangan besar menggelar perisai trisula nusantara, aspirasi standar ini sedang dalam proses menuju ke arah yang diinginkan.</p><p>Kita bisa saksikan berbagai berita gembira soal pengadaan dan pertambahan alutsista kita sepanjang Agustus ini. Misalnya kedatangan 2 kapal pemburu ranjau baru TNI AL dari Jerman. Kedatangan pesawat ketiga super hercules TNI AU dari AS. Kontrak efektif 18 jet tempur Rafale sehingga menjadi 24 unit yang mulai diproduksi. Kedatangan 11 panser Pandur II dari Ceko, penyelesaian 18 tank Harimau di PT Pindad dan lain-lain. Termasuk kontrak efektif ekspor kapal perang landing platform dock (LPD) ke 3 dan 4 PT PAL Surabaya ke Angkatan Laut Filipina. Jiran utara kita puas dengan kinerja 2 unit LPD pesanan awal, kemudian pesan lagi. Dengan Uni Emirat Arab, PT PAL juga sudah menandatangani kontrak efektif pengadaan LPD untuk Angkatan Laut UEA. Kalau yang ini, namanya juga Sultan, pasti maunya barang berkelas dan VVIP. Nah waktu mulai pembuatannya tahun depan.</p><p>Latgab TNI secara substansi adalah menguji keandalan teknologi alutsista yang dimiliki. Pada saat yang sama selama lima tahun terakhir kita banyak memesan berbagai jenis alutsista strategis. Maka sudah sewajarnya intensitas latihan militer kita tingkatkan baik internal angkatan atau antar angkatan. Ke depan berbagai jenis alutsista sudah pasti akan berdatangan secara bergelombang. Latgab TNI adalah bagian dari diplomasi militer dan pertahanan sekaligus show of force. Bahwa kita mampu menunjukkan kemampuan otot militer kita untuk mengawal teritori negeri. Pesta rudal dan bom ke KRI Slamet Riyadi kelas fregat yang kuat otot bajanya, adalah pertunjukan kemampuan itu. Mampu membelah dan menenggelamkan kapal perang fregat standar NATO. Digdaya TNI, marwah NKRI.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 11 Agustus 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com84tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-42391844059428344852023-07-26T11:41:00.004+07:002023-07-26T11:41:59.576+07:00Menjelang Latgab Terbesar TNI 2023<p>Baru saja sebulan yang lalu TNI AL melaksanakan latihan Armada Jaya di Laut Jawa. Belasan KRI dikerahkan bersama pasukan marinir dan alutsistanya. Berbagai simulasi tempur laut diperagakan. Puncaknya adalah pendaratan pasukan marinir melalui operasi serbu pantai. Termasuk diantaranya adalah penembakan peluru kendali SSM Exocet MM40 Blok 3 dari KRI I Gusti Ngurah Rai 332. Sasarannya ke arah kapal perang angkut pasukan KRI Karang Tekok 982. KRI yang sudah pensiun itu sukses meledak dan tenggelam dihantam rudal anti kapal paling mutakhir keluaran Perancis.</p><p>Saat ini seluruh matra tempur TNI bersiap untuk menunjukkan taring tempurnya dalam manajemen pertempuran modern. Area latihannya ada di tiga lokasi berdasarkan wilayah pertahanan. Untuk Kogabwilhan Satu akan dipusatkan di Dabo Singkep Kepulauan Riau. Kogabwilhan Dua di Situbondo Jawa Timur dan Kogabwilhan Tiga di selatan Manokwari Papua Barat. Ini yang membedakan Latgab TNI tahun ini dengan Latgab sebelumnya yang hanya berkonsentrasi di satu hotspot. Pergelaran dan pengerahan pasukan dengan alutsista di 3 hotspot merupakan bagian dari KUKM (konsep umum kampanye militer) yang harus memenuhi kriteria cepat, sigap, tanggap dalam hitungan jam. Akhir bulan Juli ini dan awal bulan Agustus 2023 adalah pelaksanaan manuver lapangan Latgab TNI.</p><p>Untuk Kogabwilhan Dua di Jawa Timur Latgab TNI menjadi ajang unjuk kekuatan terbesar TNI dan akan langsung dipimpin Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Puncaknya adalah serbuan pantai pasukan "hantu laut" marinir dan pendaratan sejumlah alutsista. Sebelumnya tumpuan pantai dibombardir lebih dulu oleh jet-jet tempur TNI AU dan tembakan meriam sejumlah KRI. Namun unjuk kekuatan kampanye dan diplomasi militer yang spektakuler adalah penembakan alutsista strategis. Rencananya fregat legendaris "Ahmad Yani Class" KRI Slamet Riyadi 352 yang sudah pensiun sejak tahun 2019 akan ditenggelamkan dengan 4 alutsista strategis. Yaitu peluru kendali Exocet MM40 Blok 3, peluru kendali C802, peluru kendali C705 dan Torpedo.</p><p>Kita lihat hari-hari ini sampai dua pekan ke depan langit Madiun dan Jawa Timur Selatan bergemuruh malam hari dengan manuver belasan jet tempur TNI AU yang berhome base di Iswahyudi AFB. Tiga skadron jet tempur TNI AU latihan terbang malam untuk menguatkan dan menyegarkan kemampuan manajemen pertempuran udara. Belum lama berselang 3 flight jet tempur F16 dari Iswahyudi AFB Madiun dan Roesmin Nuryadin AFB Pekanbaru melakukan latihan tempur dengan US Air Force. 6 jet tempur F16 AS yang berpangkalan di Korsel datang ke Pekanbaru. Sehari berikutnya 2 pesawat bomber nuklir strategis B52 US Air Force landing di Kuala Namu Airport. Kemudian bersama jet tempur F16 TNI AU dan F16 US Air Force melakukan simulasi "Bomber Interoperability" di langit Sumatera Utara dan Riau.</p><p>Korps marinir saat ini menyiapkan sejumlah alutsista seperti tank amfibi, panser amfibi, roket multi laras untuk ready for use dalam Latgab terbesar ini. Pasukan marinir menjadi bagian dari sistem senjata armada terpadu (SSAT) TNI AL. Dalam setiap Latgab TNI atau Armada Jaya pasukan elite ini menjadi bagian dari kurikulum utama simulasi pertempuran puncak. Merebut tumpuan pantai. Dengan kondisi alutsista marinir yang dimiliki saat ini sangat diharapkan ada penambahan yang signifikan. Seperti tank amfibi, ranpur amfibi, roket multilaras, howitzer dan peluru kendali jarak pendek untuk pertahanan pangkalan. Korps marinir sudah mengembangkan kekuatan menjadi 3 divisi yang dikenal dengan sebutan Pasmar. Mestinya alutsistanya juga ikut mekar gahar gitu loh.</p><p>TNI AD punya banyak alutsista gahar termasuk ratusan batalyon. Alutsista berkelas misalnya tank Leopard, roket multi laras Astross, artileri Caesar Nexter, peluru kendali Starstreak dan Mistral, helikopter Apache, Mi 35 dan lain-lain. Saat ini TNI AD sedang menyiapkan deploy atau pengerahan berbagai jenis alutsista untuk Latgab berkelas ini. Secara interoperability TNI AD sudah menerapkan network centric warfare antar satuan tempurnya. Ini bisa kita saksikan dalam setiap simulasi pertempuran level Kostrad dan Kodam. Selalu bersinergi antara batayon infantri, artileri, kavaleri, roket, arhanud dan Penerbad TNI AD. Puslatpur TNI AD di Baturaja Sumsel menjadi area latihan yang familiar bagi sinergitas satuan tempur TNI AD.</p><p>Persiapan Latihan gabungan TNI adalah bagian terpenting untuk manuver lapangan. Meliputi kesiapan embarkasi lintas laut militer dengan KRI LST dan LPD yang membawa sejumlah alutsista dan pasukan dalam kapasitas besar. Termasuk kesiapan operasi lintas udara dengan pesawat Hercules, CN 295, CN 235. Yang menggembirakan dari dua kesiapan pengerahan ini, TNI AL dan TNI AU sudah memiliki alutsista deployment yang memadai. Ada belasan KRI LST "Bintuni Class" yang relatif baru dan KRI LPD "Makassar Class" serta puluhan pesawat angkut berat Hercules. Saat ini TNI AU mempunyai 3 skadron Hercules dengan kekuatan 30an pesawat tambun dan tangguh ini.</p><p>Pertambahan berbagai jenis alutsista TNI bagaimanapun harus diuji dalam simulasi sinergitas pertempuran. Termasuk simulasi yang disesuaikan dengan kondisi terkini geopolitik dan geostrategis kawasan. Dabo Singkep misalnya menjadi kawasan simulasi pertempuran yang lokasinya dekat dengan Natuna. Dinamika cepat, sigap, tanggap di Natuna adalah tanggung jawab Kogabwilhan Satu yang bermarkas di Tanjung Pinang. Jadi Latgab TNI tahun ini adalah untuk menguji kemampuan alutsista yang dimiliki dengan manajemen interoperabilitas, doktrin, prosedur dan organisasi dalam operasi militer gabungan. Negeri kita adalah negeri kepulauan. Maka mau tidak mau sinergitas tiga matra adalah mutlak.</p><p>Catatan kita dalam Latgab kali ini adalah ingin melihat kemampuan satuan kapal selam TNI AL. Uji penembakan torpedo adalah salah satunya karena sudah lama kita tidak menyaksikan uji penembakan alutsista strategis torpedo dari kapal selam. Termasuk menguatkan peran UAV dan UCAV yang sudah terbukti battle proven, menjadi bintang pertempuran dalam perang Rusia-Ukraina. Manajemen pertempuran modern now and next semakin menguatkan peran UAV dan UCAV disamping Cyber War. Tidak terkecuali perang intelijen lewat jalur framing, penggiringan opini dan hasut menghasut. Karena medsos sudah menjadi infrastruktur utama dahsyatnya psywar, framing dan ghoswul fikr. Kebenaran tidak lagi berfasarkan fakta tetapi berdasarkan persepsi. Apalagi jika peran AI (Artificial Intelligence) semakin dominan. Latgab TNI adalah unjuk kinerja adrenalin NKRI, sekaligus bagian dari diplomasi militer. Bahwa eksistensi dan kehormatan negara adalah segalanya.