Thursday, January 10, 2013

Tendangan si Maidin Kena Muka Sendiri


Kalau anda melihat, Maidin, jumlah penonton Indonesia yang mencapai 3 juta penonton sejak film Habibie dan Ainun di putar di seluruh bioskop di Indonesia sepanjang satu bulan ini, sudah pasti anda menjadi seorang yang kerdil nilai, kerdil martabat dan malu hati.  Malu terhadap hinaan dan cercaan yang anda tuliskan untuk konsumsi politik dalam negeri negara anda.  Anda katakan Habibie penghianat, anda katakan Habibie anjing imperialis adalah sebuah penghinaan yang hanya bisa dilakukan oleh politisi bermuka celeng tanpa hati nurani.  Kita ingin menegaskan hal yang sudah tegas dan lugas bahwa Habibie adalah sosok yang dicintai rakyat Indonesia, baik pribadinya maupun kecerdasan intelektualnya serta ketaatannya pada akidah yang digenggamnya bersama kecintaannya pada sang istri yang sudah lebih dulu meninggalkan kita semua..

Perilaku kekanak-kanakan politisi penguasa di negeri jiran itu memberikan definisi jelas tentang ketidakmampuan mereka pada apa yang disebut perbedaan pendapat dan sudut pandang. Negeri yang merdeka berdasarkan hadiah dari kolonial Inggris tidak mampu menghilangkan kelas masyarakat yang dibangun berdasarkan struktur kesultanan negara bagian yang sangat protektif terhadap bumiputera Melayu.  Struktur non egaliter inilah yang membuat pola pandang dan pola pikir elite politiknya lemah syahwat ketika berhadapan dengan kritik dan beda pendapat.  Kritik dianggapnya “Kirik” lalu menyebut lawannya dengan Dog Imperialism padahal dia sendiri yang menjadi Asu UMNO.  Kegetiran suasana kebatinan ini menampakkan ruang ego yang demikian nyata manakala dalam ruang orasi yang dilakukan Habibie di Universitas Selangor atas undangan Anwar Ibrahim Desember lalu, membuat segelintir politisi UMNO kebakaran jenggot dan keringat dingin di ruang AC.  Kita ingin katakan pada Maidin, bahwa demokrasi di negara anda adalah demokrasi imitasi.  Contohnya jelas, anda bebas menghina Anwar Ibrahim tetapi jika kubu Anwar sebagai pihak oposisi melakukan kritik atas jalannya pemerintahan dan perilaku orang UMNO, dengan memakai jubah “Nabi ISA”  (Internal Security Act)  terjadilah pembungkaman, penangkapan dengan argumen pembenarannya. Anwar Ibrahim adalah korban politik UMNO yang dilakukan secara vulgar, berlebihan dan melewati ambang batas kepatutan.

