Wednesday, September 30, 2015

Beli 6 Kilo Sikapi Dengan Lembut

Sejak sepuluh tahun yang lalu rencana memperkuat satuan kapal selam “Hiu Kencana” Indonesia dengan sejumlah kapal selam kelas herder sesungguhnya sudah menggema. Tercatat tahun 2007 berhembus angin sepoi-sepoi yang menyatakan Indonesia memesan sedikitnya 2 kapal selam Kilo buatan Rusia. Proses tarik ulur yang begitu kuat dan tegang antara mereka yang berkepentingan dengan pengadaan kapal selam sampai memakan waktu lima tahun lamanya, sebelum akhirnya pemenangnya bermerk Changbogo buatan Korea Selatan dengan embel-embel transfer teknologi.

Lalu dibuatlah 3 kapal selam Changbogo dengan 2 diantaranya dibuat di Korsel dan 1 dibuat di PAL Surabaya.  Saat ini dua kapal selam yang dibuat di Korsel sedang dalam proses pembangunan dan satu diantaranya akan selesai akhir tahun 2016, yang kedua tahun 2017 dan yang ketiga yang dibuat di PAL itu diperkirakan selesai tahun 2019. Jika yang dibuat di PAL itu berhasil maka inilah awal cikal bakal Indonesia membuat kapal selam made in sendiri dengan supervisi Korsel sehingga tahun 2024 akan ada 6-8 kapal selam Changbogo.
KRI Nanggala 402, jam terbang sangat tinggi
Tahun 2013 tiba-tiba ada statemen puting  beliung dari Menhan Purnomo bahwa Indonesia akan membangun armada kapal selam secara besar-besaran dengan membeli 12 kapal selam Kilo dari Rusia. Supaya pernyataan itu lebih bergema maka dalam waktu singkat dikirimlah tim analisis dan peneliti ke Rusia untuk membeli barang second hand yang digadang-gadang itu.  Respons luar biasa dan sorak sorai menyambut rencana itu didendangkan dan dikumandangkan oleh komunitas forum militer, pengamat militer dan mereka yang cinta jalesveva jayamahe. Tetapi tak lama berselang rencana besar dan ambisius itu hilang tak berbekas sampai kemudian kabinet berganti rezim.

Nah di bulan September 2015 yang ceria ini berhembus lagi angin semilir nan menyejukkan hati karena pernyataan Menhan Ryamizard Ryacudu bahwa Indonesia akan membeli sejumlah alutsista dari Rusia dalam sebuah paket bantuan luar negeri senilai US$ 2,5 milyar meliputi jet tempur Sukhoi SU35, kapal selam Kilo dan peluru kendali SAM jarak menengah S300.  Makanya kita menyebutnya dengan pernyataan September ceria karena rencana beli ini merupakan paket pengadaan alutsista berkelas herder semuanya.  Untuk jet tempur Sukhoi SU35 rencananya tahap pertama akan didatangkan 8 unit dulu lengkap dengan persenjataannya. Sementara untuk kapal selam Kilo pada tahap pertama akan dibeli 3 kapal selam dari paket 6 kapal selam sampai tahun 2024.

Terkait dengan rencana pengadaan kapal selam Kilo ini kita berharap banget program pengadaan kapal selam Changbogo tidak terganggu karena ada program transfer teknologinya.  Jika 3 Changbogo berhasil dibuat dan sukses operasional maka untuk kapal selam ke empat dan seterusnya kita diharapkan sudah mampu membuat kapal selam sendiri tentu dengan supervisi Korsel. Ini tentu sangat membanggakan karena industri pertahanan kita mampu mensuplay kebutuhan alutsista paling bergengsi, kapal selam.

Jika berandai-andai dengan program MEF sampai tahun 2024 dengan prediksi kebutuhan 12-14 kapal selam maka hitung-hitungannya boleh jadi dengan formula 6 kapal selam Kilo dan 6-8 kapal selam Changbogo.  Artinya kita tetap masih membutuhkan kapal selam Kilo untuk memperkuat armada kapal selam disamping terus memperbaharui teknologi Changbogo sebagai karya anak bangsa. Simbiosis antara Kilo dan Changbogo diperlukan karena untuk laut dalam seperti pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera tentu yang pantas tampil adalah kapal selam Kilo.
KRI Cakra 401 dalam sebuah latihan
Sesungguhnya titik kritis armada kapal selam kita ada di saat ini sampai tahun 2017 saat dimana Changbogo pertama datang.  Saat ini kita hanya punya kapal selam “Cakra Class” sebanyak 2 unit, tentu jam terbang operasionalnya sangat tinggi.  Melewati tahun-tahun kritis ini tentu harus disikapi dengan “tabah sampai akhir” sebagaimana motto korps hiu kencana yang memang selama setengah abad ini harus tabah dan sabar dengan jumlah kapal selam yang sangat terbatas.  Bayangkan perairan yang luas ini hanya dikawal 2 kapal selam selama 50 tahun.

Oleh sebab itu rencana pengadaan kapal selam Kilo dan menunggu selesainya 3 kapal selam Changbogo kita sikapi dengan lembut saja sembari berdoa semoga program pengadaan kapal selam yang sangat dibutuhkan oleh negara yang baru-baru ini menganut paham “Maritimiyah” bisa segera terwujud dengan jelas.  Sejujurnya kita sudah cukup kecewa dengan program plin plan dari Pemerintah sejak tahun 2007 yang gembar gembor mau beli kapal selam Kilo.  Lalu tahun 2013 didendangkan lagi lagu yang sama kemudian hilang tak berbekas. Dan berkat itu semua sampai saat ini kapal selam kita tetap bertahan dijumlah 2 biji sejak setengah abad yang lalu.

Ketika September ini dikumandangkan lagi lagu “pelipur lara” itu bukan karena Vietnam sudah mendapatkan 4 kapal selam Kilo dari rencana beli 6 unit kemudian kita merasa disalip, atau bukan karena Singapura beli lagi 2 kapal selam canggih U-218 dari Jerman, atau Thailand beli 2 kapal selam China. Atau bukan pula karena selera rezim. Bukan, bukan karena itu tetapi karena kebutuhan untuk perairan nusantara yang luas ini.  Ada laut dangkal ada laut dalam itulah warna perairan Indonesia.  Maka di tengah kelesuan ekonomi yang terjadi saat ini jangan sampai rencana perkuatan militer kita ikut lesu karena perkuatan militer sesungguhnya investasi eksistensi bangsa.

Kita sikapi semuanya dengan tenang. Kelesuan ekonomi semoga cepat berakhir dan perjalanan kedaulatan ekonomi nasional dapat bangkit kembali.  Demikian pula perjalanan kedaulatan pertahanan nasional yang sedang dibangun dengan rencana bagus pengadaan kapal selam Kilo, jet tempur Sukhoi SU35 dan peluru kendali SAM S300 bisa benar-benar meyakinkan kita sampai barangnya kemudian ada di depan mata.
****
Jagarin Pane / 28092015