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 26 Juli 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com95tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-12856703022750966602023-07-16T09:37:00.003+07:002023-07-16T10:56:18.724+07:00Dari MEF Menuju Perisai Trisula Nusantara<p>Selama program MEF (Minimum Essential Force) TNI periode 2010-2024, sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo, militer Indonesia semakin kuat dengan PENAMBAHAN berbagai jenis Alutsista. Menhan Prabowo melakukan percepatan maksimal extra ordinary selama lima tahun ini untuk pengadaan alutsista. Kemudian menyebutnya sebagai Perisai Trisula Nusantara. Semuanya dipadukan dengan infrastruktur Scytalys konektivitas Network Centric Warfare.</p><p>Berikut Rincian Penambahan Alutsista TNI</p><p>TNI AU :</p><p> 6 Jet tempur Sukhoi Su27/30</p><p> 24 Jet tempur F16 Blok 52Id</p><p> 42 Jet tempur Rafale</p><p> 24 Jet tempur Mirage</p><p> 24 Jet tempur IFX</p><p> 19 Jet latih T50 Golden Eagle</p><p> 15 Pesawat Coin Super Tucano</p><p> 24 Pesawat latih KT1 Wong Bee</p><p> 24 Pesawat latih Grob G120</p><p> 9 Pesawat Hercules Australia</p><p> 5 Pesawat Super Hercules AS</p><p> 2 Pesawat MRTT A400M</p><p> 7 Pesawat Amfibi CL515</p><p> 12 Pesawat CN295</p><p> 6 Pesawat CN235 MPA</p><p> 9 Pesawat CN 212</p><p> 20 Radar GCI Thales</p><p> 2 Radar Weibel</p><p> 2 Radar Vera-Ng</p><p> 2 Pesawat AEWC</p><p> 2 Pesawat Falcon 7/8X</p><p> 4 Pesawat Boeing 737</p><p> 12 Helikopter EC725 Caracal</p><p> 12 Helikopter Collibri</p><p> 2 Satbak Nassam 2</p><p> 8 Satbak Trisula</p><p> 8 Satbak Oerlikon Skyshield</p><p> 12 UCAV Anka</p><p> 12 UCAV Bayraktar</p><p> 8 UCAV Wing Loong</p><p> 5 UAV Aerostar</p><p>TNI AD :</p><p> 8 Helikopter Apache</p><p> 40 Helikopter Bell 412 Ep</p><p> 12 Helikopter Fennec</p><p> 10 Pesawat N219</p><p>114 MBT Leopard</p><p> 50 Tank Marder</p><p> 18 Tank Harimau</p><p>410 Panser Anoa</p><p> 24 Panser Tarantula</p><p> 24 Panser Badak</p><p> 26 Panser Cobra</p><p>130 Ranpur Komodo</p><p> 15 Ranpur Bushmaster</p><p>150 Ranpur M113 APC</p><p> 54 MLRS Astross II mk6</p><p> 54 Artileri SPH Caesar Nexter</p><p> 28 Artileri SPH M109</p><p> 54 Artileri KH178</p><p> 36 Artileri KH 179</p><p> 20 Amphibious Rig M3</p><p> 40 Satbak SAM Starstreak</p><p> 30 Satbak SAM Mistral</p><p> 9 Satbak Ballistic Missile R-Khan</p><p>TNI AL :</p><p> 2 Kapal heavy fregate Merah Putih</p><p> 3 Kapal heavy fregate Fremm Class</p><p> 3 Kapal selam Nagapasa Class</p><p> 2 Kapal selam Scorpene</p><p> 7 Kapal selam Mini</p><p> 20 Kapal selam Artificial Intelligence</p><p> 2 Kapal pemburu ranjau</p><p> 3 Kapal intelijen bawah air</p><p> 3 Kapal fregate Bung Tomo Class</p><p> 2 Kapal fregate Martadinata Class</p><p> 8 Kapal cepat rudal 40 meter</p><p> 6 Kapal cepat rudal 60 meter</p><p> 1 Kapal cepat rudal Trimaran</p><p> 14 Kapal patroli cepat 60 meter</p><p> 8 Kapal Landing Platform Dock</p><p> 12 Kapal Landing Ship Tank</p><p> 3 Kapal BCM Tanker</p><p> 1 Kapal korvet VVIP Bung Karno</p><p> 1 Kapal korvet </p><p> 2 Kapal Offshore Patrol Vessel</p><p> 2 Kapal selam rescue</p><p> 8 Satbak Coastal Missile Brahmos</p><p> 60 Tank amfibi BMP 3F</p><p> 16 MLRS Vampire</p><p> 14 UAV Scan Eagle</p><p> 7 Pesawat CN235 MPA</p><p> 11 Helikopter Panther AKS</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 16 Juli 2023</p><p>(Dari berbagai sumber)</p>Unknownnoreply@blogger.com111tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-84271185693421899172023-06-30T16:33:00.003+07:002023-06-30T16:33:43.766+07:00Menggelar Perisai Trisula Nusantara<p>Rencana strategis pertahanan Indonesia yang membuat banyak pihak terpelongo disiarluaskan melalui acara di institusi POLRI tanggal 16 Juni 2023. Forumnya adalah "Dialog Kebangsaan Merajut Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Dalam Kebinnekaan" pada Sespim Lemdiklat Polri di Lembang Bandung. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mempresentasikan rancangan strategi militer pergelaran perisai trisula nusantara. Intinya adalah membangun lapisan pertahanan Indonesia dengan sinergitas 3 matra TNI. Berpayung aset alutsista berkualitas gahar berkolaborasi dalam "konser pertempuran modern" network centric warfare.</p><p>Seperti kita ketahui program strategis untuk penguatan militer Indonesia telah dimulai sejak tahun 2010, dikenal dengan Program Minimum Essential Force ( MEF). Tahun depan sesuai "kurikulumnya" program ini berakhir, persis berusia 15 tahun dengan 3 tahapan program. Sejauh ini dalam pandangan kita program kekuatan "minimalis" yang dimulai Presiden SBY dan dilanjutkan oleh Presiden Jokowi mampu menguatkan otot militer Indonesia. Meski baru masuk kriteria minimal, belum standar. Mengapa lima belas tahun sebelumnya militer Indonesia tidak mencapai kekuatan minimal. Jawabnya karena kita terlena dengan pakem tidak ada ancaman militer selama 30 tahun kedepan. Semua negara adalah sahabat, zero enemy. Pakem selanjutnya karena anggaran pertahanan bukan prioritas. Dan yang terakhir adalah dampak embargo militer.</p><p>Sebenarnya saat ini kita sudah berada di ruang besar yang dikumandangkan Menhan Prabowo. Bahwa program MEF yang segera berakhir akan berlanjut menuju ke tahapan berikutnya, essential force. Kekuatan militer standar yang diperlukan untuk manajemen pertahanan negeri kita. Untuk matra udara kita bisa mengikuti progres pengadaan alutsista strategis saat ini. Seperti proses pengadaan 42 jet tempur Rafale dari Perancis, 36 jet tempur F15 dari AS, 24 jet tempur Mirage dari Qatar dan UEA, serta 24 jet tempur IFX hasil kerjasama pengembangan teknologi jet tempur Korsel-Indonesia. Termasuk pengadaan 5 pesawat angkut berat Super Hercules dari AS, 2 pesawat angkut multi guna A400 MRTTdari Spanyol, 5 pesawat amfibi dari Kanada, 2 pesawat radar peringatan dini, 13 radar canggih GCI Thales dari Perancis. Saat ini TNI AU sudah memiliki aset 16 jet tempur Sukhoi SU27/30, 33 jet tempur F16, 30 jet tempur Hawk, 13 jet latih tempur T50 dan 15 pesawat counter insurgency Super Tucano.</p><p>Dari matra laut ada rencana membangun sampai 12 kapal perang heavy fregate, menyediakan tambahan 2 kapal selam serbu, 7 kapal selam taktis, 20 kapal selam mini artificial intelligence. Yang menggembirakan sejauh ini galangan kapal BUMN dan swasta nasional sudah mampu membangun berbagai jenis kapal perang untuk TNI AL seperti KPC, KCR, OPV, Korvet, LST, LPD, BCM. Juga kapal selam kerjasama dengan Korsel. Saat ini PT PAL sedang membangun 2 unit Heavy Fregate Merah Putih, kapal perang petarung terbesar. Rangkaian pencapaian itu adalah kebanggaan untuk kita semua. Membangun kekuatan armada tempur TNI AL dengan pemberdayaan potensi dalam negeri, mengembangkan industri pertahanan. Selama program MEF armada angkatan laut Indonesia telah memperoleh aset enampuluhan kapal perang baru berbagai jenis. Sebagian besar buatan dalam negeri. Dalam waktu dekat akan datang 2 kapal penyapu ranjau baru dan canggih dari Jerman.</p><p>Perisai Trisula adalah gambaran sinergitas 3 matra yaitu TNI AD, TNI AL, TNI AU dengan manajemen interoperability, satu kesatuan yang terintegrasi "total football". Pola manajemen militer dengan dukungan teknologi network centric warfare adalah sebuah keharusan mutlak, tidak bisa ditawar untuk saat ini dan masa depan. Manajemen pertempuran modern adalah sinergitas antara jet tempur, radar GCI, UAV, kapal perang, kapal selam, peluru kendali air to surface, air to air, surface to surface dan surface to air. Beragam jenis rudal ini untuk 3 matra yang saling melapis. Penempatan satuan tembak peluru kendali balistik di Dumai Riau misalnya dengan jarak tembak 300 km mampu menjangkau Singapura. Bukan berarti untuk ofensif tetapi lebih kepada upaya preventif pada ancaman kapal perang di selat Malaka dan selat Singapura. Dumai saat ini sudah memilki 1 batalyon Arhanud dengan alutsista peluru kendali surface to air shortrange Starstreak buatan Inggris.