Thursday, October 10, 2013

Wawancara Dengan NRC Handelsblad (Belanda) Tgl 07 Oktober 2013 Sehubungan Dengan Kunjungan Menteri Pertahanan Belanda ke Indonesia :



Berikut adalah beberapa pertanyaan dari koresponden kami (Melle Garschagen) dari NRC Handelsblad kepada Bapak Jagarin Pane yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia : 

Mengapa pemerintah Indonesia dan TNI merasa penting untuk mengeluarkan dana untuk memperkuat dan memper-modern kekuatan militer? 
Pemerintah Indonesia bersama DPR memandang sangat perlu untuk memodernisasi TNI sebagai antisipasi dinamika kawasan khususnya Laut Cina Selatan.  Tahun 2008 yang lalu berdasarkan kajian intelijen dan Hankam RI menganalisis bahwa pusat konflik masa depan adalah Laut Cina Selatan.  Meski Indonesia tidak terlibat klaim teritori dengan negara lain di kawasan itu, Pemerintah memandang sangat perlu untuk memperkuat tentaranya.  Klaim Malaysia terhadap Ambalat juga merupakan salah satu pemicu untuk memperkuat TNI.  Karena ternyata negeri itu lebih dahulu melakukan manuver kapal perang di kawasan itu tahun 2005 sehingga Presiden SBY merasa tersinggung dan langsung mendatangi lokasi di Karang Unarang untuk menegaskan bahwa Ambalat adalah teritori NKRI.
Siapakah/negara mana yang dilihat sebagai ancaman terbesar bagi keamanan dan keselamatan Indonesia? Kenapa? 
Sebenarnya bagi Indonesia tidak ada ancaman dari negara tertentu yang membahayakan keselamatan Indonesia. Tetapi sebagai antisipasi bagi negara kepulauan terbesar di dunia ini dan punya posisi strategis di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik sangat wajar bagi Indonesia memperkuat persenjataan militernya yang selama lebih dari 10 tahun tidak diperbaharui. Penempatan Marinir AS di Darwin Australia bagaimanapun merupakan ancaman bagi keamanan RI, maka sebagai antisipasi TNI saat ini sedang mempersiapkan alokasi pasukan Marinir di Papua setingkat divisi.
Cabang TNI yang mana yang paling menganggap perlu dan penting untuk menginvestasikan dana dan ekspansi kekuatan militer (dalam hal alutsista)? 
Semua matra TNI sedang memperkuat diri. TNI AU sudah mendapatkan 1skuadron Sukhoi Su27/30 beserta rudal canggihnya dan sangat terbuka kembali melakukan pesanan untuk 1 skuadron berikutnya dari seri Sukhoi SU35 yang lebih modern. TNI AU juga menantikan kedatangan jet tempur F16 sebanyak 24 unit dari AS dan 16 unit T50 Golden Eagle dari Korsel.  Satuan-satuan radar modern memperkuat kawasan timur Indonesia sehingga tidak ada lagi yang blank spot.  TNI AL sedang menantikan 3 kapal selam Changbogo dari Korsel dan mendapat tawaran 10 kapal selam kelas Kilo bekas dari Rusia. Marinir diperkuat dengan lebih dari 50 tank amfibi BMP3F dari Rusia, 12 artileri roket RM Grad.  Indonesia sedang menunggu kedatangan 3 fregat ex Brunai dari Inggris, sudah memesan 2 fregat Sigma dari Damen Schelde Belanda yang dikenal dengan PKR 10514.  Kapal Cepat Rudal ukuran 40 meter dan 60 meter buatan dalam negeri sudah dan sedang dalam proses pembuatan.  Sementara 3 LST buatan dalam negeri untuk kapal angkut Tank Leopard sedang dalam pengerjaan. TNI AD sudah pesan 103 MBT Leopard 2 dan 50 Tank Marder dari Jerman, kemudian menunggu kedatangan 36 unit MLRS Astross II Mk6 dari Brazil bersama 38 artileri Caesar Nexter dari Perancis.  300 panser Anoa buatan dalam negeri sudah memperkuat batalyon TNI AD.