Zainuddin Maidin adalah corongnya UMNO, maklum profesi awalnya kan seorang jurnalis yang kemudian pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Malaysia.  Jelasnya dia tidak sendirian meski pemerintah Malaysia menganggap itu tulisan pribadi yang tidak mewakili suara pemerintahnya sebagaimana dilontarkan PM Najib Tun Razak ketika bertemu SBY di KL akhir Desember 2012.  Arah tembakannya adalah ingin menaikkan citra UMNO dan BN dalam pilihan raya Malaysia tahun ini.  Musuh bersama UMNO dan BN adalah Anwar Ibrahim yang selama bertahun-tahun dijadikan korban pembusukan namun tak mempan jua.  Bahkan korban pembusukan itu semakin semerbak harum kembangnya.  Sebenarnya jika politisi UMNO tidak membawa-bawa nama Habibie untuk dijadikan sasaran tembak, rakyat Indonesia tidak terlalu memikirkan apalagi mencampuri model demokrasi di Malaysia yang masih setingkat play group, harus ada orang tua yang mendampingi di sekolahnya.  Bukan bermaksud membenarkan posisi bertetangga RI atas jiran yang satu ini tetapi perjalanan sejarah membuktikan selalu saja pihak seberang sana yang memulai keributan apakah itu klaim teritori, klaim kebudayaan, pelecehan TKI, arogansi orang kaya baru.
Habibie adalah sosok yang dikagumi oleh bangsa Indonesia.  Beliau meletakkan dasar-dasar teknologi kerdirgantaraan yang saat ini sedang bergeliat hangat memproduksi pesawat dan helikopter.  Pemikiran visioner beliau yang betapapun pahitnya namun harus diputuskan yaitu melaksanakan referendum di Timor Timur yang kemudian melepaskan diri dari Indonesia.  Pemikiran visioner itu kemudian terjawab kini, Timor Timur tidak lagi menjadi beban politik dan ekonomi bagi Indonesia dan yang terpenting dari semua itu bekas provinsi Indonesia itu bersahabat erat tanpa dendam dengan bekas induk semangnya.  Dunia menaruh hormat pada Indonesia.
Dalam urusan pertahanan negeri, perkuatan militer Indonesia adalah jawaban paling tegas untuk memberitahu pihak sebelah bahwa kita tidak ingin lagi menjadi pelengkap penderita.  Militer Indonesia telah bangkit dengan kedatangan sejumlah alutsista modern dan akan terus berdatangan untuk memenuhi definisi MEF(Minimum Essential Force). Memang namanya MEF tetapi target yang hendak dikejar adalah minimal mengungguli kekuatan persenjataan militer Malaysia, maksimal berkeinginan menjadi kekuatan militer nomor satu di Asia Tenggara.   Inilah jawaban cemerlang tentang sebuah hakekat eksistensi dan martabat negeri.  Perkuatan tentara dengan dukungan kemajuan ekonomi selama hampir 9 tahun ini memberikan nilai tambah pada nilai spirit kebangsaan yang memang sudah ada dalam naluri dan adrenalin warga bangsa ini. 
Penambahan satuan tempur termasuk batalyon tank di Kalimantan, pembentukan dua komando militer kewilayahan, penempatan sistem persenjataan Astross II di Kalimantan, pembentukan skuadron UAV dan roket-roket Rhan berdaya tembak 50 km serta skuadron Heli Tempur adalah bagian dari hasrat yang ingin ditumpahkan.  Bahwa jika anda bermain api kami tidak perlu menyiram dengan air lagi seperti yang dilakukan selama ini demi persaudaraan ASEAN.  Tetapi kami juga akan kirimkan bola api yang lebih besar.  Bukankah Presiden sudah mengirim pesan jelas di Universitas Utara Malaysia baru-baru ini, tidak ada garansi tidak terjadi perang di kawasan ASEAN di masa depan. Tidak lama lagi peluru-peluru kendali berjarak tembak 300 km sebagai hasil kolaborasi teknologi roket Lapan dengan teknologi rudal C705 Cina akan menjadi kekuatan strategis yang ditempatkan secara statis dan mobile di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Lanjutan tentang tendangan si Maidin diperlihatkan lagi ketika dalam satu tulisan terbaru yang berdjudul  “Yang Tidak sama Antara Habibie dan Anwar” yang dimuat di Utusan Malaysia tanggal 8 Januari 2012, Zainuddin Maidin berupaya hendak memutihkan Habibie dengan dua alinea terakhir tulisannya : Di Indonesia, bekas Presiden Indonesia B.J. Habibie masih mempunyai kredibiliti yang tinggi. Beliau bukan seorang street actor, maka itu rakyat Indonesia marah apabila saya menyamakannya dengan Anwar Ibrahim. B.J. Habibie adalah seorang pemimpin yang masih dihormati dan tidak bergelumang dengan lumpur seperti Anwar Ibrahim.
Jelas sekali dia bermental bunglon dan malu untuk meminta maaf.  Ironinya lagi berpuluh alinea dia ungkapkan untuk kembali membusukkan Anwar Ibrahim lalu ditutup dengan dua alinea diatas. Jelas tidak nyambung karena memang tidak ada kaitannya. Begitulah kenyataannya, Maidin tak mau meminta maaf, lalu menulis lagi dengan maksud mengambil hati. Hebatnya lagi Presiden ketiga RI Habibie tak perlu repot menanggapi tulisan hinaannya, itulah cermin  jiwa kenegarawanannya.  Pelajaran demi pelajaran telah kita dapatkan dari rumah jiran yang pongah ini.  Maka pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan rakyat dan perkuatan militer adalah langkah elegan yang sedang dijalani negara ini untuk memberikan “pukulan telak tanpa harus berkelahi”.  Semuanya sedang berjalan, so biarkan anjing mengonggong kafilah terus melaju.  Tetapi sesekali memang perlu juga dibentak karena biasanya kalau anjing mengonggong tanda tak menggigit dan kalau dibentak dijamin pasti lari. 
*****
Jagvane 10 Januari 2013,-