</p><p>Dinamika geopolitik dan geostrategis di kawasan Laut China Selatan (LCS) dan Indo Pasifik sebenarnya adalah persepsi dan perspektif pertaruhan hegemoni dengan China sebagai musuh bersama dalam versi AS. Sementara program pengembangan postur kekuatan militer Indonesia adalah mengejar ketertinggalan untuk mencapai kekuatan minimal. Kemudian dilanjut dengan mengejar kekuatan standar. Imbas dari perseteruan China dengan AS dan sekutunya di Indo Pasifik seperti Australia, Jepang, Taiwan, Korsel adalah terbukanya ruang dan lalulintas militer melewati teritori Indonesia. Bahkan bisa saja pangkalan militer kita (AU dan AL) menjadi bagian dari supporting aliansi militer melawan China. Sudah ada contohnya. Baru saja 2 pesawat bomber nuklir strategis B52 US Air Force landing dan take off di Kualanamu Airport. Tujuannya untuk simulasi interoperability dengan F16 TNI AU.</p><p>Berangkat dari dinamika ini kita perlu memperkuat jalur ALKI dengan selat strategis seperti selat Sunda, selat Lombok, selat Makasar dan selat Malaka. Di selat strategis ini akan ditempatkan coastal missile dan kapal selam mini tanpa awak. Sementara TNI AD akan diperkuat enampuluhan UCAV. Menggelar satuan tembak peluru kendali surface to surface berjarak tembak 300 km di berapa titik strategis. Range 300 km adalah batas aman MTCR dan sesuai kebutuhan pertahanan kita. MTCR (Missile Technology Control Regime) dibentuk negara G7 tahun 1987 untuk mengontrol poliferasi rudal balistik. Sementara itu TNI AU menggelar 13 radar digital GCI Thales untuk memperkuat pergelaran dua puluhan radar GCI eksisting. Termasuk menempatkan skadron tempur di Supadio Pontianak, Natuna, Kupang dan Biak.</p><p>Pergelaran Perisai Trisula Nusantara merupakan lanjutan program MEF untuk menggambarkan panorama kekuatan dan posisi militer kita mulai tahun 2030. Program berkelanjutan ini sebenarnya berkejaran dengan makin meningginya suhu konflik di Indo Pasifik. Saat ini armada tempur AS sebagian besar sudah direlokasi dari Timur Tengah ke Indo Pasifik. Sudah ada aliansi nuklir AUKUS (Australia, Inggris, AS). Sudah ada aliansi militer AS - Filipina. Jepang sedang mengembangjan kekuatan militernya berkarakter ofensif, bukan lagi angkatan bela diri. Taiwan sudah ready for war. AS mulai membangun pangkalan militer di Papua Nugini. Berbagai perkembangan geopolitik dan geostrategis yang begitu cepat ini harus disikapi dengan pengembangan postur kekuatan militer Indonesia. Sekaligus sebagai unjuk kinerja diplomasi militer.</p><p>Masa depan kawasan Indo Pasifik menjadi palagan pertarungan antara pemegang sabuk hegemoni dan penantangnya. Salah satu framingnya kemudian menjadikan permusuhan militer sebagai tema besarnya. Kita berpandangan tak perlu larut dalam proxy war salah satu pihak. Menegaskan soal hak berdaulat di ZEE (zona ekonomi eksklusif) di perairan Natuna adalah porsi obyektif yang maksimal, tidak perlu melebihi kapasitas itu. Rencana Indonesia menggelar perisai trisula nusantara adalah upaya optimal sebagai antisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi akibat permusuhan militer. Fokusnya untuk menjaga kedaulatan teritori seluruh negeri dan ZEE di Natuna, termasuk memayungi IKN di Kalimantan. Kita harus bergegas, bersiap menyegerakan kecukupan berbagai jenis alutsista. Sehingga ketika cuaca ekstrim dan petir menggelegar kita tidak kaget karena sudah siap dengannya. Ojo kagetan, ojo gumunan, begitu pesan kearifan lokalnya.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 30 Juni 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com62tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-8937195970884855272023-06-10T14:55:00.003+07:002023-06-10T14:55:44.650+07:00Menjelang Injury Time<p>Waktu berjalan terus, langkahpun terus bergegas bersaing dengan hari dan minggu, mengejar target yang harus disasar, cepat, dipercepat, percepatan. Kementerian Pertahanan saat ini sedang bergegas untuk menyelesaikan target extra ordinary pengadaan berbagai jenis alutsista untuk militer negeri kepulauan terbesar ini. Karena komandan kementeriannya juga sedang berburu waktu untuk ikut kontestasi pencapresan. Maklum karena ada lowongan menjadi Indonesia_One. Mengapa disebut injury time karena Oktober 2023 ini adalah jadwal pencapresan berlanjut dengan musim kampanye. Syukur-syukur tidak ada pergantian Menhan sampai akhir pemerintahan. That is injury time.</p><p>Sejauh ini kabar-kabar yang mencerahkan seputar penguatan alutsista tentara republik telah kita ketahui bersama. Ada kapal perang baru jenis korvet VVIP. Namanya KRI Bung Karno 369 produk dalam negeri dari galangan kapal swasta nasional di Batam. Yang istimewa adalah waktu pembuatannya sampai diresmikan 1 Juni 2023 yang lalu, hanya butuh waktu setahun. Tiga hari kemudian kapal perang ini sudah ikut memeriahkan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2023 di Selat Makasar bersama puluhan kapal perang dari negara partisipan. Luar biasa.</p><p>Sementara itu 2 kapal perang baru jenis penghancur ranjau buatan Jerman sudah resmi masuk Armada Dua TNI AL. Saat ini sedang dalam persiapan berlayar ke tanah air. KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 adalah kapal perang yang dilengkapi infrastruktur canggih deteksi bom bawah air. Ini artinya dua unit kapal perang ini akan menambah kekuatan armada KRI bernomor kepala tujuh, bernama pulau kecil di tanah air. Kapal perang penghancur ranjau adalah bagian dari sistem senjata armada terpadu TNI AL. </p><p>Beberapa kapal perang berbagai jenis saat ini sedang dalam proses pembangunan dan semuanya dibangun di dalam negeri. Seperti 2 OPV (Offshore Patrol Vessel), 2 LST (Landing Ship Tank), 1 KCR (Kapal Cepat Rudal) 3 KPC (Kapal Patroli Cepat) dan 2 kapal perang terbesar 140 meter Heavy Fregate "Merah Putih". Untuk pembuatan 2 kapal selam serbu saat ini sedang dalam proses menuju kontrak efektif. Jerman dan Perancis sedang bersaing merebut simpati. Penetapan sumber pembiayaannya sudah disetujui Kementerian Keuangan. Plong rasane.</p><p>Tentara langit kita sedang menunggu kedatangan 6 jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel. Bersamaan dengan itu 13 T50 "kakak kelasnya" sedang diupgrade radar tempur dan persenjataan rudalnya. 12 jet tempur Mirage bekas pakai dari Qatar diharapkan tahun depan sudah menjadi aset TNI AU. Pesawat ini diperlukan sebagai wahana transisi dan pengisi sebelum jet tempur Rafale datang. Hitung-hitung untuk membiasakan menggunakan produk jet tempur Perancis. Kabar lain pesanan 5 pesawat angkut Super Hercules dari Lockheed Martin AS sudah datang 1 unit. Bulan Juni ini akan datang 1 unit lagi. </p><p>Kemudian pengadaan pesawat angkut kelas berat multi fungsi A400M sebanyak 2 unit tinggal menunggu kedatangannya. Juga 13 radar GCI dari Thales Perancis. Dari Korsel ada perkembangan bagus dari kerjasama teknologi jet tempur KFX/IFX. Ada 2 Pilot TNI AU yang sudah melakukan uji terbang. Indonesia segera melakukan pembayaran lanjutan pembiayaan proyek prestise ini. Jika tidak ada kendala mulai tahun 2026 jet tempur KFX/IFX sudah mulai diproduksi. Siap-siap memberi nama dong karena Korsel sudah memberi nama jet tempur canggih ini dengan nama Boramae.</p><p>Permintaan kita, daftar pengadaan alutsista yang mengemuka, sudah dipublikasikan dan sangat diperlukan menjadi aset TNI, segera eksekusi. Misalnya ranpur amfibi, tank Harimau, panser Badak perlu dalam kuantitas ratusan per item. Jangan sampai ada pandangan banyak beli merek tapi kuantitas hanya belasan. TNI AD jelas membutuhkan ratusan unit tank Harimau produksi Pindad. Juga panser kanon Badak. Mengikuti alur produksi Panser Anoa yang sudah mencapai lebih 400 unit saat ini. Termasuk memenuhi kebutuhan seratusan ranpur amfibi untuk Pasmar.</p><p>Kita menyambut sukacita kerjasama militer Indonesia dengan Turkiye yang menghasilkan pengadaan berbagai jenis alutsista. Dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki aset militer strategis dari Turkiye seperti UAV bersenjata Bayraktar dan Anka, infrastruktur peluru kendali darat ke udara Trisula dan peluru kendali antar permukaan Khan. Prediksi kontrak ranpur amfibi Zaha akan bekerjasama dengan Turkiye. Semua ini berawal dari kerjasama produksi tank Harimau dengan payung Undang-Undang.</p><p>Menjelang injury time, kita berharap semua program besar dan strategis Kementerian Pertahanan memenuhi target dan harapan kita. Publikasi pengadaan berbagai jenis alutsista khususnya yang belum kontrak efektif semoga menjadi kenyataan. Seperti proses pengadaan jet tempur bergengsi F15 dari AS, pengadaan kapal perang Heavy Fregate Fremm Class, pesawat peringatan dini AEW&C dan kapal selam serbu adalah harapan kita bersama. Tidak usah banyak-banyak, cukuplah 10-12 unit F15 dan 2 unit Fremm Class. Setidaknya tidak ingkar janji gitu loh.