Sunday, March 3, 2019

Menguatkan Armada Tempur Sekuat Tenaga


KRI Bung Tomo 357 baru saja digertak oleh dua kapal pengawas nelayan Vietnam, bahkan sebelumnya kapal KKP Hiu Macan harus mengalah dan melepaskan 4 kapal nelayan Vietnam di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Natuna Riau. Baru setelah KRI TOM 357 melepaskan tembakan peringatan, kapal pengawas nelayan Vietnam menjauh.

Untung saja pangkalan militer Natuna sudah operasional sehingga 3 kapal perang Bung Tomo Class sudah ready for use di segala cuaca disana. Jadi cepat tanggap dengan rentang kendali jarak yang lebih pendek.  Meski begitu intensitas pelanggaran teritori laut ZEE kita terang-terangan dan lebih sering dimasuki kapal nelayan asing.
Bung Tomo Class, mengawal Natuna
Maka sebenarnya kebutuhan untuk mengisi tiga armada tempur TNI AL adalah prioritas untuk segera dipenuhi. Tidak lagi berpola pikir kita tidak punya musuh.  Lha memang kita tidak suka cari musuh, akan tetapi mencermati dinamika kawasan di sekitar kita boleh jadi setiap saat bisa tercipta musuh dengan sendirinya.

Contohnya ya itu tadi wong kapal setingkat pengawas nelayan Vietnam saja berani menggertak kapal perang kita yang dikomandani setingkat kolonel lho. Bagaimana kalau yang menggertak kapal Fregat Vietnam, bisa saja kan. Atau tiba-tiba kapal selam Kilo nya muncul dari dalam laut. Jadi kita tidak mencari musuh tetapi dalam lintas perjalanan pengawalan teritori bisa saja terjadi insiden dan musuh tercipta dalam waktu singkat.

Oleh karena itu program pengadaan alutsista matra laut kita harus nomor satu yang paling  diprioritaskan selain matra udara. Kita kan negara maritim, negara yang halaman luasnya bernama perairan yang punya kekayaan sumber daya alam.  Kehadiran armada kapal perang kita yang melakukan patroli laut adalah kewajiban yang harus ditunaikan sepanjang jam dan sepanjang hari.
Armada kapal selam akan menjadi 8 unit thn 2024
Sebaran pangkalan sudah diperbanyak.  Lantamal-Lantamal sudah siap menampung kapal-kapal perang kita.  Isiannya yang masih kurang.  Saat ini jumlah kapal perang kita ada di kisaran 160-165 KRI berbagai jenis, separuhnya kapal tua.  Dan untuk KRI Striking Force yang kita miliki baru sampai pada tingkat Light Fregat.  Belum nendang jika berhadapan dengan negara di kawasan ini.

Martadinata Class perlu dilanjut, dari dua yang sudah dibangun paling tidak masih butuh 7 kapal perang lagi dari kelas ini. Kemudian pegadaan kapal perang jenis Destroyer sudah diulang-ulang disampaikan.  Bahkan petinggi Kemhan sudah bolak balik mengincar Destroyer kelas Iver. Tapi menurut kita langkahnya kurang tegap dan cepat.

KRI Striking Force kita minimal harus ada kekuatan penggentarnya yaitu Destroyer.  Memperbanyak KCR (Kapal Cepat Rudal) juga bagus sebagai kapal penyengat hit and run.  Namun untuk mewibawakan teritori laut yang disekitarnya ada tumpang tindih klaim selayaknya kita harus mempercepat proyek Destroyer. Dalam lima tahun mendatang harus ada minimal 6 Destroyer lengkap dengan persenjataannya. Itu kalau mau disebut berwibawa.

Jadi proyek KCR dengan PT PAL jalankan terus, termasuk proyek PKR Martadinata Class lanjutkan. Dan mulailah dipercepat pengadaan kapal perang jenis Destroyer.  Ini soal kecepatan pengambil keputusan, jalur koordinasi antar kementerian bisa diparalelkan.  Kalau perlu dekati Presiden dan Parlemen.  Jelaskan argumennya dengan kecerdasan. 

Soal ancaman nomor satu adalah bencana alam kita sudah sepakat.  Tapi soal terciptanya musuh setiap saat kita juga harus cerdas dong menghadapinya.  Salah satu bentuk kecerdasan itu ya dihadapi dengan kekuatan militer, mengerahkan kapal perang  Striking Force yang sudah terisi dengn berbagai jenis persenjataannya.

Contoh paling dekat adalah konflik India dan Pakistan, masing-masing punya kekuatan militer yang modern dan dua-duanya punya senjata nuklir.  Dan dua-duanya jadi segan untuk memperbesar eskalasi konflik.  Itulah salah satu kegunaan kalau punya militer yang kuat.  Adu otot terukur dalam bingkai kecerdasan diplomasi.  Lha kalau ototnya gak kuat diketawain dong sama yang menggertaknya.  Jadi kuatkanlah sekuat tenaga.
****
Solo, 3 Maret 2019
Jagarin Pane