Monday, November 5, 2012

Pelukan Hangat Mama Ely


Kunjungan kenegaraan Presiden Sby ke Inggris tanggal 30 Oktober hingga 03 Nopember 2012 dinilai sangat istimewa dengan perjamuan khusus Ratu Inggris Elizabeth dan Istana Buckingham.  Pertanyaannya tentu apa sebenarnya magnet yang memberikan rasa hangat dan akrab dalam bingkai kunjungan seorang pemimpin negeri kepulauan berpenduduk ke 4 terbesar didunia ini ke Inggris.  Tak lain dan tak bukan adalah madu alutsista. Siapa sih yang tak tergiur dengan modernisasi alutsista RI, hampir semua “semut” berdatangan menawarkan jualannya agar bisa mencicipi madu alutsista yang dikucurkan itu.  Terbukti jua ratusan perusahaan dari 50 negara akan hadir pada Indo Defence yang digelar 7-10 Nopember 2012 di Kemayoran Jakarta.

Rasanya memang tidak lengkap jika bumbu masak yang bernama Inggris tidak disertakan dalam aneka macam menu alutsista yang sudah dan sedang serta akan dipesan oleh Indonesia.  Dari kawasan Asia, Cina dan Korsel mewakili rudal C705, QW3 dan C802, 3 kapal selam Changbogo, 70 Howitzer KH178 dan 16 jet tempur taktis T50 Golden Eagle.  Rusia sudah lebih dulu merapat dengan 1 skuadron Sukhoi, 70 Tank amfibi BMP3F, 30 Panser amfibi BTR80A, 1 simulator Sukhoi, rudal Yakhont.  Kemudian Paman Sam membuka diri untuk  34 F16 blok 52, 8 Apache, 12 Sea Sprite dan rudal Maverick.  Brazil sudah kulonuwun dengan menyerahkan 4 Super Tucano dari pesanan 16 unit, 40 unit MLRS Astross II.  Perancis dengan rudal Exocet Blok 3, Howitzer Caesar.  Jerman dengan 120 MBT Leopard, 60 Tank Marder dan 16 pesawat latih Grobb.

Kemegahan Sambutan Itu
Dalam perjalanan belanja alutsista RI, kesannya Inggris kok ditinggalkan atau karena masih punya luka hati ketika pesanan Hawk 100/200 ditinggal begitu saja di Thailand akhir abad lalu.  Bayangkan kita pesan 40 Hawk tapi kloter terakhir ditelantarkan begitu saja oleh pilot Inggris.  Luka belum sembuh, luka lagi karena Scorpion dan Hawk dilarang dipakai dalam konflik Aceh tahun 2003 lalu.  Yang terakhir ini mungkin yang paling berbekas karena ternyata arogansi negeri Mama Ely itu seperti menikam dari belakang.

Tapi ya sudahlah, mengingat masa lalu yang haru biru itu tak jua apik jika dijadikan barometer dendam tak berkesudahan.  Pelajaran yang didapat dari itu adalah tidak lagi didikte dalam pasal dan ayat perjanjian kerjasama melainkan minimal setara karena ini adalah transaksi halal, barang halal sehingga ketika sudah dibeli mestinya tidak ada syarat dilarang pakai karena terkait separatis.  Selain itu belanja dari berbagai sumber produksi juga memberikan keyakinan untuk tetap eksis dalam memakai alutsista.

Lalu ada pertanyaan, apakah segitu aja nilai yang mau dibelanjakan untuk alutsista made in Inggris.  Apakah hanya untuk semacam rudal starstreak atau light fregat dan suku cadang Hawk padahal sambutan manis Mama Ely sangat luar biasa.  Lalu bagaimana dengan perjalanan sales 24 jet tempur Typhoon yang sudah beredar luas di media Inggris beberapa bulan lalu ketika David Cameron “menghadap” Sby di Jakarta.

Logika diplomasinya juga bernilai lebih misalnya dengan membandingkan kunjungan Kanselir Jerman beberapa waktu lalu ke Jakarta.  Jerman datang menjemput bola ketika petinggi Kemhan berkunjung dan berminat dengan MBT Leopard.  Tetapi Sby kan tidak perlu lagi ke Jerman.  Ini beda dengan Inggris, David Cameron datang 11-12 April 2012 membawa order 24 typhoon.  Kalau hanya untuk rudal Starstreak gak level lah seorang pemimpin tertinggi Inggris harus menyambangi Jakarta, cukup Menhannya saja.  Lalu kunjungan balasan akhir bulan lalu sampai awal bulan ini, releasenya lagi-lagi rudal starstreak dan light fregat.  Masak Cuma segitu aja.  Mungkin saja 24 typhon itu di hidden dulu untuk release pemberitaan atau bisa saja waktu penyampaiannya tidak usah terburu-buru untuk menghindarkan arm race di kawasan ini.  Soalnya belanja alutsista kita yang revolusioner ini menjadi intipan intelijen tetangga .