</p><p>Program strategis lainnya yaitu peremajaan atau upgrade 41 KRI yang berusia lanjut dapat dipercepat. Pekerjaan ini pasti memerlukan beberapa galangan kapal swasta nasional secara paralel. Bersyukur kita bahwa ada 8 galangan kapal swasta nasional dan 1 BUMN PT PAL yang sudah mampu dan terbukti bisa membangun berbagai jenis kapal perang. KRI Teluk Hading 538 yang terbakar di perairan selat Makassar baru-baru ini adalah kapal buatan Jerman Timur tahun 1977. Indonesia membeli satu paket 39 kapal perang bekas dari Jerman tahun 1993, termasuk KRI Teluk Hading. Sebagian kapal perang bekas yang dibeli tahun 1993 ini layak untuk dipermak ulang infrastruktur tempurnya.</p><p>Kita sangat mengapresiasi kinerja berkualitas Kementerian Pertahanan yang berkolaborasi apik dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan. Termasuk pengadaan alutsista strategis dengan negara lain dengan pola G to G. Persetujuan sumber pembiayaan (PSP) pengadaan alutsista sejak tahun 2019 sampai akhir pemerintahan ini bisa mencapai US$ 25 Milyar. Sebuah pencapaian yang fantastis. Karena kita memang harus bergegas bersiap diri memperkuat militer kita yang belum sampai pada kekuatan minimal. Kita sedang mengejar kekuatan minimal dan standar. Kita pun bergegas menjelang injury time. Semoga semuanya dimudahkan.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 10 Juni 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com64tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-79206128488281380812023-05-29T22:42:00.001+07:002023-05-30T04:15:54.687+07:00Membaca Australia Dan China<p>Berita rencana pertandingan sepakbola FIFA Matchday antara Australia dan Argentina di China tanggal 15 Juni 2023 sangat menarik untuk diulas. Pertanyaannya mengapa harus di China, mengapa tidak di Australia. Seperti halnya pertandingan Indonesia dan Argentina pelaksanaannya di Jakarta tanggal 19 Juni 2023 nanti. Sesuatu yang lumrah dan disambut antusias masyarakat Indonesia. Bukankah hubungan China Australia saat ini sedang tidak harmonis. Bukankah diantara keduanya sedang saling sikut dalam kerjasama ekonomi. Meski tidak sampai pada pemutusan hubungan diplomatik.</p><p>Dalam perspektif kita Australia dan China sepertinya sedang mengikuti pola "Diplomasi Pingpong" yang pernah dilakukan AS dan China tahun 1971. Sebagaimana kita ketahui melalui cabang olahraga Tenis Meja, AS dan China kemudian membuka hubungan diplomatik tahun 1972. Episode jalan ceritanya diawali dengan Kejuaraan Tenis Meja level dunia di Nagoya Jepang tahun 1971. Atlet Tenis Meja AS dan China "tumben" saling menyapa dan berkomunikasi satu sama lain. Sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh China yang mengawasi ketat setiap atletnya. Kabar baik yang tak disangka terjadi. Ketika Kejuaraan Tenis Meja selesai dan para atlet bersiap menuju negara masing-masing, tiba-tiba Beijing memberi undangan kepada kontingen Tenis Meja AS untuk berkunjung ke China. Mampir dulu dong sebelum pulang, kira-kira begitu bahasa ajakannya.</p><p>Di China mereka disambut dan dijamu tuan rumah. Selidik punya selidik sebenarnya kedua negara sedang berupaya untuk menjalin hubungan baik. Saat itu China lagi retak aliansi persahabatannya dengan Uni Sovyet (sekarang Rusia). Jika ditandingkan dengan Uni Sovyet plus Pakta Warsawa, China jelas kalah segalanya waktu itu. Jadi Beijing perlu pendekatan dengan AS. Sementara dalam pandangan AS, China tidak bisa diabaikan apalagi dijauhkan. Dua-duanya saling membutuhkan tetapi belum bertemu dengan pintu masuk yang "berwibawa". Maka diplomasi Pingpong adalah cara yang dianggap paling elegan untuk saling senyum, saling sapa. Berlanjut dengan kunjungan Presiden Richard Nixon ke Beijing untuk membuka pintu hubungan diplomatik tahun 1972.</p><p>Metode ini menurut pandangan kita yang sedang mengemuka untuk mencairkan kebekuan hubungan China - Australia. Dua negara ini beseteru panas soal Taiwan dan Laut China Selatan (LCS). Tapi persoalan besarnya sebenarnya adalah hegemoni AS yang mulai terusik. Canberra seperti biasa selalu bersama AS dalam urusan geopolitik dan geostrategis dunia. Peredaan ketegangan di Indo Pasific seharusnya adalah "fardu ain", kewajiban semua rumah tangga negara di kawasan ini. Pertempuran hebat dan lama antara Rusia - Ukraina menjadi pelajaran berharga bagi negara manapun. Bahwa perang menghasilkan kehancuran dan penderitaan. Bahwa perang menghasilkan bencana kemanusiaan luluh lantak. Bahwa perang tidak menyelesaikan masalah.</p><p>Diplomasi sepakbola Australia - China bisa menjadi awal dari upaya merajut kesetaraan hubungan yang mengedepankan semangat humanisme universal. Teknisnya menikmati bersama kegembiraan di stadion. Yang bermain kesebelasan Argentina dan Australia, yang menikmati penonton China. Bahkan diniscayakan akan ada warga dan diplomat Australia yang hadir dan berteriak bersama. Ketika kita menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion maka semua atribut strata hilang sementara, bertukar nama menjadi kasta penonton.</p><p>Harapan kita dengan diplomasi sepakbola bisa berlanjut dengan saling sapa dalam bahasa diplomatik. Kita berharap ada siraman kesejukan. Australia bisa melunakkan pernyataan sikap dan kebulatan tekadnya yang selama ini mengedepankan diplomasi high profile berlapis paranoid terhadap China. Kemudian melapisnya dengan permusuhan militer. Membentuk pakta nuklir AUKUS bersama AS dan Inggris, membeli 6 kapal selam nuklir dan bermacam alutsista canggih lainnya. Australia membeli kapal selam nuklir tanpa unggah ungguh dengan tetangganya. Dan ini jelas melanggar traktat non proliferasi nuklir di kawasan ini. Indonesia memprotes keras.</p><p>Sementara China yang sukses mendamaikan Arab Saudi dan Iran punya potensi untuk memenuhi code of conduct pada wilayah yang diklaimnya. Code of conduct di LCS misalnya, ASEAN sudah menunggu lebih sepuluh tahun sampai sekarang. Sementara China masih sebatas pernyataan tok. Indonesia-Vietnam sudah berhasil menyelesaikan klaim tumpang tindih ZEE di Natuna akhir tahun lalu. China mestinya bisa mencontoh penyelesaian klaim dengan perundingan. Termasuk soal Taiwan yang mendesak, akan sangat bermartabat jika dapat diselesaikan melalui perundingan dan jalur diplomatik. Bukan show of force dengan mata melotot.</p><p>Tidak ada yang tidak mungkin, sebagaimana cairnya hubungan diplomatik AS - China tahun 1972 di era perang dingin melalui diplomasi Pingpong. Juga berdamainya Arab Saudi - Iran baru-baru ini berkat peran China merupakan sesuatu yang tak pernah diduga. Termasuk kembalinya Suriah yang sudah compang camping ke pangkuan Liga Arab. Kita lihat saja lanjutan cerita diplomasi sepakbola Argentina-Australia di China ini. Mission Impossible kata judul film intelligence action jilid satu sampai empat. Namun nyatanya tercapai juga misinya tuh. Maka menjadikan kawasan Indo Pasific sebagai zona damai dan sejahtera tentu bisa juga dong, walaupun judulnya Mission Impossible.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 29 Mei 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-39139244213800970172023-05-25T06:14:00.004+07:002023-05-25T06:14:49.351+07:00Bergegas Menguatkan Alutsista Marinir<p>Korps marinir TNI AL adalah bagian dari sistem senjata armada terpadu (SSAT) Angkatan Laut Indonesia yang memiliki karakter khas sebagai pasukan serbu pantai. Dalam setiap serial latihan tempur armada TNI AL ditengah laut ada simulasi deteksi ranjau, deteksi kapal selam, peran tempur bahaya udara, penembakan rudal anti kapal, penembakan torpedo, logistik bekal ulang. Puncaknya adalah pendaratan pasukan marinir. Sebagai pasukan elite TNI AL, marinir mempunyai sejumlah alutsista striking force untuk pendaratan dan menguasai titik tumpu pantai. Yang terlihat kemudian adalah lebih banyak alutsista tua yang berenang menuju pantai seperti tank amfibi PT76, panser amfibi BTR50 buatan Uni Sovyet. Yang baru hanya tank BMP3F buatan Rusia dan MLRS (peluncur roket multi laras) Vampire buatan Ceko.</p><p>Sebagai kekuatan SSAT, pasukan marinir menyesuaikan performansi dan pengembangan kekuatannya dengan Armada TNI AL. Seperti kita ketahui Armada tempur TNI AL saat ini sudah mekar menjadi tiga Armada. Markas Armada Satu di Tanjung Pinang, Armada Dua di Surabaya dan Armada Tiga di Sorong Papua. Pasukan marinir (Pasmar) setingkat divisi juga menyesuaikan. Pasmar Satu di Jakarta, Pasmar Dua di Surabaya dan Pasmar Tiga di Sorong. Dengan catatan ada 1 Brigade marinir di Lampung, 1 batalyon di Pangkalan Brandan Sumut dan 1 batalyon di Batam Kepulauan Riau.