Thursday, June 4, 2020

Menyongsong Iver


Angkatan Laut Indonesia sedang memperkuat taji tempurnya. Meski sebenarnya terlambat dalam mempersiapkan kapal perang ukuran besar, setidaknya kehadiran Iver yang digadang-gadang sudah mampu melegakan hasrat dan harapan kita.

Peremajaan dan modernisasi angkatan laut kita sudah berjalan 10 tahun dalam bingkai program MEF (Minimum Essential Force) TNI. Tetapi ternyata selama 10 tahun ini kapal-kapal perang striking force yang dihadirkan lebih didominasi Kapal Cepat Rudal (KCR) dan Kapal Patroli Cepat (KPC) ukuran 40m dan 60m.

Proyek pengadaan KCR dan KPC membuat industri pertahanan maritim kita bersinar terang. PT PAL membangun 6 unit KCR 60m dan 3 kapal jenis LPD (Landing Platform Dock), dua diantaranya diekspor ke Filipina. Sementara industri galangan swasta nasional membangun puluhan KCR , KPC, LST (Landing Ship Tank)dan BCM Tanker. Belum lagi kapal-kapal "kelas KAL" dan yang dipesan Bakamla, KKP, Bea Cukai dan Polri.

Kapal perang ukuran layak tanding baru Martadinata Class sebanyak 2 unit dan Bung Tomo Class sebanyak 3 unit. Yang sudah hadir duluan sebelum MEF adalah korvet Diponegoro Class sebanyak 4 unit. Ada juga Fatahillah Class yang baru di upgrade sebanyak 3 unit. Sementara Ahmad Yani Class masih tetap setia menjaga teritori laut kita meski sudah sepuh.

 
Oleh sebab itu menghadirkan kapal perang Real Fregate Iver Huitfeldt berbobot 6645 ton dari Denmark adalah langkah strategis yang cemerlang dari decision maker. Kehadiran Iver adalah kembalinya lambang kedigdayaan TNI AL sekaligus Flag Ship. Kehadirannya nanti akan menjadi kapal perang terbaik di rantau ASEAN mengalahkan Formidable Class Singapura yang berbobot 3200 ton.

Kabar terbaru yang menggembirakan kita di tengah Pandemi Covid 19 ini adalah progress teknis kontrak pengadaan Iver Huitfeldt sudah final. Bahkan ternyata pengadaan kapal perang canggih ini tidak terbatas hanya 2 unit tetapi ditambah sampai 4 unit.

Kabar lain yang ikut membungakan hati adalah dilanjutkannya kembali pengadaan kapal perang Perusak Kawal Rudal Martadinata Class untuk kapal ketiga dan keempat. Alhamdulillah karena itu artinya program transfer teknologi dari Belanda kembali berlanjut. Moga-moga istiqomah, tidak goyah lagi alias pindah ke lain hati.

Untuk negara kepulauan sebesar ini sudah sepantasnya kita memiliki kekuatan angkatan laut dan udara yang bisa diandalkan. Sebagai instrumen pertahanan garis depan perkuatan penggebuk AL dan AU harus mendapat prioritas. Dan tidak perlu diperdebatkan berdasarkan ego sektoral.

Lihat saja hot spot terkini, situasi demam terus menerus di Laut China Selatan. Bersinggungan langsung dengan Natuna, harus kita kawal dengan pengerahan armada kapal perang dan jet tempur. Bulan Januari 2020 kita mengerahkan sejumlah jet tempur F16 dan armada KRI ke Natuna.

Armada TNI AL sudah dimekarkan menjadi tiga armada tempur. Demikian juga kekuatan pasukan Marinir sudah dikembangkan menjadi tiga divisi. Yang belum adalah tingkat keterisian berbagai alutsista yang dibutuhkan. Salah satunya adalah kebutuhan kapal perang kelas berat.

Maka kita sambut dengan suka cita kehadiran kapal perang Iver yang kelak akan diberi nomor awal dua (2XX) meski belum diberi nama dari pahlawan negeri. Karena memakai nomor seri awal dua, pasti akan lebih hebat dari Bung Tomo atau RE Martadinata atau Diponegoro. Bisa jadi memakai nama Ahmad Yani Class kembali manakala Ahmad Yani Van Speijk sudah pensiun.
****
Semarang, 03 Juni 2020
Jagarin Pane