Monday, October 13, 2014

Bukan Perjalanan Biasa



Perjalanan Trans Java MBT Leopard 2 dan kawan-kawan dari Surabaya menuju Jakarta dan Bandung bukanlah perjalanan biasa.  Dari perhelatan akbar HUT TNI di Surabaya tanggal 7 Oktober 2014 yang lalu konvoi alutsista paling populer itu mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat luas yang dilewatinya.  Di Sragen, Solo, Yogya dan Semarang tempat dimana khafilah alutsista TNI AD itu “diberhentikan sejenak”, maka ribuan masyarakat mengelu-elukannya bak seorang artis pujaan.  Ya, tak berlebihan kiranya sosok yang bernama Leopard 2 itu menjadi pusat kerumunan, pusat kebanggaan sekaligus pusat perdokumentasian berbagai posisi foto yang kemudian disiarluaskan melalui media sosial.

Perjalanan ini adalah sebuah pembuktian pertanggungjawaban dan sosialisasi, makanya disebut bukan perjalanan biasa.  Rombongan 4 Leopard2, berikut Marder dan APC M114 sebagai bagian pertanggungjawaban dari pengadaan 103 tank gede banget made in Jerman itu.  Untuk diperlihatkan kepada segala lapisan masyarakat sekaligus sosialisasi bahwa kehadiran alat tempur  utama ini tidak merusak jalan, tidak mengalami ambles rute jalan yang dilewatinya sebagaimana yang ditiupkan oleh angin opini dengki selama ini.

Bukti tak terbantahkan
Ketika melewati jalur jalan raya paling bergengsi di tanah air, pantura Jawa mulai dari Semarang sampai Cirebon, begitu banyak khalayak yang terkesima, kagum dan bangga dengan iringan kendaraan lapis baja yang diangkut dengan truk transporter beroda puluhan.  Artinya kampanye tanpa orasi itu secara lahiriyah dan bathiniyah berhasil dikumandangkan sekaligus mematahkan argumentasi “jamaah amblesiyah” yang awalnya selalu gembar-gembor bahwa kucing hutan besi ini akan merusak jalan yang dilalui dan membuat kerusakan besar alias ambles.

Sekarang ini banyak opini yang menjadi sendok pembenaran untuk dipaksa disodorkan ke mulut masyarakat berdasarkan kepentingan bisnis, kepentingan politik dan kepentingan “bank saku” (jangan salah sebut, bukan bangsaku).  Salah satunya ya tentang Main Battle Tank ini. Makanya jalan-jalan pulang ke home basenya sengaja diperlihatkan kepada khalayak ini loh barang yang diopinikan akan membuat kerusakan besar di jalan, ternyata tak ada masalah kan.

Yang menarik perjalanan ini juga mendapatkan nilai lebih lainnya seperti kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.  Sambutan masyarakat yang luar biasa hebatnya memberikan apresiasi tersendiri bahwa sesungguhnya rakyat bangsa ini sangat membanggakan tentara dan alutsistanya.  Ini tak bisa terbantahkan meski puluhan LSM oposisi memberikan opini tandingan dengan sejuta argumentasi.  Kehadiran rombongan alutsista TNI AD maupun komentar sekitar perhelatan akbar HUT TNI kemarin di Surabaya memberikan spirit buat tentara pengawal republik bahwa  kalian sesungguhnya dibanggakan dan dielu-elukan oleh rakyat bangsa ini sebagai benteng NKRI yang menjaga amanah kedaulatan dan harga diri bangsa.

Perkuatan alutsista adalah keniscayaan yang harus terus menerus dilakukan, meski pemerintahan berganti figur.  Kita tidak boleh lengah apalagi sampai mengurangi atau bahkan menghentikan program perkuatan tentara dan senjatanya. Karena ini adalah “fardhu kifayah” bagi pemerintahan selanjutnya. Jika tidak dilaksanakan maka boleh jadi ibu pertiwi akan menangis dan berucap lantang: “memang kalian ini anak tak tahu diuntung, jangan sampai kalian kualat sama merah putih”.

****
Jagvane / 12 Okt 2014

6 comments:

Anonymous said...

Ya Sudah beli lagi 300 biji yang MBT Revolution,gitu aja repot

harno bebek said...

bener banget gan jagpane.. secara jema'ah amblesiah kalah telak 5-0.. terbukti sudah,kalah vakta nyata2 tidak ambles,,, bapak jokowi terlalu mendegarkan pembisik tuan TBH,bukan mencari info yang valid,secara pak jokowi juga menjadi kaskuser,mbok ya sering2 masuk formil,banyak anak bangsa yang cerdas tentang alutsita.. leopret maju terusss

Unknown said...

TB Hasanudin jangan dijadikan Menhan, ngaco, Pilih saja Didiet Prabowo biar gak ambles

Anonymous said...

sepertinya jamaah amblesiyah akan bertobatan nasuhah stelah mereka melihat dengan kepala mata sendiri.

semoga tobatnya diterima disisiNya. Amien.

Anonymous said...

Biar jokowi melek....
kita emang butuh dan bangga dg Anoa tp pernyataan Jokowi waktu debat,artikel dan pembuktian bahwa MBT ga ambles dan ga ngrusak jalanan di indonesia kecuali aspalnya di korupsi....lain lagi critanya
Bravo TNI...Bravo SBY

Anonymous said...

Saya hormati pendapat anda bung Jagvane, namun anda cenderung emosional sehingga tidak menggunakan akal anda yang sehat.

Ambless itu untuk medan off-road (lumpur) di hutan belantara

kalau jalan raya adalah "rusak", begitu kata Bpk Presiden Jokowi-JK dan juga Bpk Menristek BJ Habibi.

Kalau ingin mengetahui jalan itu rusak atau tidak harus tanya ke Ahlinya dan diadakan penelitian yang rumit.

Ibarat manusia, jalan juga punya umur, sakitnya juga bertahap...dst.

sama juga tembok rumah, pertama retak rambut, retak 1cm, 2cm, dst.....

dalam konvoi itu saya juga ikut, dan memang ada beberapa bagian aspalt ada yang retak dikit, itu bagian luar

bagian dalam, mungkin tambah lebih parah lagi, apalagi ketika melintasi BOX CURVED, mengkin tambah parah retaknya.