</p><p>Menyesuaikan dengan pengembangan postur kekuatan, selayaknya kekuatan alutsista marinir juga ikut mekar mengembang. Dalam program MEF jilid tiga yang akan berakhir tahun depan ternyata pencapaian target pertambahan alutsista marinir baru 50 %. Kita berharap Ini menjadi program percepatan, menambah infrastruktur tempur marinir sesuai dengan marwah jati dirinya, pasukan hantu laut. Marinir perlu menambah seratusan tank dan seratusan panser untuk mengganti "si mbah" PT76 dan "si tua-tua keladi" BTR50 sesuai dengan pengembangan kekuatan dan perkembangan teknologi persenjataan. Dalam perspektif kita minimal harus ada pertambahan aset 100 tank amfibi, 150 panser amfibi dan 50 MLRS yang baru.</p><p>Kurikulum simulasi serbu pantai selama ini didahului dengan penerjunan pasukan intai amfibi, kemudian ada serangan udara langsung dengan pesawat tempur F16 atau Sukhoi untuk melumpuhkan kekuatan musuh. Dilanjut dengan tembakan meriam dari sejumlah KRI yang mengawal pasukan marinir. Pernah dicoba membawa MLRS RM Grad yang dipasang di KRI Landing ShipTank (LST) untuk meluncurkan roket. Kemudian tank amfibi, panser amfibi dikeluarkan dari KRI LST dan LPD yang berjarak sekian kilometer dari pantai. Menyusul sekoci amfibi KAPA yang mengangkut MLRS dan artileri serta pasukan marinir untuk merebut titik tumpu pantai. </p><p>Alutsista yang efektif dan efisien dengan teknologi tempur terkini adalah drone intai (UAV) atau drone bersenjata (UCAV). Di medan pertempuran darat Rusia-Ukraina, alutsista elektronik nir awak ini menjadi strategis fungsinya. Ratusan tank, panser, artileri mampu dilumpuhkan drone dari jarak jauh. Oleh sebab itu, dalam penguatan alutsista marinir sangat perlu ada penambahan skadron UAV dan UCAV, juga skadron helikopter sebagai satuan striking force. Semua disatukan dalam manajemen interoperability. Dalam pengembangan strategi pertempuran marinir ke depan penggunaan UAV dan UCAV bisa menjadi bagian operasi militer serbu pantai.</p><p>Saat ini korps marinir memiliki alutsista yang relatif baru yaitu 60 tank amfibi BMP-F buatan Rusia dan 15 MLRS Grad / Vampire buatan Ceko. Ada juga 15 unit kendaraan amfibi LVT-7A1 hibah dari Korsel. Sementara ratusan tank dan panser amfibi lainnya adalah produk lawas tahun 60an. Sudah layak diganti. Sejauh ini belum ada penambahan alutsista baru di pasukan hantu laut ini. Pernah ada proses pengadaan 80 ranpur amfibi angkut pasukan BT-3F dan 20 tank amfibi BMP-3F tambahan dari Rusia namun kelihatannya terhalang CAATSA dari AS. Sebagai pasukan pemukul strategis dan masuk unsur PPRC (pasukan pemukul reaksi cepat) TNI, selayaknya alutsista marinir diperbaharui dan diperluas. Sangat layak untuk dipercepat. Misalnya menambah aset tempur dari Turkiye atau AS. Dari Turkiye ada ranpur ZAHA, dari AS ada ranpur LVT 7. Selain itu marinir perlu dilengkapi dengan drone dan helikopter tempur serta satuan tembak rudal jarak pendek untuk pertahanan pangkalan AL.</p><p>Pendaratan pasukan marinir di dunia sepanjang sejarah adalah pertempuran heroik dan sangat menentukan. Ingat pertempuran dahsyat di pantai Normandia Perancis dalam operasi Overlord tentara sekutu tanggal 6 Juni 1944 dan Iwojima Jepang tanggal 16 Maret 1945 dalam perang dunia kedua.. Suasana pertempuran di laut dan pantai pendaratan penuh dengan dentuman dan pergerakan alutsista. Drama pertempuran, adrenalin pertempuran menyatu ditengah deru kendaraan tempur dan teriakan pergerakan pasukan. Pendaratan Normandia dan Iwojima merupakan serial penentu kemenangan tentara sekutu dalam perang dunia kedua dengan korban pasukan yang luar biasa banyaknya.</p><p>Adalah hal yang pasti bahwa pasukan marinir Indonesia dipersiapkan untuk menyerbu pantai dan pulau milik negeri yang dikuasai musuh, misalnya Natuna. Maka kekuatan alutsistanya harus modern, harus tangguh, wajib tangguh, bukan ditangguhkan. Ini syarat mutlak. Wajar kan kalau marinir wajib memiliki aset baru dan modern minimal duaratusan tank amfibi, duaratusan ranpur amfibi, limapuluhan MLRS, skadron UAV/UCAV dan skadron helikopter. Ini juga sebangun dengan target resmi MEF ketiga yang diinginkan TNI AL yaitu memiliki 182 KRI, 8 kapal selam, 100 pesawat udara dan helikopter serta 978 ranpur marinir. Tercapai 80% saja sudah alhamdulillah banget, padahal sekarang baru tercapai 50% dan tinggal setahun lagi lho.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 24 Mei 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com48tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-52578857400691418422023-05-11T15:42:00.003+07:002023-05-11T15:42:45.965+07:00Antara Garuda Shield Dan Balikatan<p>Aliansi militer AS - Filipina edisi terkini seperti membuka sejarah panjang tentang persekutuan dan persahabatan militer keduanya. Perang Vietnam adalah contoh manfaat aliansi ini dan menjadi unjuk kinerja militer AS di Asia Tenggara pada era perang dingin. Filipina adalah home base dan pangkalan aju terbesar untuk pasukan dan alutsista AS ketika menggempur dan membombardir daratan Vietnam selama 15 tahun. Meski pada akhirnya harus hengkang dari ibukota Vietnam Selatan Saigon tahun 1975 yang kemudian berganti nama Ho Chi Minh City.</p><p>Adalah Presiden Marcos Jr yang membuka pintu selebar-lebarnya untuk militer AS demi kepentingan nasionalnya yang terancam arogansi "nine dash line". Seperti mengulang sejarah ayahnya Ferdinand Marcos yang mempersilakan AS memakai Subic Navy Base dan Clark AFB sebagai pijakan militer AS dalam perang Vietnam yang berakhir tahun 1975. Bong Bong Marcos kembali mempersilakan AS menggunakan 7 pangkalan militer di Filipina. Kali ini dengan justifikasi yang lebih jelas, untuk menghadapi kemungkinan terburuk melawan China. Sementara bagi AS prioritasnya adalah disamping untuk membentengi rumah sahabatnya Filipina, juga untuk melapis pertahanan Taiwan yang akhir-akhir ini mendapat tekanan dan ancaman militer yang masif dari China. Dan pijakannya adalah Filipina.</p><p>Jarak antara Filipina dan Taiwan hanya 100 mil. Dekat sekali. Skenarionya jika Taiwan diserang China maka pasukan AS melakukan counter attack dari pulau Luzon. Maka pergelaran Balikatan exercice tahun ini yang dimulai sejak pertengahan April 2023 adalah yang terbesar. Ada pengerahan 18.000 pasukan gabungan kedua negara dengan alutsista canggih, tentu sebagian besar milik AS. Ada rudal Patriot, ada Himars, Avenger, Javelin, jet tempur F35, kapal perang berbagai jenis dan lain-lain. Latihan militer Balikatan sudah diselenggarakan sejak tahun 1991 dan tahun ini adalah yang terdahsyat. Buah dari kesepakatan Joe Bidden dan Marcos Jr. September 2022 yang lalu, menghidupkan kembali aliansi militer kedua negara.</p><p>Lalu bagaimana dengan Garuda Shield yang Agustus tahun lalu digelar di tiga tempat di Indonesia, yaitu Sumsel, Kaltim dan Sulut. Rencananya gelar latihan militer Garuda Shield tahun 2023 akan berlangsung pertengahan tahun ini. Salah satu lokasinya adalah pusat latihan tempur marinir di Baluran Situbondo. Garuda Shield yang sudah berlangsung 16 kali, tahun kemarin adalah yang terbesar. Ada sekitar 5.000 prajurit TNI dan pasukan IndoPacom AS ditambah 12 negara lain yang menyemarakkan simulasi manajemen pertempuran modern. Berbagai serial pertempuran dipertunjukkan berbasis interoperability. Garuda Shield tahun 2022 berfokus pada simulasi pertempuran matra darat dan lintas udara.</p><p>Sementara saat ini kabar perkuatan alutsista kita terus menerus memberikan ruang harapan yang membungakan dan membanggakan. Sebagai hasrat dan tekad yang kuat untuk melapis barikade pertahanan negeri. Persetujuan anggaran melalui sumber pembiayaan Kementerian Keuangan sebesar US$ 2,16 milyar untuk pembelian 2 kapal selam Scorpene adalah jalan cerah menuju kontrak efektif. Sembari berharap pengadaan 2-3 kapal perang heavy fregate Fremm Class bisa kontrak efektif sebelum Pilpres 2024. Termasuk 12 jet tempur Mirage sebagai "penguat dadakan" untuk mengisi ketersediaan jet tempur sebelum 42 jet tempur Rafale datang. Sebagai informasi, selama lima tahun terakhir ini sudah ada persetujuan anggaran sebesar US$ 25 Milyar dari Kementerian Keuangan untuk pembelian berbagai jenis alutsista. Ini adalah yang terbesar sejak era Dwikora. Dan sangat mungkin bisa bertambah US$ 4 -5 Milyar lagi sampai tahun 2024.</p><p>Garuda Shield sangat bagus untuk pertambahan pengalaman ilmu tempur modern berbasis interkoneksi. Simpul akhirnya kita harus siap menggelar kekuatan otot militer kita dengan isian gizi alutsista strategis dan berkualitas. Uji gizi alutsista sudah ada di medan perang Rusia Ukraina. Bintangnya adalah drone bersenjata dan peluru kendali. Kita ikuti perkembangan itu. Kita sudah mempersiapkan kedatangan infrastruktur alutsista ini. Drone Anka dan Bayraktar dari Turki akan datang. Satbak (satuan tembak) peluru kendali surface to air Hisar Trisula jarak menengah dan jauh teknologi Turki dan Ceko segera tiba. Juga Satbak peluru kendali surface to surface Khan made in Turki dengan jarak tembak 280 km. Peran drone atau UCAV atau pertempuran remote control ke depan akan sangat menentukan dan strategis dalam network centric warfare.