Sunday, December 16, 2012

Renungan Dua Tahun, Menggemuruhkan Semangat Beralutsista


Desember ini genap sudah dua tahun hadirnya blog analisis alutsista di layar maya kita dengan jumlah kunjungan lebih dari sejuta pembaca.  Selama itu pula banyak tulisan yang sudah dihadirkan, disimak dan dibaca pembaca bahkan tidak sedikit diantaranya sudah dipublikasikan di media cetak surat kabar dan majalah militer.  Selama itu pula sudah banyak jenis kelamin komentar, tanggapan dan ungkapan yang dicetuskan.  Dan yang menggembirakan tentu saja semua celotehan tertulis yang dilontarkan pembaca via dialog on line atau email sebagian besar bernilai positif, bersemangat kuat untuk mendukung pembangunan kekuatan tentara sekaligus membangkitkan semangat patriotik nasionalis untuk bangga memiliki militer yang kuat.

 
Namanya juga analisis tentu perlu waktu untuk menyelesaikan sebuah tema bahkan karena kehabisan “tinta ide” tulisan yang sudah punya judul pun kadang hanya mampu terselesaikan tiga paragraf lalu buntu sehingga tak jadi layak tayang.  Namun tentu saja ilham dari semua tulisan ini adalah keinginan untuk menyampaikan pesan dalam bingkai semangat berbangsa bersama pita nasionalisme dengan pilar utama kecintaan terhadap insitusi garda republik yang selalu setia mengawal perjalanan negara kepulauan terbesar ini.

Eksistensi negara ini terkait dengan menjaga nilai kedaulatannya ada di garda republik.  Apakah dia bernama Angkatan Darat, Laut dan Udara.  Ketika kita sedang lelap di jam 2 dinihari banyak yang tak tahu (atau tak mau tahu) bahwa di sebuah perairan perbatasan kapal perang kita sedang beradu tegang dengan kapal perang negara lain yang coba memasuki perairan tanpa ijin.  Atau di sebuah titik perbatasan darat 1 pleton pasukan TNI AD sedang berjuang melawan ganasnya rimba perbatasan yang diguyur hujan deras demi menjaga patok batas NKRI.  Atau di layar kaca besar beberapa personil radar TNI AU sedang memelototi titik-titik yang bergerak di layar monitor, mungkin ada  penyusup tak dikenal. 

Semua itu dilakukan untuk menjaga kewibawaan dan kedaulatan rumah gadang yang bernama Indonesia ini dari gangguan dan ancaman negara lan.  Kita sebagai penghuni rumah besar itu bisa tidur nyenyak dan tenteram karena adanya garda tepublik yang menjaga teritori negara ini.  Sayangnya banyak anggapan yang bersemayam di benak kita, karena suasana aman tenteram saja, tidak terjadi apa-apa, bisa bangun tidur jam 4 pagi lalu sholat Subuh di Masjid dengan damai, maka rutinitas itu tidak menganggap kinerja pengawal republik sebagai nilai.  Padahal kehadiran militer yang mengawal 24 jam negeri ini adalah bagian dari penegakan eksistensi dan kedaulatan serta menjaga ketenangan masyarakat di semua pulau negeri.

Ketika menuangkan ide menjadi peduli dan melukiskannya dalam rangkaian kata yang membentuk kalimat dan paragraf, jalan yang dikumandangkan adalah menyisir sisi-sisi dimensi untuk merenda jalan komunikasi yang bersudut pandang positif thinking.  Mengedepankan semangat solusi dan membangun kebersamaan bersemangat memiliki garda republik yang kuat dan disegani.  Inilah sudut pandang itu dan kita meyakini dengan menyulam semangat itu keniscayaan yang didapatkan adalah mengajak kita untuk senantiasa membasuh wajah di air bening danau dan melemparkan pandangan mata teduh di sekeliling nuansa hijau, tentu dengan lantunan syukur atas semua karunia.  Ya kita patut mensyukuri semua itu, tanah air yang penuh pesona, keragaman etnis yang mengagumkan, jumlah penduduk yang besar, petumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi, menuju kekuatan ekonomi sepuluh besar dunia.  Mestinya kita bangga sebagai bangsa yang didirikan dengan semangat nasionalisme yang tinggi yang kemampuan ekonomi dan diplomasinya mulai dilirik dunia internasional.

Sejalan dengan itu perkuatan milter memberikan ruang kelegaan yang membeningkan sekaligus membanggakan.  Berpuluh tahun kita sesak nafas melihat garda republik punya senjata ala kadarnya, seperti tak mampu menegakkan kepala manakala melihat negara lain berupaya memodernisasi angkatan bersenjatanya.  Jujur diakui sebagai penulis kita merasa miris manakala kekuatan  alutsista kita yang mestinya berpredikat gentar, berubah menjadi kekuatan gemetar ketika negara lain show of force meremehkan kekuatan militer kita.  Bagaimana tidak gemetar negara tetangga punya F15, F16 CD, F18 Hornet, Sukhoi sementara kita hanya punya 10 F16 butut yang terseok-seok kena embargo dan harus saling kanibal.

Itulah sejarah kekurangan gizi militer kita.  Dua tahun ini sinar cerah sudah melintas jelas di cakrawala pandang, sembari menanti kedatangan berbagai jenis alutsista modern untuk menggagahkan garda republik.  Dua tahun ini pula blog ini hadir mengiringi semangat mengantar keperkasaan tentara kita untuk menjadi pengawal yang bergizi dengan beragam menu alutsista yang dihidangkan. Tentu dalam menulis analisis ini, sudut pandang subyektivitas selalu ada dan bahkan kadang terlalu hiperbola.  Tetapi sesungguhnya genggaman yang ingin dikepalkan adalah keinginan yang kuat agar perkuatan alutsista tentara kita mampu memberikan spirit dalam beralutsista tidak saja untuk kalangan militer tetapi juga rakyat yang memilik tentara itu. Kita akan terus menulis dengan semangat menggagahkan itu. Kita akan terus menuangkannya dengan semangat kebersamaan itu. Kita akan terus menghidangkannya dengan semangat keikhlasan itu. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridhoNya untuk kita semua,amien.  Jayalah tentaraku.

********
Jagarin Pane (jagvane@gmail.com)/ 16 Desember 2012