Monday, August 28, 2017

Nagapasa, Awal Sebuah Kebangkitan

Angkatan Laut Indonesia kedatangan sebuah kapal selam baru yang telah dinantikan cukup lama, KRI Nagapasa 403.  Surabaya hari ini Senin 28 Agustus 2017 adalah tempat berlabuhnya alutsista bawah air ini setelah menempuh perjalanan selama 17 hari dari Korsel.  Kedatangan Nagapasa sekaligus mengakhiri “krisis kuantitas” kapal selam kita yang hanya punya 2 biji selama hampir setengah abad.

Nagapasa adalah awal kebangkitan itu. Sejarah membuktikan bahwa kita pernah punya kapal selam “Whiskey Class” sebanyak 12 unit pada masa Trikora sampai Dwikora.  Jumlah kapal selam sebanyak itu adalah salah satu faktor kunci gentarnya Belanda yang berusaha memeluk Papua selama mungkin. Armada kapal selam Indonesia melakukan infiltrasi di Papua dan membuat kapal induk Belanda Karel Doorman menyingkir ke Australia dan akhirnya melalui jalur diplomatik Papua kembali ke pangkuan NKRI.
KRI Nagapasa 403, selamat datang
Tahun tujuhpuluhan mulailah terjadi krisis kuantitas kapal selam kita karena hanya mampu mengoperasikan 2 kapal selam yaitu KRI Pasopati dan KRI Bramasta. Ini terjadi karena ketersediaan suku cadang kapal selam buatan Rusia (dulu Uni Sovyet) nihil sehingga terjadilah kanibalisme.  Barulah pada tahun delapan puluh KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 buatan Jerman mengisi armada kapal selam kita menggantikan dua sisa Whiskey Class yang uzur.

Empat tahun yang lalu kita memesan 3 kapal selam buatan Korsel dengan model transfer teknologi, dua dibuat di Korsel dan satu lagi dibuat di PT PAL Surabaya. KRI Nagapasa 403 sudah sampai di tanah air kemudian adiknya KRI Ardadedali 404 direncanakan sampai di Indonesia akhir tahun ini.  Sementara si bungsu KRI Nagarangsang 405 yang sedang dibuat di PAL Surabaya akan diluncurkan akhir tahun depan. Bedanya si bungsu dibuat dengan praktek transfer teknologi dengan melibatkan seratusan insinyur Indonesia didalamnya.

Armada bawah laut sesungguhnya adalah alutsista strategis yang bernilai gentar. Indonesia yang dua pertiga negerinya adalah perairan harus memiliki kuantitas dan kualitas alutsista pemukul bawah air.  Kalau hanya punya dua biji jelas gak nendang, jadi kalau mau berhitung cermat kita harus punya minimal 12 kapal selam modern. 

Lalu mengapa selama puluhan tahun hanya punya dua biji saja jawabnya karena pola pikir pengambil keputusan di jaman itu tidak menganggap penting kekuatan angkatan laut kita. Barulah setelah area Ambalat memanas, Laut Cina Selatan demam berkepanjangan, para pengambil  keputusan negeri ini sadar diri bahwa kita harus memiliki angkatan laut dan udara yang kuat termasuk alutsista pemukul strategis bawah air.

Maka Nagapasa adalah awal kebangkitan itu.  Kebangkitan armada kapal selam yang sudah dinanti sejak lama. Kita membutuhkan jumlah kapal selam yang mampu menjaga perairan Indonesia di setiap sudut. Maka kita menyambut gembira kehadiran KRI Nagapasa, kita pun menyambut gembira ketika Panglima TNI menginginkan kapal selam jenis Kilo sebagai penguat  armada kapal selam selain Nagapasa Class.

Nagapasa Class yang menerapkan model transfer teknologi kita harapkan tidak berhenti di Nagarangsang.  Paling tidak ada tambahan 2-3 unit lagi agar ilmu terapan transfer teknologi yang sudah kita pelajari dengan biaya yang mahal tidak sia-sia. Sayang dong ilmu seratusan insinyur kita yang sudah disekolahkan di Korsel selama 4 tahun tidak menghasilkan karya kebanggaan anak negeri berupa pembuatan kapal selam modern yang benar-benar hasil karya kita.

Nagapasa adalah pintu kebangkitan.  Maka kedatangannya kita sambut dengan rasa syukur dan kegembiraan.  Bahwa inilah awal kebangkitan Hiu Kencana yang selalu “tabah sampai akhir”. Ketabahan mereka dengan jumlah kapal selam yang terbatas mulai teratasi. Akhir tahun ini akan datang lagi kapal selam baru, juga akhir tahun depan dan insyaAllah tahun-tahun berikutnya akan ada kapal selam baru.

Nah sementara menunggu dua sang adik, maka Kemhan diharapkan selama setahun ke depan ini sudah dapat melanjutkan kembali program pengadaan kapal selam seri berikutnya.  Boleh jadi dari jenis Kilo yang punya peluang besar sebagaimana permintaan Panglima TNI beberapa waktu yang lalu. Atau melanjutkan proyek Nagapasa Class di Surabaya. Terserah deh dan hari ini kita menikmati dulu ruang syukur atas kedatangan kapal selam baru yang canggih KRI Nagapasa 403. Selamat datang Hiu pengawal NKRI.
****

Jagarin Pane / 28 Agustus 2017