</p><p>Balikatan dan Garuda Shield adalah simulasi, diplomasi dan evaluasi. Keduanya memiliki urgensi masing-masing yang bermuara pada ready for use, kesiapan kekuatan militer yang bertumpu pada interoperability dan network centric warfare. Sebagai diplomasi militer Balikatan dan Garuda Shield ingin menunjukkan pada pihak sono tentang peta jalan militer dan kekuatan militer lawannya. Perbedaannya, Balikatan adalah aliansi militer bilateral yang dikembangkuatkan sebagai bagian dari "persekutuan tradisional" antara AS dan Filipina. Sedangkan Garuda Shield adalah kemitraan militer yang dibangun berdasarkan dinamika kawasan, kepentingan bersama, bukan aliansi militer. </p><p>Filipina sekutu AS sudah punya "akta nikahnya". Indonesia bukan sekutu AS, tapi setara dengan "teman tapi mesra". Hubungan seperti ini sah-sah saja bergantung kepada kepentingan sesuai dinamika dan kebutuhan. Dulu kita pernah mengalami embargo militer dari AS. Belajar dari embargo itu kita membeli 16 jet tempur Sukhoi, 60 tank amfibi BMP3F dari Rusia. Termasuk saat ini pengadaan 42 jet tempur Rafale dari Perancis. Sah-sah saja. Infrastruktur militer Filipina selama ini kurang bergigi sehingga lima tahun terakhir mereka berupaya untuk memodernisasinya. Termasuk membeli 4 kapal perang jenis LPD (Landing Platform Dock) dari Indonesia. Alutsista Indonesia jauh lebih baik dari tetangganya ini meski belum sampai pada kekuatan minimal yang dibutuhkan. Sekali lagi Balikatan adalah simbol aliansi militer, Garuda Shield adalah simbol kemitraan militer teman tapi mesra. Karena kita berteman dengan siapa saja, sesuai dinamika dan kepentingan nasional kita. Ini salah satu makna bebas dan aktif.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 10 Mei 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com36tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-33194445149637027002023-04-18T05:35:00.000+07:002023-04-18T05:35:23.343+07:00Memilah Persepsi Dan Perspektif Konflik Indo Pasific <p>Perubahan geopolitik dan geostrategis di Timur Tengah berubah cepat seperti pepatah " Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari". Dan yang membuat hujan perubahan itu adalah pesaing hegemoni AS, China. Betapa tidak, pada hari-hari belakangan ini pulihnya hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran serta penerimaan Suriah ke pangkuan liga Arab menjadi parfum wangi di tengah bulan suci Ramadhan. AS dan sekutunya NATO terkesima, salah tingkah dan mati angin. Sementara China memeluk prestasi diplomatik damai terbaik di tengah menguatnya polarisasi dunia dan berkecamuknya perang Rusia-Ukraina.</p><p>Mari kita memilah persepsi dan perspektif potensi konflik di Indo Pasific. Persoalan kunci yang didefinisikan adalah soal Taiwan dan klaim nine dash line China di Laut China Selatan (LCS). Apakah hanya sekedar itu permasalahannya. Ternyata tidak. Dalam perspektif AS persoalan besarnya adalah persaingan hegemoni dengan semakin tergerusnya "nilai" AS di mata negara-negara dunia. Dalam upaya membendung "banjir bandang" kemampuan ekonomi dan militer China, AS dan sekutunya mengambil pola reaktif dan overdosis dengan membangun permusuhan ekonomi dan permusuhan militer. Khusus dalam bidang militer AS membentuk pakta nuklir AUKUS di Indo Pasific bersama saudara "satu trah anglo saxon", Inggris dan Australia. Kemudian mengajak Filipina untuk bersekutu dan membuka 7 pangkalan militer di negeri itu, mengantisipasi agresi militer China ke Taiwan dan ancaman ke LCS.</p><p>Dengan Indonesia, AS mengirimkan ribuan prajurit untuk latihan militer skala besar Garuda Shield di Sumsel, Kaltim dan Sulut. Mengirimkan pesawat tanker avtur US Air Force untuk simulasi pengisian BBM belasan F16 TNI AU di sepanjang selatan Jawa Timur. Mengirim pesawat intai strategis Poseidon untuk latihan bareng. Mengajak pasukan marinir Indonesia berlatih di markas USMC. Termasuk mengikutsertakan dan memberangkatkan prajurit Kostrad dari pangkalan militer Guam untuk terbang non stop dan diterjunkan di Puslatpur TNI AD Baturaja dengan 9 pesawat angkut berat.</p><p>Apa sih esensi permasalahan di LCS. Secara fakta batas laut Indonesia dan China bersinggungan di zona ekonomi eksklusif (ZEE) perairan Natuna utara, bukan di perairan teritori 12 mil laut dari pantai Natuna. Juga ZEE Malaysia dengan ZEE kita, ZEE Vietnam dengan ZEE kita. ZEE Malaysia dengan ZEE Vietnam. Termasuk ZEE Malaysia, Brunai, Vietnam, Filipina dengan ZEE China. Perairan ZEE adalah perairan dimana sebuah negara memiliki hak berdaulat untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut. Artinya disamping klaim tumpang tindih ZEE dengan nine dash line China sesama negara ASEAN yang punya halaman LCS saling klaim juga tuh tapi tidak seheboh dan sedramatis dengan China.</p><p>Yang perlu diingat ZEE bukan kedaulatan teritori sebuah negara. Kedaulatan teritori perairan Indonesia adalah 12 mil laut dari garis pantai. Nine dash line China bertemu dan beririsan dengan ZEE Indonesia yang diakui UNCLOS 1982 dan sudah diratifikasi. Berita bagusnya, Indonesia dan Vietnam akhir tahun lalu mampu menyelesaikan secara final tumpang tindih klaim dengan perundingan yang durasinya bertahun-tahun. Artinya klaim tumpang tindih ZEE sejatinya bisa diselesaikan dengan cara beradab dan tak perlu pamer kekuatan otot militer. Indonesia dan Vietnam telah menunjukkan pada dunia kemampuan dan kecerdasan serta marwah diplomasinya untuk menyelesaikan klaim ZEE diantara keduanya.</p><p>Soal AUKUS yang tiba-tiba saja lahir "tanpa hamil duluan" alias tidak mengedepankan dialog dengan negara kawasan ASEAN sesungguhnya adalah langkah tegap berwajah pucat. Sebagai jiran satu RW Indonesia bereaksi tegas pada jiran selatan ini yang telah melanggar status non proliferasi nuklir di kawasan. Lebih dari itu hanya karena respon yang berlebihan terhadap ancaman China di Indo Pasifik lantas membuat pakta nuklir "NATO Timur Jauh". Boleh jadi pemberitaan soal keinginan Indonesia yang terkesan tiba-tiba untuk membeli 4 kapal perang destroyer type 052D dari China sebagai jawaban militer soal kehadiran AUKUS. Rencana beli ini yang mengemuka di pemberitaan bisa dicatat sebagai penegas posisi Indonesia yang non blok. Sekaligus untuk menempatkan dan memilah persepsi dan perspektif potensi konflik karena klaim secara proporsional.</p><p>Maka percepatan perkuatan otot militer Indonesia semakin memperjelas bahwa kita mengantisipasi konflik LCS sesuai porsi dan persepsi kita. Dalam pakem diplomatik Indonesia tidak bermusuhan dengan China. Indonesia tidak perlu seperti Filipina yang masuk dalam kategori aliansi militer dengan AS. Kita membangun kekuatan militer kita sepadan dengan luasnya wilayah teritori karena kita memang kekurangan aset alutsista. Bahkan kekuatan minimal saja belum tercapai. Kita membeli berbagai jenis alutsista dari berbagai negara adalah bagian dari strategi militer yang cerdas. Termasuk rencana beli destroyer 052D dari China. Yang terakhir ini kalau jadi, tentu membuat tetangga selatan berpikir lagi. Dan biarkanlah dia berpikir.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 17 April 2023</p>Unknownnoreply@blogger.com65tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-13258491301191477642023-04-09T16:00:00.004+07:002023-04-09T16:02:15.025+07:00Berita Bawah Air Mulai Terang Benderang<p>Belum sepekan ada berita di CNN Indonesia, rencana pengadaan 4 kapal selam dengan total anggaran 2,1 milyar atau 31 trilyun. Kapal selam yang digadang-gadang adalah kombinasi made in Jerman dan Perancis, 2 kapal selam U214 dan 2 Scorpene. Saat ini Indonesia baru memiliki 4 kapal selam U209 yang kelasnya masih dibawah U214 Jerman atau Scorpene Perancis. Armada monster bawah air mutlak diperlukan sebagai salah satu kekuatan penggentar angkatan laut Indonesia. Kita tidak boleh abai dengan unsur kekuatan sistem senjata armada terpadu TNI AL ini. Potensi konflik di Indo Pasific termasuk Laut China Selatan adalah penguasaan wilayah laut dan udara. Mirip seperti perang Pasifik 80 tahun yang lalu.