Friday, November 18, 2016

Menghangatkan Adonan NKRI

Kebanggaan kita sebagai bagian dari anak bangsa yang berbingkai NKRI adalah ketidaksamaan ramuan yang membentuk adonan dalam sebuah tekad membangun bangsa. Republik Indonesia adalah adonan yang diramu, diracik, diblender dan dimatangkan dalam sebuah open panasnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan puluhan tahun yang lalu. Kematangan perjuangan itulah yang membentuk karakter berbangsa sampai saat ini, semangat nasionalis patriotik.

Semangat kebhinnekaan, semangat kebersamaan yang dibentuk dari ketidaksamaan komponen, itulah kehebatan kita, itulah kebanggaan kita. Tujuh puluh satu tahun adonan NKRI memberikan makna dalam perjalanan eksitensi bangsa.  Bersama menjalani hiruk pikuk suka cita bangsa, bersama menjalani hiruk pikuk duka cita bangsa dengan peristiwa-peristiwa besar yang menampar perjalanan, menikam nilai-nilai kesatuan dan tetap saja dengan ridho Allah kita masih bisa bernama Indonesia dan semoga akan selalu bernama Indonesia.

Adonan NKRI hari-hari belakangan ini agak menggumpal satu sama lain oleh sebuah sebab yang terlambat didiagnosa pengendali negeri yang bernama rezim. Akibat omongan nista dari seorang pejabat publik yang memasuki wilayah teritori aqidah lain, jadilah kemarahan yang menggumpal yang membuat adonan kebersamaaan menjadi retak. Lebih dari itu gumpalan adonan dari sebuah komponen mayoritas yang teritori aqidahnya dilecehkan memberikan pesan kuat bahwa kemarahan ukhuwah harus disikapi dengan arif.
Latihan tempur TNI AD di Natuna, jangan main-main
Teritori aqidah tidak jauh beda dengan teritori NKRI dari sisi semangat jihadnya.  Kalau pada saat-saat ini militer kita sedang mengadakan simulasi pertempuran berkelanjutan di Natuna, pesannya jelas agar negara-negara lain yang bersengketa wilayah di Laut Cina Selatan tidak melecehkan teritori Indonesia. Kalau itu dilecehkan maka segenap komponen anak bangsa dengan tulang punggung TNI akan marah besar dan siap berjibaku.

Ketika sudah dipertunjukkan nilai tersangka kepada pembuat sebab, mestinya dipertunjukkan pula nilai-nilai arif dari komponen mayoritas. Dan mempercayakan semuanya pada mekanisme hukum. Para pemimpin agama, para ulama sedang berupaya mendinginkan suhu, dan kita sebagai anak bangsa, sebagai umat selayaknya ikut dalam barisan itu.  Terus mengumbar adrenalin juga tidak sehat manakala perjalanan tubuh memerlukan istirahat.

Adonan NKRI adalah predikat terhormat dari sebuah perjalanan bangsa yang berdarah dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaannya. Bukankah NKRI diramu dari kesadaran berbangsa yang unsur-unsur adonannya berbeda satu sama lain.  Meski komponen mayoritas berwarna hijau daun, toh bendera kita berwarna merah putih.  Meski mayoritas kita adalah dari suku yang selalu “ewuh pakewuh” toh bahasa nasional kita dari sebuah suku minoritas.

Ketika naskah Piagam Jakarta disempurnakan menjadi Pancasila dengan menghilangkan tujuh suku kata, toh yang mayoritas tadi tetap legowo.  Itulah yang disebut adonan hangat untuk menciptakan sebuah bangunan karakter berbangsa dengan pilar kuat, semangat kebangsaan dalam kebhinnekaan.  Bangunan karakter model begini sangat sulit mencarinya di belahan mana pun di dunia karena dibentuk dari nilai juang, harga diri dan kebersamaan dalam perbedaan. Syukuri saudaraku yang dirahmati Allah.
Negeri yang indah, permai, nusantaraku
Pelajaran penting dari “mulutmu harimaumu” adalah jadilah pemimpin yang beretika dan berakhlak.  Meski proses dan hasil kerjanya diakui hebat tetapi penentu semua keberhasilan itu adalah nilai lisan dan sikap rendah hati yang menampakkan suasana sejuk. Pelajaran lain yang tak kalah penting adalah cerdas dan tanggap dalam merespon segala cuaca yang menerkam ekstrim.  Ini utamanya untuk pemimpin rezim yang mestinya lebih banyak menyoal rumus strategis negara daripada  sekedar berpikir dan melangkah taktis wira wiri yang tak perlu.

Hulubalang Republik yang bernama Tentara Nasional Indonesia adalah benteng utama yang bersama komponen bangsa yang lain senantiasa menjaga ramuan adonan yang bernama NKRI.  Sejarah membuktikan semua komponen yang membentuk dan merekatkan NKRI adalah pejuang sejati.  Komponen mayoritas  tentu dengan kekuatan mayoritasnya berperan besar dan sebanding dengan nilai dominannya. TNI adalah payung kehormatan itu untuk menjaga dan mempertahankan kehormatan bangsa besar ini.

Namanya adonan tentu ramuannya terdiri dari berbagai unsur untuk menampilkan rasa nikmat bagi sebuah kue atau roti. Meski komponen dominan pembuat roti atau kue adalah tepung terigu, tetapi jika tidak ada campuran putih telur, mentega, gula, dan unsur lain tentu rasanya hambar. Kue yang bernama Indonesia itu adalah yang paling nikmat manakala kita mau mensyukuri nilai-nilai kebangsaan yang kita miliki. Memahami perbedaan diantara kita sebagai rahmat dan kasih sayang Allah. 

Marilah kita hangatkan kembali sebuah adonan keindahan yang sudah tercetak puluhan tahun yang lalu. Sebuah adonan kebanggaan, sebuah adonan kebersamaan yang sudah kita jalani dengan suka duka.  Kultur kita adalah kebersamaan itu, nilai kejuangan kita adalah kebersamaan itu, kehebatan kita adalah keragaman itu, republik kita adalah kebersamaan itu.  Semoga Allah selalu meridhoi jalan kebersamaan bangsa besar ini.

****
Jagarin Pane / 18 Nopember 2016