Sambutan yang luar biasa di Inggris mulai dari Mama Ely sampai bos Arsenal bahkan Walikota London juga ikut sibuk memberikan apresiasi hangat mengindikasikan hasrat kuat bahwa Inggris sedang membujuk RI untuk membeli 24 jet tempur Typhoon atau bahkan sudah ada kesepakatan tapi tidak untuk konsumsi publik dulu utamanya untuk menjaga jantung jiran tidak berdebar keras.  Sby kan selalu berada dalam patron itu misalnya ketika Menhan AS menawarkan 6 F16 blok 52 tahun 2009,  lalu Sby menyampaikan bahwa anggaran belum ada untuk itu.  Lalu tahun 2011 ada tawaran 24 jet tempur F16 second,  jawabannya: bungkus.
Bukan hanya untuk Rudal Starstreak
Bisa jadi release 24 jet tempur Typhoon ini untuk konsumsi tahun depan dan pesawatnya pun baru datang tahun 2016.  Bisa jadi memang tak perlu jua dipublikasi luas seperti yang dicontohkan dengan pengadaan MLRS Astross II dari Brazil yang jauh dari publikasi.  Yang jelas kan tidak mungkin hanya dengan pesanan 34 F16, 16 Super Tucano, 16 T50, 6 Sukhoi lalu berhenti sampai disitu.  Okelah, boleh jadi ada tambahan 16 Sukhoi lagi dalam MEF tahap 2 tetapi itukan untuk kebutuhan 2 skuadron jet tempur kelas berat.  Lha yang kelas medium kan perlu diperkuat misalnya untuk penggantian F5E.

Apapun itu tentu jika 24 jet tempur Typhoon Inggris jadi mengisi skuadron tempur TNI AU merupakan kado yang membanggakan.  Mimpi kita di MEF kedua periode 2015-2019 makin mendekati real dengan 32 Sukhoi, 40 F16 Blok 52 dan 24 Typhoon merupakan kombinasi satuan pemukul udara yang saling mengisi dan melengkapi.  Secara feeling sambutan hangat Mama Ely dan “keponakannya” PM David Cameron menjamu tamunya dari Indonesia memberikan sinyal kuat tentang rencana masa depan alutsista buatan Inggris yang digadang-gadang itu.  Ongkos sambutan itu tentu tidak sepadan jika dibandingkan dengan hanya belanja starstreak, suku cadang Hawk dan light fregat.  Ya kan ?

******
Jagvane/ 05 Nop 2012

10 comments:

gheg ghel said...

Penilaian yang sangat bagus mas min cuma menurut saya nih..bukan hanya sekedar urusan alutsista melainkan lebih ke urusan komplik laut china yg menyebabkan negeri ELY bersikap demikian terhadap SBY,,,SOALE menurut mereka jikalau NKRI lebih condong ke china maka semua negara sekutu mereka yg ada di asia akan dalam keadan yg sangat kritis.bahkan sampai ke AUSIE juga,yang paling di takut kan oleh NATO adalah terbentuk nya persekutuan antara RUSIA,CHINA,INDIA,NKRI,VIETNAM,KORUT.jikalau ke5 negara tersebut bersekutu boleh di bilang LONCENG KEMATIAN untuk negara IMPERIALIS sudah berbunyi..
semoga kelima negara tersebut akan segera bersekutu dan akan membuka sejarah baru di dunia ini.......?

Anonymous said...

si topan adalah suatu keniscayaan, buat melebarkan pintu ifx kedepannya. selain pesawat ada kemungkinan kapal permukaan sudah seharusnya dilirik. terutama yang versi high end. harapannya segera muncul publikasi hibah starstreak dalam platform stormer

Anonymous said...

analisis yang menarik, tapi saya melihat dari statemen TNI AU bahwa urusan heavy figter bertumpu pada armada sukhoi 27/30 bahkan sukhoi 35(dalam kajian) lalu kenapa tiba-tiba ada kabar Typoon akan dipinang indonesia,bukankah brarti akan menambah anekaragam logistik pesawat tempur, karena disisi lain masih ada armada medium fighter yang akan diisi oleh F16. Kunjungan SBY ke Inggris juga untuk menyepakati pembelian Light Fregat Nahkoda Ragam Class, dan tentu saja lumayan mengiurkan untuk mereka karena bisa jual kapal perang yang sudah bertahun2 bersandar, perkiraan saya sekitar 1 milyar dollar masuk ke kas inggris dengan pembelian Kapal perang, suku cadang Hawk, Rudal Startreak, sedang untuk typoon masih jauh dari perkiraan

Anonymous said...

Pembelian Eurofighter ini kalo jadi menurut saya berkaitan dengan program KFX/IFX, beberapa sumber menyebutkan Indonesia kesulitan mendapatkan data dan mesin untuk IFX (semacam embargolah). Pihak barat tidak bersedia memberi teknologinya, lalu karena krisis Eropa mereka butuh duit bersedia memberikan mesin dan datanya dengan syarat pembelian pesawat mereka dalam jumlah tertentu. Ada 2 yang berpeluang Eurofighter dan Rafale..tapi sepertinya sales force Inggris lebih agresif dibanding Prancis

Unknown said...