</p><p>Empat kapal selam yang dimiliki Indonesia saat ini belum menjadi kekuatan keunggulan. KRI Cakra 401 jenis U209 buatan Jerman misalnya sudah terlalu tua menjelajah jeroan laut kita. Sementara ketiga adik seperguruannya sama-sama U209 namun lain "dosen pembimbingnya", belum sampai pada penampilan memuaskan apalagi cum laude. Masih ada "mata kuliah" yang harus disempurnakan. Meski demikan ilmu transfer teknologi untuk membangun KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405 sangat bermanfaat bagi PT PAL. Contohnya overhaul KRI Cakra 401 di galangan kapal selam PT PAL Surabaya sukses dikerjakan oleh insinyur dan teknisi PT PAL dengan supervisi Daewoo Korsel.</p><p>Sekedar info, ilmu transfer teknologi yang paling efektif dan cepat daya serapnya adalah upgrade atau enhanced mid life update (eMLU) jet tempur F16 blok 15 TNI AU. Saat ini dari 10 F16 generasi tahun 1990 yang dibongkar total untuk diisi dengan infrastruktur dan software tempur modern sudah selesai 7 unit. Semuanya dilakukan oleh tenaga ahli dan teknisi TNI AU dengan supervisi Lockheed Martin AS. Pengerjaannya dilakukan di markas skadron teknik 042 Iswahyudi AFB. Hasilnya 7 unit F16 ini sudah menyandang teknologi tempur terkini beyond visual range dengan rudal AIM-120 AMRAAM. </p><p>Soal pilihan untuk membeli aset kapal selam, dalam pandangan kita, memilih U214 bisa memberi manfaat ganda untuk TNI AL dan PT PAL. Bagaimanapun PT PAL sudah punya pengetahuan dan pengalaman. Termasuk penyerapan transfer teknologi ketika membangun 3 kapal selam Nagapasa Class U209 improved dengan guru pembimbing Daewoo Korsel. Meski performansi kapal selam tersebut belum optimal. TKMS Jerman yang nota bene mahaguru atau suhu nya pembuatan kapal selam di dunia tentu bisa mengurai aspek teknis untuk menggaharkan 3 kapal selam Nagapasa Class. Artinya PT PAL mendapat tambahan ilmu lagi untuk maintenancenya dan TNI AL bisa optimal mengoperasikannya.</p><p>Poin penting dari tulisan ini adalah menyegerakan percepatan pengadaan 4 kapal selam gahar ini. Momentumnya hanya ada di tahun sekarang. Proses pengadaan herder bawah air ini diharapkan bisa kontrak efektif tahun ini. Dalam prosesnya jelas ada tarik menarik unjuk performansi produk pabrikan. Namanya juga promosi untuk merebut simpati, wajar di dunia persaingan produsen bisnis alutsista. Selama proses pengadaan ini berlangsung publikasi marketing komunikasi Scorpene terlihat lebih mengemuka dibanding U214. Banyak media yang menyiarluaskan keunggulan dan nilai tambah Scorpene. Naval Group mengadakan acara presentasi performansi Scorpene di kapal perang LHD Perancis yang sedang berkunjung ke Jakarta baru-baru ini. Sementara TKMS produsen U214 Jerman hampir tidak pernah terdengar marketing komunikasi publikasinya.</p><p>Jika keduanya, Scorpene dan U214 menjadi pilihan bersama, ini merupakan keputusan win-win solution. Kapal selam U214 dapat menjadi "induk maintenance" bagi 4 kapal selam yang kita miliki yang sama-sama berbasis Jerman. Sementara pilihan kepada teknologi Scorpene adalah strategi untuk kerahasiaan teknologi. Dan tidak terpengaruh dari bayang-bayang teknologi U218 SG milik Singapura. Yang menggembirakan berita bawah air mulai terang benderang karena sudah ada penetapan sumber pembiayaannya (PSP) dari Kementerian Keuangan.</p><p>Kita menyambut riang gembira suasana terang benderang ini apabila terlaksana acara puncak yang bernama kontrak efektif. Sama benderangnya dengan puncak acara HUT TNI ke 77 tanggal 9 April 2023 di Halim AFB yang spektakuler dan digdaya. Menhan Prabowo, Presiden ke 5 Megawati, Ketua DPR Puan Maharani, Panglima TNI, Kapolri dan undangan lainnya berjoget bersama mengikuti lantunan lagu "Ojo dibandingke" dan saling bersalaman sumringah diakhir acara. Suasana terang benderang dengan udara cerah ini sejatinya adalah suasana kita bersama hari-hari ini dengan berita terang benderang soal pengadaan kapal selam gahar dan berbagai jenis alutsista lainnya. Semoga dimudahkan.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 09 April 2023</p>Unknownnoreply@blogger.com208tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-48686786726290558312023-03-26T09:35:00.003+07:002023-03-26T09:35:35.859+07:00Memudarnya Persekutuan Hegemoni<p> (Bagian Kedua-Habis)</p><p>Perubahan geopolitik dan geostrategis yang begitu cepat di Timur Tengah membuat dunia terperangah. Setelah Arab Saudi-Iran saling berpelukan, beberapa negara Arab sudah membuka diri untuk menerima kembali Suriah yang sudah bonyok ke pangkuan Liga Arab. Yaman yang babak belur dibombardir Arab Saudi dipastikan akan menjadi negeri damai sentosa karena Iran dan Arab Saudi sudah baikan. Dan semua perubahan cepat yang terjadi ini bukan karena campur tangan AS, murni inisiatif mereka sendiri sesama warga kelurahan Timur Tengah. </p><p>Arab Saudi sudah mulai menjauh dari AS. Ingin lepas dari pengaruh Washington yang selalu mendikte. Terkini, salah satu penyebabnya karena pemaksaan kehendak soal minyak OPEC yang harus mengikuti kehendak Pakde Sam soal kuota dan harga lewat RUU yang sedang dipersiapkan. Lucu juga ya kok sibuk ngurusin bisnis negara lain lewat UU dia. Ini juga salah satu bentuk kekonyolan dari pemegang hegemoni yang belakangan ini terkesan panik dan emosional.</p><p>Penghancuran jalur pipa gas Nord Stream 2 tanggal 26 September 2022 diyakini adalah hasil karya penguasa hegemoni. Jerman sebagai tujuan penyaluran sumber daya energi dari Rusia ini tentu merasa terpukul tanpa bisa berkata apa-apa. Karena Jerman anggota NATO meski sejarah perang dunia kedua, Hitler Jerman yang diluluhlantakkan pasukan sekutu. Artinya mereka adalah negara yang kalah perang. Harus tunduk dan patuh dengan pemenang perang ketika negaranya dibagi dua. Jerman Barat ikut NATO dan Jerman Timur ikut Pakta Warsawa. Jalur pipa Nord Stream yang menghubungkan Rusia dan Jerman melalui laut Baltik untuk memenuhi kebutuhan energi beberapa negara Eropa Barat.</p><p>Demikian juga ketika tembok Berlin dirubuhkan tahun 1991 sebagai lambang penyatuan Jerman, tetap harus menjadi anggota NATO. Padahal Pakta Warsawa sudah membubarkan diri. Ekspansi yang terus menerus inilah yang kemudian dibaca Rusia sebagai ancaman langsung terhadap eksistensinya. Banyak negara pecahan Uni Sovyet yang sudah bergabung dengan NATO. Terakhir Ukraina dibujuk untuk menjadi anggota NATO. Ini adalah ketersinggungan harga diri bagi Rusia. Bagaimanapun Rusia dan Ukraina adalah sejarah kebersamaan yang panjang. Jarak Moskow ke Ukraina hanya seukuran jarak Jakarta-Surabaya. Artinya bergabungnya Ukraina ke NATO adalah ancaman militer langsung ke jantung Moskow.</p><p>Sejarah kemudian yang akan membuktikan apakah pergantian kepemimpinan hegemoni akan berlangsung mulus atau melalui perang besar-besaran. Perang Rusia-Ukraina adalah ujian ketrampilan dan penentunya. Kemudian kekuatan ekonomi China sebentar lagi akan menyalip AS sementara kekuatan militer China tumbuh menjadi kekuatan terbesar di Asia Pasifik. Untuk mengantisipasinya tiga negara bersaudara Anglo Saxon AS, Inggris dan Australia membentuk pakta nuklir AUKUS, markasnya di Australia. Pertanyaan sebenarnya mau kemana dunia ini dibawa kalau tidak sedang menuju konflik besar yang akan menghancurkan peradaban bumi. Atau karena ingin mempertahankan status quo hegemoni.</p><p>Mengapa persekutuan hegemoni semakin memudar menurut pandangan kita lebih disebabkan karena kebisingan dan sikap-sikap tidak simpatik mereka sendiri. Statemen-statemen yang dikeluarkan dominan bernada ancaman dan paksaan yang menimbulkan antipati berbagai negara. Termasuk melakukan proxy war dan framing. ISIS adalah contohnya dan dunia sempat terkecoh. Termasuk soal senjata pemusnah masal Irak yang ternyata tidak pernah terbukti.</p><p>Peta bipolar atau bahkan multipolar geopolitik dan geostrategis dunia sedang berproses. Perang Rusia Ukraina adalah pembuka alineanya. Netizen dunia mengikuti dengan cermat seluk beluk penyebab dan hingar bingarnya termasuk berita-berita hoaxnya. Misalnya ketika KTT G20 di Bali sedang berlangsung Ukraina membuat berita hoax paling memalukan. Dia bilang rudal Rusia menyerang dan meledak di teritori Polandia. Padahal setelah diselidiki ternyata rudal Ukraina yang melenceng ketika ingin menangkis serangan Rusia.</p><p>Para pemimpin NATO yang hadir di Bali sempat rapat darurat untuk mengambil sikap bersama. Karena jika ada anggota NATO diserang maka itu adalah deklarasi perang terhadap seluruh anggota NATO. Benar-benar genting suasananya. Dan ternyata hoax. Presiden AS sendiri yang mengatakan bahwa yang meledak itu bukan rudal Rusia. Zelensky memang pintar menjalankan framing pertempuran, padahal negerinya sudah luluh lantak, jutaan rakyatnya sudah mengungsi. Ironinya negerinya sendiri yang jadi korban proxy dari aliansi yang ingin memperluas keanggotaannya.