Friday, May 31, 2013

Mempersiapkan Latgab TNI Terbesar 2014



Gemuruh Latgab 2013 masih belum hilang dari ruang kebanggaan kita ketika tiga hotspot latihan yaitu Situbondo Jatim, Sangatta Kaltim dan Bima NTB menjadi saksi dentuman dan hiruk pikuk tentara republik dan alutsistanya memperlihatkan kesungguhan berlatih tempur selama 40 hari.  Kebanggaan itu makin sempurna ketika di salah satu “titik panas” latihan Situbondo, RI-1 dan RI-2 ikut merasakan drama penyerbuan amfibi terbesar di pantai Banongan Jumat tanggal 3 Mei 2012 dan bergabung bersama belasan ribu prajurit TNI.

Hanya berselang satu tahun, tahun depan dicanangkan Latgab TNI terbesar yang melibatkan puluhan ribu pasukan TNI dan seluruh alutsista old dan new nya.  Satu tahun dari sekarang atau tepatnya bulan September dan Oktober 2014 TNI kembali akan melakukan latihan gabungan terbesar sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada negara dan rakyat yang telah membelikan dan menyediakan alutsista modern dan barangnya pun sudah berdatangan.
Penembakan rudal C802 dari KRI Abdul Halim Perdana Kusuma
Dua hal yang patut digaris tebal sehubungan dengan Latgab 2014 adalah rekor jarak Latgab terpecahkan dari rentang lima tahun menjadi hanya satu tahun.  Kemudian kuantitas dan kualitas alutsista yang digelar juga merupakan rekor baru dengan kehadiran sejumlah alutsista modern.  Dua rekor ini adalah nilai strategis puncak yang mampu menggempitakan naluri tempur tentara sekaligus membanggakan warga bangsa yang cinta tanah air.

Perkuatan alutsista tentara nasional yang dilakukan Presiden SBY sejak tahun 2010 sampai tahun 2014 merupakan keputusan cum laude, tepat waktu dan tepat guna.  Perkembangan situasi regional yang mudah terjebak dalam konflik klaim mengharuskan kita sebagai negara harus mempersiapkan kekuatan militer yang minimal setara dengan para tetangga. Terbukti ketika perjalanan memperkuat tentara republik sedang berlangsung sampai saat ini, beberapa insiden tumpang tindih klaim Laut Cina Selatan (LCS) menjadi “jelas bentuknya” dan sekaligus menjadi konflik diplomatik seperti antara Filipina dan Taiwan.  Meski Indonesia tidak terlibat konflik LCS namun kita tetap harus siaga menghadapi kondisi terburuk yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.

Celakanya negara yang kekuatan militernya lemah menjadi tempat “uji nyali” menguji panasnya klaim. Filipina bisa dijadikan contoh yang selama ini mengabaikan perkuatan militernya dengan alutsista angkatan laut dan udara yang menyebabkan negara itu jadi seperti diabaikan oleh tetangganya yang punya klaim teritori.  Militer Filipina saat ini tidak memiliki jet tempur yang bisa diandalkan dan kapal perang berteknologi rudal. Selama ini mereka hanya mengharapkan payung pertahanan dari sekutunya AS.  Ini  justru memberikan kesan ketidakwibawaannya menjaga teritorinya sendiri.
Panglima Tertinggi ikut merasakan episode Latgab 2013
Kewibawaan menjaga kedaulatan teritori secara real diukur dari dimilikinya mata, telinga dan alat pukul yang membuat pihak lawan berhitung cermat.   Contohnya Singapura, negara pulau yang mampu membentengi dirinya dengan kekuatan militer berkemampuan serang segala arah. Membangun kekuatan militer bukan dimaksud untuk mengganggu atau mengacau kehidupan bertetangga tetapi lebih memiliki makna menjunjung nilai kewibawaan postur negara terutama dalam etika pergaulan antar bangsa dan kekuatan posisi diplomatik.

Berkaitan dengan pencapaian penambahan alutsista baru TNI sampai dengan tahun 2014 kita pantas memberikan apresiasi kepada  panglima tertinggi yang juga Presiden RI sehubungan dengan sajian panen raya alutsista yang luar biasa. Kita berharap itu bukanlah sajian alutsista terakhir karena  sesungguhnya kekuatan yang diinginkan belum sampai di titik kulminasi. Pekerjaan besar menyajikan ragam alutsista berteknologi kepada pengawal republik masih akan terus berlangsung dengan target waktu tahun 2020 yang dikenal dengan sebutan minimum essential force.

Adalah juga keputusan yang surprise ketika Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di sela Latgab 2013 yang sedang berlangsung di Sangatta mengumumkan bahwa TNI akan kembali melakukan Latgab terbesar tahun 2014 yang melibatkan seluruh alutsista anyarnya. Mudah saja mencernanya, alutsista sudah datang, gabung sama alutsista yang made ini old, lalu diperlihatkan kepada rakyat sebagai pertanggungjawaban.  Integrasi sistem pertempuran, teknologi komunikasi dan koordinasi antar satuan tempur berkualifikasi divisi sekaligus menguji alutsista baru untuk memperlihatkan kehebatannya merupakan substansi utama yang akan digelar pada bulan September-Oktober 2014 itu.  Simulasi perang dengan beberapa perubahan doktrin pertempuran sesuai dengan nilai teknologi alutsista baru dan kuantitasnya menjadi salah satu kurikulum utama dalam Latgab mendatang.

Perkuatan dan mobilisasi militer Indonesia tiga tahun terakhir ini yang lebih sering melakukan latihan militer dengan kapasitas besar sesungguhnya menjadi perhatian sejumlah negara.  Nah disitulah nilai keberhasilan gaung kampanye militer kita sebagai bagian dari “pesan tanpa harus berkata” bahwa pengawal republik siap setiap saat mempertahankan keutuhan teritori NKRI dari segala bentuk ancaman.  Sepanjang tahun 2012 sampai Latgab Mei 2013 kita telah menyaksikan begitu banyaknya serial latihan tempur TNI yang digelar di berbagai tempat di tanah air.

Tahun 2014 adalah akhir dari pemerintahan SBY.  Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban membangun kekuatan militer selama masa pemerintahannya tentu sajian yang paling spektakuler adalah memperlihatkan kehebatan teknologi alutsista yang baru dimiliki dengan kemampuan prajurit mengoperasikannya, mengintegrasikannya lewat latihan perang gabungan antar angkatan skala besar.  Lebih dari itu pesan besarnya pada tetangga-tetangga disebelah sangat jelas dan tegas, jangan lagi meremehkan kami.  Maka kita boleh menyebut rencana Latgab TNI 2014 itu dengan: super sekali.
****
Jagvane / 31 Mei 2013