Kalau saya sih lebih memilih Rafale daripada Eurofighter Typhoon. lagipula negara kita lebih dekat dengan Prancis, dan negara kita juga tidak pernah bermasalah dengan Prancis.

Anonymous said...

analisa bagus, jujur aja sebenarnya simple. yang mau saya tanyakan berapa sih anggaran militer Indonesia untuk 20010-20014 apa benar diangka 15 Milyar dolar = 140 triliun.
Okelah anggap saja benar kita sisihkan saja 4-5 milyar untuk maintenance berarti masih sisa 9-10 Milyar Dolar
kita hitung yang utama saja sudah pasti harganya mahal
6 sukhoi = 470 juta dolar
16 Tucano = 250 juta dolar
16 T-50 = 450 juta dolar
8 N295 = 200 juta dolar
24 +10 F16 block 32++ = 700 s/d 1000 juta usd
dan pesanan dalam negeri =..???
3 Nahkoda ragam class = 380 juta USD
3 Changbogo submarine = 1100 juta USD
1 PKR Sigma = 230 juta USD
11 copter anti submarine = 300 juta USD
pesanan pesawat dalam negeri = ......
tank Leopard = 250 juta USD
apache 8 = 240 juta
hitungannya kasarnya gak sampai 5.5 Milyar Dolar
itu berarti masih ada sekitar 3.5 sampai 4.5 Milyar dolar. tapi kalau 24 Euro Fighter
kayaknya gak mungkin pasti budgetnya mahal sekitar 3 milyar dolar, dan saya yakin maih ada tambahan pesawat tempur tpi sebaiknya pemerintah ambil SU-35 karena kita telah ambil F16 US jadi paling nggak kita split kekuatan AU kita Blok Rusia dan Blok US

Anonymous said...

menurut sy mending kt ngga ush ambil tawaran inggris utk thypoon, apakah ada jaminan nantinya tdk ada embargo lg ? kemandirian alutsista adalah hal mutlak, namun utk mengisi jeda wkt utk menuju kemandirian tsb lbh baik membeli alutsista dr negara2 yg tdk terlalu mempermslhkan urusan dlm negeri, pilihan rafale atau SU-35 adalah yg cukup realistis namun perlu diingat bhw cluster alusista kt terdiri dr bbrp cluster, ada cluster nato, cluster china, cluster rusia, dll , apakah nantinya tdk akan merepotkan pd saat pengoperasian dan pengintegrasiannya ? jika mslh tsb sdh dpt diatasi rasanya langkah menuju kemandirian alutsista akan lbh cepat lagi, Jayalah Indonesiaku ...

obatherbal99 said...

ada politik apa sih sby diundang ke inggris?

Anonymous said...

pernah denger masalah persekutuan 5 negara tersebut, dan memang kelima negara tersebut sudah dari dulu mulai melakukan banyak kerja sama. Amrik yang bikin pangkalan di ausie dengan alasan memantau pergerakan china itu hanya untuk kedok agar dapat memantau wilayah timur NKRI. Kemandirian perusahaan lokal NKRI sebenarnya mumpuni untuk membuat persenjataan sendiri, kurangnya suport dari pemerintah dan DPR yang sepertinya malah mengebiri militer kita.

Anonymous said...

Kalau saya melihat ini mungkin berhubungan dengan pesawat tempur IFX.

Apa kekurangan Indonesia dalam hal ini?

Jawabnya cuma satu yaitu mesin pesawat tempur, sedangkan hal lainnya Indonesia sudah mampu untuk melakukannya. Saya juga yakin pihak Indonesia memanfaatkan situasi LCS dan krisis di eropa untuk menekan inggris (eropa) untuk melakukan TOT 100% mesin pesawat tempur, dengan demikian Indonesia dimasa yang akan datang dapat mandiri sepenuhnya dalam merancang bangun pesawat tempur.

Rusia tidak berminat untuk TOT mesin pesawat terbang, maka inilah celah masuk yang dimanfaatkan oleh "Barat" untuk menarik perhatian Indonesia, agar tidak terlalu condong bergantung pada "Timur".

Ada Industri peralatan berat/besar di Inggris yaitu Roll Royce, Pabrik tersebut membuat segala mesin berukuran besar dan pangsa pasarnya sedikit tapi bisa mendapat keuntungan yang besar. mesin yang dibuatnya adalah berbagai jenis mesin pesawat sipil/komersial (didunia hanya ada 2, inggris dan amerika), berbagai jenis mesin pesawat tempur, berbagai jenis mesin kapal selam, dan mesin mesin berat untuk industri lainnya.

Saat ini eropa dan amerika masih bergelut dengan masalah krisis keuangan yang belum jelas kapan berakhirnya. Tentu saja karena krisis ini akan memukul pabrik mesin besar Roll Royce, dan tentu saja Inggris ingin menyelamatkan industri prestisius nya ini.

Apakah mungkin Inggris mau berbagi ilmunya mengenai mesin pesawat tempur dengan Indonesia?

Mudah2an iya bila situasi dunia tidak berubah tajam..

mari kita lihat saja perkembangannya di tahun tahun depan.