Sunday, October 21, 2018

Menuju Santri Pre Emptive Strike


Banyak yang belum familiar dengan tanggal 22 Oktober, ada apa sih dengan tanggal itu. Belum terbiasa dengan apa isi dan bobotnya karena baru 3 tahun terakhir ini ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Selama republik ini merdeka dengan usia 73 tahun baru 3 tahun inilah resmi diakuinya perjuangan para santri dan kyai dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan negeri ini.

Melalui Keputusan Presiden No 22 tahun 2015 tanggal 15 Oktober 2015 ditetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Ini adalah bagian dari pelurusan sejarah yang selama 70 tahun negeri ini berjalan melenggang di pentas kemerdekaan, peran sejarah para santri dan kyai diabaikan. Mengapa begitu, salah satu asumsinya adalah kalimat resolusi jihad.

Kalimat jihad selama puluhan tahun rezim terdahulu berkuasa menjadi sebuah menu yang tak boleh ditampilkan karena dianggap “bikin orang merinding”. Padahal jihad itu kalimat perjuangan suci dan terukur. Sejarah terkadang harus “disubyektifkan” oleh sebuah rezim tetapi kemudian juga harus “diobyektifkan” oleh penggantinya yang tak punya kepentingan.

Logikanya mudah saja, apa sih yang menyebabkan Brigjen Mallaby terbunuh di Surabaya tanggal 30 Oktober 1945.  Apa fikroh dan ghirohnya. Sebab TNI pada waktu itu masih jabang bayi alias belum berusia sebulan. Mengapa dia bisa terbunuh padahal dia komandannya. Inggris benar-benar dipermalukan.

Semua baru terjawab tiga tahun terakhir ini dan membuka mata kita yang selama ini “rabun ayam”. Membanjirnya puluhan ribu anak muda santri dan lasykar pejuang ke Surabaya dipicu oleh Resolusi Jihad dalam pertemuan Ulama se Jawa dan Madura tanggal 21-22 Oktober 1945. KH Hasyim Asy’ari memberikan komando tegas, mengusir penjajah adalah jihad.

Sesungguhnya santri dan kyai yang jumlahnya puluhan juta adalah pelapis adonan negeri yang rahmatan lil alamin ini. Santri dan kyai adalah pelapis dominan dalam bangunan fondasi NKRI.  Ini salah satu sebab mengapa eksistensi NKRI masih terjaga dan terlindungi secara utuh. Lihatlah tampilan santri dan kyai, selalu sederhana, santun, teduh dan menyejukkan.

Perjuangan santri ke depan adalah menjaga eksistensi NKRI sebagai garis perjuangan utama.  Ini sama perannya dengan TNI yang memang tupoksi nya menjaga keutuhan negeri ini dari ancaman multi dimensi.  Doktrin TNI selama puluhan tahun menganut azas : Masuk dulu baru digebuk, artinya kalau ada musuh datang biarkan masuk baru digebuk.

Sekarang doktrin itu sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan sebutan : Berani masuk digebuk. Maka diperkuatlah alutsista AU dan AL dan menyebar pangkalan militer di Natuna, Sorong, Kupang, Tarakan, Morotai. Semua diperkuat agar musuh tidak berani masuk teritori NKRI

Perjuangan santri dan kyai ke depan juga mestinya meniru doktrin TNI. Kalau dalam pertempuran Surabaya yang heroik itu sudah berlaku rumus : Masuk dulu baru digebuk lewat resolusi jihad. Maka perjuangan ke depan adalah berani masuk digebuk atau yang dikenal dengan istilah pre emptive strike.

Lha lawannya siapa pak Jagarin.  Lawannya adalah Ghaswul Fikri alias perang pemikiran, perang opini, perang argumen melawan siapa saja yang hendak menggerus dan melumpuhkan NKRI dan amaliyah-amaliyah aswaja. Santri-santri harus siap dengan model pertempuran dan pendangkalan aqidah dengan melakukan serangan langsung sebelum lawan masuk teritori pemikiran kita.

Dunia maya, media sosial adalah medan pertempuran yang paling dominan.  Maka para santri dan kyai harus menyiapkan pertarungan di basis lawan. Adu argumen di media sosial tidak lagi memakai model defensif pasif tetapi santri dan kyai harus bisa mengendalikan dan memenagkan jalannya pertempuran argumen dan dalil.

Santri dan kyai harus bisa memberikan fikroh dan ghiroh ber NKRI dengan mengingat sejarah perjuangan kemerdekaan dulu. Tunjukkan kekuatan di media sosial dengan membanjirinya dengan berbagai argumen kebenaran. Jangan sampai tercipta sebuah garis demarkasi, pihak lawan yang benar dan santri kyai tidak boleh benar.

Maka lawanlah dengan kalimat-kalimat santun yang tegas dengan segala dalil dan penjelasannya. Maka lawanlah dengan sholawat nariyah secara serentak.  Maka lawanlah dengan unjuk kekuatan di dunia nyata melalui parade besar di Hari Santri Nasional. Selamat Hari Santri Nasional 22 Okrober 2018.
****
Semarang 21 Oktober 2018
Jagarin Pane