Tuesday, September 3, 2019

Mengagahkan Kalimantan Menggenggam Ambalat


Rencana penempatan 1 skadron jet tempur F16 Viper di Pontianak AFB, sebenarnya tidak terkait dengan rencana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur. Karena awalnya difokuskan untuk mengawal Natuna, lebih dekat ke Natuna. Maka rencana penempatan itu menjadi sangat strategis karena sekaligus menjadi payung utama untuk menjaga bumi Borneo yang sedang bergembira dengan rencana kehadiran ibukota baru.

Sementara itu rencana memindahkan 1 skadron jet tempur Hawk di Pontianak untuk “dikumpulkan” dengan skadron Hawk di Pekanbaru perlu dievaluasi kembali.  Akan lebih baik distribusi 16 jet tempur Hawk itu diurai ke Tarakan AFB, Natuna AFB dan Berau AFB. Jet tempur Hawk kita ketahui juga sebagai pesawat pengebom dan ibukota baru itu berbatasan darat langsung dengan negara jiran. Jadi Hawk diperlukan banget di Kalimantan. Kita ketahui saat ini Pontianak AFB menjadi markas skadron Elang Khatulistiswa dengan alutsista 16 jet tempur Hawk dan skadron 51 UAF dengan pesawat nirawak Aerostar buatan Israel.
Apache dan Mi35, pantas untuk Kalimantan
Sebagai ibukota yang berbatasan darat dengan negara lain, sangat layak kekuatan TNI AD dilipatgandakan di Kalimantan. Setidaknya harus ada 1 Divisi Kostrad disamping dua Kodam yang sudah eksis. Kodam Tanjungpura dengan wilayah Kalbar dan Kalteng bermarkas di Pontianak saat ini memiliki kekuatan 10 batalyon infantri, artileri, arhanud dan kavaleri. Sementara Kodam Mulawarman yang bermarkas di Balikpapan dengan wilayah Kaltim, Kalsel dan Kaltara juga memiliki kekuatan 10 batalyon infantri, artileri, arhanud, kavaleri plus 1 skadron helikopter tempur di Berau milik Penerbad.

Sebagai pulau yang berbatasan darat dengan Malaysia dan menjadi pusat pemerintahan negeri ini, perkuatan militer di Kalimantan harus setara dengan Jawa.  Ibukota baru harus dilindungi dengan kekuatan minimal 1 brigade infantri mekanis, satuan peluru kendali jarak pendek dan jarak menengah serta pangkalan militer seperti Halim AFB Jakarta. Pulau Kalimantan yang berhutan lebat jelas memerlukan tambahan kekuatan batalyon infantri dan armed yang disebar di dekat perbatasan Indonesia Malaysia.

Kekuatan Angkatan Laut jelas merupakan tugas utama Armada Dua yang bermarkas di Surabaya. Pangkalan AL di Balikpapan harus ditingkatkan menjadi pangkalan utama TNI AL yang bersifat khusus. Sudah ada pangkalan utama TNI AL di Tarakan yang membawahi Balikpapan. Pangkalan bersifat khusus maksudnya harus ada KRI yang stand by atau beroperasi di perairan Balikpapan setiap saat.
F16 Viper, sebentar lagi
Ingat laut Sulawesi dan selat Makassar adalah laut dalam. Perairan ini sangat ideal bagi perjalanan kapal selam ukuran besar. Itu sebabnya memilih pangkalan kapal selam di Teluk Palu adalah karena idealnya perairan ini juga karena mengawal Ambalat.  Sayangnya bencana gempa bumi da Tsunami merusak fasilitas pangkalan yang baru saja selesai dibangun.

Natuna sangat membantu dari sisi pertahanan utamanya jika terjadi konflik teritori dengan Malaysia, soal Ambalat misalnya. Pangkalan AU dan AL Natuna dipersiapkan untuk pertahanan garis depan menangkal lidah naga China. Namun jika terjadi konflik dengan Malaysia, pangkalan ini memegang posisi kunci untuk memblokade aliran militer dari Semenanjung Malaysia ke Sarawak dan Sabah di Kalimantan. Maka rencana perkuatan militer kita di Kalimantan sehubungan dengan lokasi ibukota baru dari sisi strategi militer menguntungkan Indonesia terutama soal Ambalat. Meski tujuan itu bukan karena Ambalat. Sama halnya dengan memperkuat Natuna.

Sangat dimungkinkan kehadiran 1 divisi Kostrad di Kalimantan, apakah dengan cara membangun divisi baru atau merelokasi satuan-satuan tempur yang tergabung di Divisi Kostrad yang ada di Jawa. Artinya akan hadir sejumlah alutsista baru misalnya tambahan Tank Leopard, MLRS Astross, Artileri Nexter, Roket Rhan, termasuk satuan peluru kendali jarak menengah.

Dan semua model perkuatan itu diniscayakan ada di program MEF jilid 3 (2020-2024).  Maka kita bisa saksikan nanti frekuensi belanja alutsista semakin berkibar.  Menjelang akhir MEF jilid 2 yang berakhir tahun ini saja diprediksi akan ada sign kontrak jet tempur F16 Viper, Hercules seri J, kapal perang Fregat, Radar, UAV, helikopter Apache, Chinook dan lain-lain. Semuanya patut kita sambut dengan kebanggaan.  Begitulah seharusnya berindonesia, memperkuat benteng pertahanan, mewibawakan marwah ber NKRI dan memberdayakan posisi geostrategis Indonesia.

Bandung, 03 September 2019
Jagarin Pane