Monday, January 8, 2018

Kita Ada Di MEF Dua Lho

Matahari 2018 masih diganggu mendung dan musim hujan yang basah. Bumi nusantara yang hijau permai dan basah ini adalah anugerah yang luar biasa menghantarkan warga negaranya untuk menghirup oksigen segar dengan wajah bugar bersama payung kedaulatan negeri kepulauan NKRI. Payung kedaulatan itu saat ini sedang diperkuat, digagahhebatkan agar mempunyai nilai marwah. Lewat program MEF yang digagas sejak delapan tahun lalu, garda pertahanan negeri ini sedang diperkuat.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah kinerja MEF yang saat ini memasuki episode kedua menampilkan catatan bugar dan segar sebagaimana asupan oksigen hutan tropis, kayaknya beda deh. Kemhan kita yang saat ini berada dalam MEF jilid dua belum mampu menunjukkan kebugaran dalam manajemen komunikasi, koordinasi dan konfirmasi unjuk kerja khususnya pengadaan alutsista. Padahal perjalanan MEF kedua sudah memasuki tahun ketiga setengah.

Apache datang, karya MEF I
MEF (Minimum Essential Force) adalah nama program modernisasi militer Indonesia yang sudah dimulai sejak tahun 2010. Pada program MEF pertama  (2010-2014) jajaran Kemhan telah menunjukkan kelasnya sebagai unit kinerja yang mampu menghasilkan perkuatan alutsista  di segala matra dengan anggaran yang disediakan. Hasilnya bisa kita lihat sekarang dengan kedatangan berbagai jenis alutsista yang canggih, gahar dan berteknologi terkini.

Tetapi jujur harus kita akui program MEF yang sekarang belum menunjukkan kinerja yang kinclong padahal usia program telah memasuki tiga setengah tahun masa kerja. Tidak ada catatan tinta emas yang mau dituliskan sebagai piagam kebagusan kerja. Belum ada program pengadaan alutsista yang bernilai greget untuk bisa disematkan sebagai prestasi kerja.

Proyek pengadaan jet tempur Sukhoi SU35 terkesan bertele-tele. Terakhir drama yang diperlihatkan adalah saling lempar bola panas antara Kemhan dan Kemdag. Sementara Rusia sejatinya merasa keki dengan permainan ping pong ini, padahal Papa Bear sudah setuju dengan model barter komoditas. Tapi atas nama persahabatan dan butuh uang dia tetap bersabar melihat tingkah polah pembeli yang satu ini.

Setelah menyelesaikan program pembangunan 2 kapal perang jenis Sigma PKR 10514 Martadinata Class, kerjasama transfer teknologi dengan Belanda, belum ada lagi kabar untuk melanjutkan pembangunan kapal perang ketiga dan keempat. Logikanya kalau mau mendapatkan ilmu transfer teknologi kapal perang haruslah membangun minimal 4 unit kapal perang agar ilmunya benar-benar lengket di benak para insinyur kita.
24 F16 Blok 52 Id datang, karya MEF I
Sudah ada contohnya dengan proyek transfer teknologi kapal perang jenis LPD (Landing Platform Dock) Makassar Class bersama Korsel. Kita berhasil membangun 4 kapal perang LPD, dua dibangun di Korsel dua lagi di PAL Surabaya.  Kemudian bahkan kita dapat mengekspor 2 kapal perang sejenis ke Filipina murni buatan PAL. Dua-duanya sudah diserahkan kepada Pemerintah Filipina dan sangat membantu dalam operasi militer di Marawi baru-baru ini.

Pengadaan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan teknologi Korea Jerman, satu sudah jadi, satu lagi mau diserahkan triwulan I tahun ini dan satu lagi sedang dikerjakan di galangan kapal nasional PT PAL Surabaya. Mestinya bangun lagi dua kapal selam jenis yang sama dengan berbagai penyesuaian di galangan PT PAL. Jangan mudah pindah ke lain hati.  Amanah dan istiqomah akan membawa kita ke derajat fathonah alias cerdas.  Cerdas teknologi dan cerdas bersikap.

Lain lagi dengan Drama “Tersanjung Tersandung Helikopter Agusta Westland AW101”.  Sudah ditolak Presiden Jokowi, masih juga memaksakan untuk tetap mengadakan 1 unit.  Ketika barangnya datang, lalu pada bilang, lho kok datang, kok gak bilang-bilang. Akhirnya si AW101 dimasukkan ke kandang.  KPK datang karena katanya 200 milyar melayang, lalu banyak yang meradang karena KPK mengundang atas nama Undang-Undang.

Anggaran terbesar yang dikucurkan untuk Kemhan tahun 2018 ini adalah bukti bahwa Pemerintah bersama DPR serius banget untuk menggagahkan tentaranya. Sudah terlalu jauh kita tertinggal dalam postur persenjataan TNI.  Maka kita kejar ketertinggalan itu.  Kita buka pengadaan alutsista model transfer teknologi seperti PKR10514, Kapal Selam, Tank. Kita beli Jet Tempur, Tank Amfibi, berbagai jenis Artileri, Peluru Kendali dan lain-lain.
KRI Nagapasa 403, karya MEF I
Juga program pengembangan jet tempur IFX bersama Korsel demi memberikan marwah pada industri pertahanan strategis dalam negeri dimasa mendatang. Ironinya beberapa waktu yang lalu tersiar ke publik Kemhan lupa mengalokasikan dana pengembangan jet tempur IFX yang harus disetor ke Korsel. Menteri Sri Mulyani sampai harus memberikan nasehat halus.

Kita tetap optimis dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi SU35. Kita juga memprediksi akan ada lanjutan proyek pembangunan 2 kapal perang Sigma PKR jilid dua. Dan lanjutan pengadaan kapal selam keempat dan kelima melanjutkan kuantitas Nagapasa Class.

Dengan asumsi pada tahun pertama sampai tahun ketiga Kemhan menyelesaikan kedatangan proyek pengadaan alutsista MEF I.  Maka mestinya mulai tahun ini greget proyek pengadaan alutsista skala besar akan diperlihatkan, seperti tambahan minimal 1 skadron jet tempur selain Sukhoi SU35. Pengadaan radar militer, penyelesaian pangkalan militer Natuna, lanjutan proyek Tank Kaplan, produksi Kapal Cepat Rudal, Kapal Patroli Cepat dan lain-lain.

Tetapi lebih dari itu unjuk kerja sebuah unit kerja strategis dalam menyelesaikan amanah yang dipercayakan adalah lebih terhormat dengan memberikan informasi progres terkini.  Dengan bahasa manajemen yang tertata dan jelas. Disamping kematangan koordinasi, komunikasi dan konfirmasi sebagai pilar manajemen profesional. Publik bisa menilai kualitas kepemimpinan dari berbagai aspek, salah satunya tidak mencla mencle.
****

Jagarin Pane /08 Januari 2018