Monday, September 10, 2018

APA KABAR INHAN


Baik-baik aja bang, lagi rame neh, jawab mereka serentak dengan senyum sumringah.  Ya iyalah pasti lagi rame pesanan.  Semua sedang menggeliat dan sepanjang sejarah republik ini berdiri, baru saat inilah seluruh industri pertahanan (Inhan) strategis kita sedang naik-naik ke puncak gunung, naik daun atau bersinar cemerlang.

Kita mulai satu-satu, lihat tuh PT PAL yang berpusat di Surabaya. Setelah mendapat ilmu transfer teknologi dari Korea Selatan lewat kerjasama teknologi pembuatan kapal perang jenis LPD Makassar Class, kemudian buat sendiri dua kapal LPD Banjarmasin Class, sukses.  Lalu dapat pesanan dua kapal sejenis dari Filipina, sukses. Sekarang lagi buat 1 unit LPD untuk TNI AL, Oktober ini diluncurkan. Malaysia juga berminat, kita tunggu saja.

PT PAL juga melakukan kerjasama transfer teknologi dengan Belanda untuk membuat 2 kapal perang striking force Martadinata Class.  Dan berhasil membuat 2 kapal perang canggih yaitu KRI Martadinata 331 dan KRI Ngurah Rai 332. Dalam waktu dekat proyek yang dikenal dengan PKR10514 ini akan dilanjut dengan membangun kapal perang fregat ketiga dan keempat.
Martadinata Class
Ada lagi yang lebih prestisius yaitu pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan Korsel lewat paket transfer teknologi. Dua kapal selam telah berhasil dibangun dan diluncurkan di Korsel sedangkan kapal selam ketiga sedang dibuat di PT PAL Surabaya dan akan diluncurkan bersamaan dengan peluncuran kapal perang jenis LPD. Luar biasa.

Setelah kapal selam ketiga ini diluncurkan, akan ada lagi pembuatan kapal selam keempat dan kelima di PT PAL sebagai lanjutan proyek Changbogo dengan Korsel. Ini juga yang menjadi salah satu pembahasan dalam kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Korsel Ahad 9 September 2018 ini. Untuk memperkuat proyek teknologi kapal selam dan proyek jet tempur.

Sementara proyek KCR (Kapal Cepat Rudal) sudah menjadi menu sehari-hari bagi PT PAL.  TNI AL memesan 3 KCR batch 2 untuk diselesaikan dalam MEF kedua ini. 3 KCR batch 1 “Sampari Class” sudah hilir mudik di laut kita untuk tugas pengawalan teritori laut. Jadi saat ini PT PAL sudah menjadi industri pertahanan yang disegani, mampu membuat berbagai variasi dan jenis kapal perang modern.
Nagapasa Class
Industri galangan kapal swasta nasional lainnya juga sedang panen pesanan. PT DRU Lampung mendapat pesanan 4 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) dari TNI AL.  Galangan kapal swasta nasional di Batam dan Banten juga dapat berbagai pesanan kapal mulai dari Kapal Patroli Cepat, Coast Guard dan lain-lain dari TNI AL, BAKAMLA, KKP dan POLRI dan Bea Cukai. Pokoknya rame dah.

Kita lihat lagi PT PINDAD yang lagi fokus untuk membuat Tank medium kerjasama dengan Turki. Kerjasama produksi ini dipayungi oleh Undang-Undang lho, supaya jalan ceritanya istiqomah.  Sebab bisa saja dengan rayuan makelar yang selalu gentayangan, proyek-proyek untuk “made ini sendiri” suka dikesampingkan demi komisi Bank Saku. Lalu beli barang jadi, bekas lagi.

Setelah sukses dengan produksi Panser Anoa, PINDAD sedang mempersiapkan produksi massal Tank yang konon bernama Harimau Hitam.  TNI AD diprediksi akan membeli 400 Tank jenis ini dari PINDAd untuk menggantikan Tank AMX13 buatan Perancis yang legendaris itu. Pesanan pertama sebanyak 44 unit sudah dipersiapkan Kemhan akhir tahun ini. Alhamdulillah matahari bersinar terang.

Bagaimana dengan PT DI, sami mawon, sibuk dengan berbagai pesanan berkarakter rakitan.  Ya gak papa karena ini pesanan yang harus dipenuhi.  Jangan lupa PT DI punya produk andalan pesawat CN 235 dan yang sekarang lagi dikembangkan N219.  Inhan dirgantara ini mendapat banyak pesanan rakitan seperti Helikopter Bell 412 Ep, Dauphin, Panther, EC725 Caracal. Juga pesawat CN212, CN235 dan CN295. Yang paling prestise adalah kerjasama teknologi pembuatan jet tempur KFX/IFX dengan Korsel.

Seluruh industri pertahanan strategis kita sedang menikmati hari-hari sumringahnya. Karena kita sedang membangun kekuatan pertahanan dan keamanan untuk negeri ini. TNI, POLRI, Bakamla, KKP, Polri dan Bea Cukai adalah pemberi order untuk industri pertahanan strategis. Selain produk PT PAL, beberapa produk Inhan seperti CN 235 telah diekspor ke Malaysia, Thailand, Korsel dan Senegal.

Berbunganya industri pertahanan tidak terlepas dari konsistensi kebijakan meski lintas rezim. Sejak tahun 2010 kita bertekad memperkuat industri pertahanan untuk pembangunan militer kita. Hasilnya bisa kita rasakan sekarang ini. Kita ikut merasa bangga dengan kemajuan yang dicapai industri pertahanan di segala matra.

Tidak lama lagi saudaraku, kalau kita tetap berada di jalur konsistensi, kita akan menguasai tiga teknologi pertahanan strategis yang paling bergengsi yaitu jet tempur, kapal selam dan peluru kendali.  Untuk yang lain kan sudah kita kuasai.  Maka jika ketiga teknologi itu bisa kita kuasai maka sesungguhnya kita telah sukses berswasembada alutsista.  Pada akhirnya memang semua akan perkasa pada waktunya.

****
Semarang, 10 September 2018
Jagarin Pane