Akankah trend ini akan berubah setelah pemilu? Factor2 apa saja yang mempengaruhi? 
Program modernisasi TNI ini dikenal dengan MEF (Minimum Essential Force).  Untuk MEF tahap I tahun 2010 sd 2014 sudah jelas arahnya dengan anggaran sebesar US $15 milyar.  Untuk MEF tahap II tahun 2015 sd 2019 sudah berganti pemerintahan. Tetapi hampir semua kalangan berpendapat bahwa MEF tahap II akan berjalan lebih intensif lagi dengan prediksi pagu anggaran minimal US $20 milyar. Yang menggembirakan ketika kita bicara modernisasi TNI semua komponen bangsa ini, Pemerintah, Parlemen dan mayoritas rakyat Indonesia mendukung program ini.  Ini yang membuat kita optimis bahwa MEF II akan berlanjut lebih baik lagi.
Negara mana saja yang menerima pesanan paling banyak untuk peralatan perang TNI? 
Indonesia menerapkan program alutsista dengan memesan produk yang belum bisa dibuat di dalam negeri dengan berbagai negara. Dengan AS misalnya pengadaan upgrade 24 F16, pembelian 8 Apache, pembelian rudal anti tank Javelin, pembelian 40 heli Bell412Ep dan lain-lain. Dengan Rusia 16 Sukhoi, simulator Sukhoi, BMP3F.  Dengan Korea Selatan 3 kapal selam, 22 panser tarantula, 16 jet latih tempur Golden Eagle. Dengan Jerman 103 MBT Leopard, 50 Marder dan 18 pesawat latih Grobb.  Brazil mendapat order 16 pesawat Super Tucano dan MLRS Astross II. Perancis mendapat pesanan artileri Caesar Nexter. Belanda 2 PKR 10514 Sigma. Dengan Australia pesan 9 Hercules bekas. Juga dengan Spanyol pesan 9 pesawat angkut sedang CN295. Jadi semua negara sahabat mendapat pesanan bervariasi.
Menteri pertahanan Belanda akan melakukan lawatan ke Indonesia minggu ini untuk mengadakan pembicaraan dengan menhan RI dan TNI. Menurut Anda, apa saja yang akan mereka bicarakan? 
Kunjungan Menhan Belanda tentu untuk memperkuat kerjasama pertahanan. Anggaran belanja militer RI yang besar sesungguhnya menarik banyak negara untuk merapat ke RI. Ada kemungkinan Menhan Belanda menawarkan kembali 80 Leopardnya yang dulu ditawarkan ke Indonesia tetapi karena terlalu banyak persyaratan HAM, Indonesia beralih ke Jerman bahkan mendapat jumlah yang lebih banyak.  Tetapi yang lebih penting mestinya Belanda lebih membuka mata hatinya untuk Indonesia misalnya dengan membagi teknologi militer untuk negeri bekas jajahannya. Misalnya teknologi kapal perang PKR10514. Jika saja Belanda lebih memahami cara mengambil hati Indonesia, kita yakin Belanda akan mendapat tempat di hati rakyat Indonesia.  Dan kalau itu sudah didapat maka order bisnis apapun akan berjalan lancar dan jelas.  Kekuatan ekonomi Indonesia saat ini no.16 di dunia, pertumbuhan ekonomi rata-rata 6%,pendapatan perkapita US $4.000,- dengan jumlah penduduk 240 juta. Dengan anggaran militer masih sekitar 0,8%-1% dari PDB saat ini sudah sedemikian menariknya, apalagi jika menyentuh 2,5%-3% dari PDB.  Dan itu sangat mungkin.
Salam Hormat, 
Sarah Sayekti 
Melle Garschagen
NRC Handelsblad 
****
Jagvane / 10 Oktober 2013