</p><p>Pada akhirnya memang dunia membutuhkan keseimbangan, berpasangan dan saling membutuhkan. Sama halnya ada siang ada malam, ada panas ada hujan, ada laki-laki ada perempuan. Termasuk informasi butuh konfirmasi agar tidak terjadi framing dan pembenaran sepihak. Dunia unipolar sudah membuktikan adanya ketidakseimbangan, keangkuhan, keberpihakan dan kesewenang-wenangan. Kita sedang menuju dunia bipolar atau bahkan multipolar. Dan perjalanan ke arah itu akan penuh dengan goncangan dan turbulensi. Pada akhirnya kita akan landing di bandara bipolar atau tetap unipolar atau bahkan tidak pernah landing lagi. Waktu yang akan menjawabnya.</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 25 Maret 2023</p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-81504294579808995212023-03-24T10:37:00.000+07:002023-03-24T10:37:01.047+07:00Memudarnya Persekutuan Hegemoni<p>(Bagian Satu Dari Dua Tulisan)</p><p>Pulihnya hubungan diplomatik Arab Saudi-Iran merupakan kado indah Ramadhan 1444 H. Sebuah langkah besar dan bersejarah dari kedua bangsa besar muslim yang difasilitasi bangsa besar jua, China. Ini terjadi ditengah berkecamuknya perang besar Rusia-Ukraina berdurasi tahunan di benua paling modern di dunia, benua biru Eropa. Jabat tangan dua negara muslim paling berpengaruh di Timur Tengah di Beijing merupakan pukulan diplomatik paling menyesakkan bagi pemegang sabuk hegemoni, Amerika Serikat.</p><p>Sebenarnya AS sudah dan sedang memindahkan aset militernya dari kawasan Timur Tengah menuju Indo Pasifik. Di kawasan Asia Pasifik ini ada sang naga yang sedang bergeliat sebagai pesaing hegemoninya dalam segala dimensi, China. Timur Tengah dalam pandangan geopolitik dan geostrategis AS tidak lagi menjadi prioritas karena beberapa negara Arab sudah membuka pintu hubungan diplomatik dengan Israel. Catatannya adalah Suriah sudah babak belur namun AS gagal menggulingkan Bashar Al Assad. Presiden Irak Saddam Husein, dan pemimpin Libya Moammar Khadafy sudah dihabisi. Ironinya alasan menggempur Irak dan menggantung Saddam Husein tidak pernah terbukti yang katanya mempunyai dan menggunakan senjata pemusnah massal. Dan Iran-Arab Saudi dibiarkan berkonflik panjang di medan pertempuran Yaman. Dan ternyata mereka berjabat tangan untuk berdamai.</p><p>Kemudian masih segar dalam ingatan kita ketika AS tiba-tiba saja angkat kaki meninggalkan Afghanistan akhir Agustus 2021 setelah duapuluh tahun menguasai negeri Mullah itu. Cabut begitu saja tanpa pamit meninggalkan aset perang milyaran dollar. Pasukan Taliban mendapat rezeki nomplok mengambil alih pemerintahan Afghanistan dan menguasai alutsista AS. Itu artinya secara defacto Taliban mampu mengalahkan AS di Afghanistan. Ini sama kondisinya dengan kekalahan AS dalam perang panjang di Vietnam yang berakhir tahun 1975. AS harus angkat kaki dari Saigon.</p><p>Perlahan tapi pasti abrasi pantai hegemoni AS mulai tergerus. Kekuatan ekonomi, teknologi dan militer China sedang menuju puncak klasemen. Menghadapi peta perubahan ini pemilik hegemoni dan sekutunya cenderung panik menghadapi takdir sejarah Samuel Huntington ini. Seperti dalam persaingan teknologi, menangkap dan menahan Direktur Keuangan Huawei di Vancouver Kanada tahun 2018 dengan alasan bla bla bla merupakan contoh kepanikan menyikapi persaingan bisnis kemajuan teknologi 5G China yang lebih maju. Jika alasannya Huawei berbisnis dengan Iran yang berarti melanggar sanksi AS mestinya tidak juga sampai harus menahan putri pendiri Huawei itu. Netizen dunia mulai paham dengan kekonyolan pemilik hegemoni dan sekutunya.</p><p>Potensi persekutuan militer China, Rusia, Iran dan Korut sangat mungkin terhidang di karpet peta dunia yang labil saat ini. Bahkan potensi pengembangbiakan perang Rusia Ukraina bisa berlanjut menjadi Perang Dunia Ketiga. Modalnya hanya pencet tombol nuklir. Misalnya jika Rusia didesak terus, ditekan, dikucilkan, bahkan Putin mau ditangkap sebagai penjahat perang. Ini mengarah pada road map yang jelas, perang nuklir. Sejarah panjang Rusia bisa menjadi standar penilaian bahwa bangsa ini sangat militan, pantang menyerah. Ingat perang dunia kedua ketika Rusia menggempur Jerman, duluan sampai di Berlin mendahului pasukan AS dari Normandia Perancis. Ini yang menyebabkan Berlin dibagi dua setelah perang dunia kedua. Eropa Timur membentuk Pakta Warsawa dan Eropa Barat, AS mendirikan NATO. Jerman dibagi dua, Jerman Barat masuk NATO, Jerman Timur ikut Pakta Warsawa.</p><p>Mengapa pemilik hegemoni yang mengatur dunia secara unipolar tergerus abrasi. Faktor utamanya adalah munculnya kekuatan ekonomi dan teknologi China yang tumbuh menjulang cemerlang. Termasuk kekuatan militer China yang semakin hebat. Faktor lain lebih kepada pemaksaan kehendak dari pemilik hegemoni dan sekutunya demi kepentingan sepihak. Karena tidak punya pesaing bandul bipolar cold war setelah bubarnya Uni Sovyet dan Pakta Warsawa tahun 1990, AS dan sekutunya bebas leluasa menentukan peta geopolitik dan geostrategis. Fokusnya Timur Tengah dengan mengaduk adonan proxy, menyulut perang Teluk jilid satu dan dua, menyerang Libya, menggempur Suriah, membentuk ISIS, melakukan framing proxy ke Arab Saudi untuk menyerang Yaman karena ada milisi Houti yang didukung Iran. </p><p>Sementara itu di belahan bumi yang lain, China mulai menunjukkan geliat naga nya dengan kemajuan ekonomi dan militernya. China menguatkan klaim nine dash line nya di Laut China Selatan dengan membangun sejumlah pangkalan militer di kepulauan karang atol Spratly dan Paracel. Mengerahkan coast guard dan kapal perang untuk menggertak Vietnam, Filipina dan Indonesia. Juga dengan Taiwan sudah sampai pada tahap persiapan penyerbuan. Maka dalam pandangan geostrategis dan geopolitik AS, Indo Pasifik akan menjadi konsentrasi kekuatan militer AS untuk melawan China. Paman Sam membentuk pakta nuklir AUKUS dengan Inggris dan Australia, membuka 7 pangkalan militer di Filipina, membolehkan Jepang menguatkan angkatan bela diri menjadi kekuatan militer ofensif dan menguatkan Taiwan dengan ratusan aset perang.</p><p>(Bersambung)</p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 23 Maret 2023</p>Unknownnoreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-4761032068396772367.post-2803806098900804942023-03-15T06:46:00.002+07:002023-03-15T06:46:57.052+07:00Belanja Alutsista Terbesar<p>Investasi Pertahanan Indonesia </p><p>Terbesar Lima Tahun Terakhir</p><p>(Perkiraan Anggaran US$ 25 Milyar)</p><p><br /></p><p> 1 Korvet VVIP KRI Bung Karno 369 dari GSN</p><p> 2 Kapal Offshore Patrol Vessel dari GSN</p><p> 4 Kapal Landing Ship Tank dari GSN</p><p> 6 Kapal Patroli Cepat dari GSN</p><p> 1 Kapal Tanker BCM dari GSN</p><p> 1 KCR Trimaran KRI Golok 688 dari GSN</p><p> 2 Kapal LPD Rumah Sakit dari PT PAL</p><p> 3 Kapal Cepat Rudal 60m dari PT PAL</p><p> 2 Heavy Fregate Arrowhead 140m PT PAL</p><p> 6 Heavy Fregate Fremm 140m dari Italia</p><p> 2 Fregate Maestrale dari Italia</p><p> 3 Korvet Pohang Class dari Korsel</p><p> 2 Kapal pemburu ranjau dari Jerman</p><p> 2 Kapal selam Scorpene dari Perancis</p><p>42 jet tempur Rafale dari Perancis</p><p>12 jet tempur Mirage dari Perancis</p><p> 6 jet latih tempur T50 dari Korsel</p><p> 3 pesawat latih KT-1 Wong Bee dari Korsel</p><p> 2 pesawat Falcon 8x dari Perancis</p><p> 2 Pesawat MRTT A400M dari Airbus</p><p> 5 Pesawat Super Hercules dari AS</p><p>14 Radar GCI Thales dari Inggris</p><p> 2 Radar pasif Vera Ng dari Ceko</p><p> 2 Pesawat AEW&C</p><p> 6 Pesawat amfibi CL515 dari Kanada</p><p> 4 Pesawat CN235 MPA dari PT DI</p><p> 2 Satbak Rudal SAM Nasam dari Norwegia</p><p> 3 Satbak Rudal SAM MR dari Turki</p><p> 3 Satbak Rudal SAM LR dari Turki</p><p> 3 Satbak Rudal Khan S to S dari Turki</p><p>12 UCAV Anka dari Turki</p><p>12 UCAV Bayraktar dari Turki</p><p>14 UAV Scan Eagle dari AS</p><p> 9 Helikopter Bell 412 Epi dari PT DI</p><p> 8 Helikopter EC725 Cougar dari PT DI</p><p> 1 Infrastruktur NCW dari Yunani</p><p>18 Tank Harimau dari Pindad</p><p>23 Panser Badak dari Pindad</p><p>22 Panser Pandur (Cobra) dari Ceko</p><p>15 Ranpur Bushmaster dari Australia</p><p>50 Ranpur Komodo dari Pindad</p><p>40 MLRS Vampire dari Ceko</p><p>Keterangan:</p><p>*GSN : Galangan Kapal Swasta Nasional</p><p> NCW: Network Centric Warfare</p><p><br /></p><p>****</p><p>Jagarin Pane / 15 Mar 2023</p><p>(Dari berbagai sumber)</p>Unknownnoreply@blogger.com141