Friday, May 8, 2020

Indonesia Siaga Di Natuna

Demam tinggi di tengah Pandemi Covid 19 semakin mencekam di Laut China Selatan (LCS). China lagi naik pitam sehubungan dengan melintasnya konvoi kapal perang dan pesawat pengebom strategis B1B Lancer AS keliling hilir mudik di LCS.
Kalau diurut-urut kejadiannya kan bermula dari China juga. Armadanya keliling LCS mulai dari Vietnam, Filipina dan Malaysia Timur. Di Vietnam menghajar kapal nelayan sampai tenggelam. Di perairan ZEE Filipina melakukan provokasi berbahaya, lalu di Sabah show of force terhadap Petronas yang lagi eksplorasi minyak di LCS.
Kamis ini armada tempur China dengan dukungan kapal induk Liaoning, sejumlah destroyer,fregat dan kapal selam termasuk jet tempur mulai memperlihatkan taringnya di LCS. Meski kemarahannya ditujukan ke AS tapi limbah adrenalinnya tetap tumpah kepada pemilik kapling klaim sejumlah negara ASEAN.
Astoss II Mk6 sudah ditempatkan di Natuna
China baru saja memberi nama dan region pada puluhan pulau kecil yang berserakan di LCS. Saat ini China bahkan sedang mempersiapkan zona identifikasi pertahanan udara ADIZ ( Air Defence Indentification Zone) di LCS. Ini sebuah langkah berbahaya dan akan berdampak luas.
Berkenaan dengan kondisi terkini di LCS militer Indonesia mengambil sikap bersiaga penuh. Sementara Menlu Retno Marsudi bersuara terang menyatakan keprihatinannya akan kondisi LCS. Semestinya bisa mengedepankan code of conduct karena kita semua sedang dilanda wabah Covid 19, katanya.
Natuna kembali jadi perhatian. Panasnya perairan LCS terasa di bumi rantau nan indah. Pasukan TNI yang sudah ditempatkan disana akan melewati hari-hari penuh siaga. Diantara seluruh perbatasan teritori yang kita kawal, Natuna adalah yang terlengkap dan terintegrasi.
Sudah ada sejumlah kapal Coast Guard, kapal KKP serta sejumlah KRI yang berpangkalan disana. Termasuk Brigade tempur komposit Gardapati di daratan Natuna. Teritori Natuna ada dalam kendali Kogabwilhan I. Dengan kekuatan Armada Satu 35 KRI, 3 Skadron tempur dan 1 Skadron UAV. Ada kekuatan 1 divisi Kostrad, 1 divisi Marinir dan dukungan batalyon Kodam di Sumatra dan Kalimantan Barat.
Meski tidak masuk Kogabwilhan I, kekuatan kapal perang KRI striking force dari Armada Dua yang berkedudukan di Surabaya diniscayakan memback up kesiagaan ini. Juga 1 Skadron jet tempur Sukhoi dan 1 skadron F16.
Kekuatan pukul organik di Natuna diisi oleh KRI Bung Tomo Class, sejumlah KRI Parchim Class dan Fatahillah Class. Berkaca dari insiden Januari 2020 yang lalu kehadiran KRI Martadinata Class dan KRI Diponegoro Class dari Armada Dua diperlukan sebagai perkuatan inti.
Kemarahan China dalam pandangan dunia internasional tidak pantas diperlihatkan. Seperti anak kecil yang suka mengganggu bikin onar tapi ketika ketemu rival yang setara mengedepankan emosi. Padahal kita lihat betapa negara-negara ASEAN yang bersinggungan dengan dia tetap menahan diri.
KRI Bung Tomo Class mengawal Natuna
Berhadapan dengan karakter arogan ini maka perlindungan dan payung pertahanan Natuna harus diprioritaskan. Sudah jauh-jauh hari kita sampaikan. Januari yang lalu China sudah mengganggu ZEE Natuna. Nah sekarang datang lagi dengan tensi amarah unjuk kekuatan di LCS. Dan ini yang terbesar. Masih pasif dan low profile kah kita.
Tidak hanya memperkuat militer. Kita juga harus proaktif melalui jalur networking diplomasi melakukan pendekatan kepada negara-negara yang jadi lawan China. Harus ada langkah besar, cermat dan cepat untuk menyeimbangkan suasana, menyeimbangkan arogansi. Jangan biarkan China merajalela di LCS.
Kedepan ini pertarungan memperebutkan hegemoni antara China dengan AS semakin terang benderang dan vulgar. Tuduhan AS terhadap asal muasal Corona, berjayanya teknologi 5G Huawei, perang dagang, pertumbuhan ekonomi dan militer China yang signifikan, klaim China atas LCS.
Semuanya akan menjadi dentuman keras bernuansa nuklir. Sebagaimana ancaman Presiden Donald Trump. Ancaman itu kemudian dijawab oleh China dengan ready for war. Pengerahan armada tempur China ke LCS adalah salah satu sekamnya.
****
Jagarin Pane / 07 Mei 2020