Tuesday, December 20, 2011

Segelas Anggur Alutsista

Sepanjang tahun ini kita disuguhi berita-berita yang menyenangkan dan membanggakan hati yang berkaitan dengan upaya menggagahkan hulubalang  republik. Anggaran belanja untuk pengawal republik terutama belanja alutsista digelontor secara besar-besaran. Kalau mau membanding-banding ini adalah periode belanja alutsista terbesar sejak jaman Dwikora tahun 60an.  Pada periode tahun 2010 sampai dengan 2014 Pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengalokasikan dana sebesar Rp 150 trilyun untuk memodernisasi persenjataan TNI.

Ibarat berbuka puasa, saat-saat yang dinanti itu akhirnya sampai juga waktunya manakala pengambil keputusan negeri ini bersama perwakilan rakyatnya menabuhkan bedug  saat berbuka puasa. Ya TNI berbuka puasa setelah sekian lama menjalani puasa keprihatinan, menjalani hari-hari operasinya dengan keterbatasan alutsista, sudah terbatas renta lagi.  Belum lagi belenggu embargo bertahun-tahun yang membuat pengawal republik ini menanggung derita kurang gizi alutsista.

Belanja alutsista sebesar itu untuk masa lima tahun ini diniscayakan menjadi langkah permulaan menuju puncak tangga MEF (minimum essential force), sebuah syarat mutlak bagi perbaikan gizi alutsista tentara untuk bisa mengawal apik negara kepulauan terbesar di dunia ini.  Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam berbagai kesempatan menggariskan bahwa pencapaian MEF bisa tercapai dalam tiga tahap, artinya tiga kali lima tahun sejak tahun 2010, sama dengan tahun 2024.  Pada saat itu Cina dan India telah berubah menjadi kekuatan regional yang disegani karena kekuatan militer dan alutsistanya punya kemampuan serang jarak jauh.

Dengan MEF tahap pertama ini esensi dasarnya adalah menutupi berbagai lubang yang menganga dari satuan-satuan tempur TNI yang kurang mendapat suplai alutsista selama duapuluh tahun.  Contohnya pengadaaan 16 pesawat coin Super Tucano dari Brasil yang mulai berdatangan tahun 2012, adalah untuk menggantikan pesawat uzur OV10 Bronco yang tinggal 4 biji dan grounded.  Selama 2 tahun terakhir ini skuadron yang berhome base di Malang ini tidak bisa melaksanakan fungsi operasionalnya karena alutsista utamanya tak boleh terbang.

Demikian juga pengadaan 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel untuk menggantikan jet tempur Hawk Mk53 yang sudah berusia 30 tahun dan hanya tersisa 5 unit.  Sementara 10 Jet tempur Sukhoi yang kita miliki saat ini  sejatinya untuk menggantikan pesawat tempur A4 Skyhawk yang sudah harus pensiun karena sudah tua, belinya pun beli second dari Israel akhir tahun 70an.  Perolehan 24 F16 hibah dari AS yang kemudian diupgrade setara dengan blok 52 adalah untuk menambah kekuatan 10 F16 Blok 15 Ocu yang dimiliki TNI AU saat ini.

Alutsista matra laut dan darat juga sama. TNI AL mengisi kekurangan kapal perang dengan pengadaan 4 KRI sigma, 4 KRI LPD dan beberapa kapal cepat rudal. TNI AD melakukan retrofit Tank AMX13, mendapat panser Anoa buatan Pindad untuk melengkapi batalyon infantri yang diubah menjadi batalyon infantri mekanis.  Sejauh ini tidak ada yang ditambah melainkan memenuhi kekurangan akibat stagnan rematerialisasi alutsista selama dua dekade.  Pekerjaan MEF saat ini adalah menambal sulam baju tempur yang compang-camping agar bisa dipakai sebagai baju tempur layak pakai.

Melihat daftar belanja alutsista yang sudah banyak dipublikasikan, apakah itu sudah berupa kontrak perjanjian dan tinggal menunggu kedatangan barangnya, atau sedang dalam proses penawaran dan bahkan dalam proses penjajakan sekalipun, maka TNI ada dalam sebuah ruang horizon menantikan saat berbuka puasa itu bersama segelas anggur yang bernama alutsista. Jujur diakui bahwa selama duapuluh tahun ini TNI hanya disuguhi kopi pahit melihat kondisi alutsistanya yang hidup segan mati tak mau.  Nah, mulai tahun 2012 akan banyak berdatangan berbagai jenis persenjataan modern untuk TNI. Yang lebih membanggakan tentu saja ada beberapa jenis alutsista itu diproduksi dengan pola kerjasama, berbagi teknologi dan bahkan buatan industri hankam dalam negeri.

Bersama segelas anggur alutsista yang disuguhkan itu diharapkan postur kekuatan persenjataan TNI tahun 2014 sudah pulih namun tentu belum sampai pada ukuran gahar apalagi ideal. Oleh karena itu kesinambungan perkuatan alutsista TNI perlu terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru pasca 2014, minimal dengan anggaran yang sama dengan yang dilakukan Pemerintah saat ini.  Tidak terlalu dini kalau kita mengatakan saat ini agar pergantian pucuk pimpinan republik ini tahun 2014 tidak menghentikan upaya perkuatan alutsista TNI dalam rangka mencapai kekuatan pertahanan yang setara dengan jiran. 

Tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 adalah masa penting untuk mempersiapkan kekuatan TNI bersamaan dengan kondisi dan situasi kawasan regional yang semakin dinamis berebut pengaruh dan memperebutkan sumber daya energi fosil di Laut Cina Selatan.  Cina tahun 2020 sudah memastikan menjadi kekuatan militer dan ekonomi regional yang berpengaruh.  India semakin memperjelas posisi kekuatan militernya yang kian perkasa. Sementara Australia, Malaysia, Singapura dan Vietnam terus memperkuat alutsistanya dengan kekuatan pukul maksimal. Tanda-tanda jaman itu sudah mulai menampakkan inkubasinya. AS sebagai pengendali kekuatan regional Asia Pasifik sudah menetapkan Darwin dan Singapura sebagai pangkalan militernya.  Sementara Cina sudah membangun pangkalan angkatan lautnya di Hainan persis di depan laut Cina Selatan, bersebelahan dengan Vietnam.

Melihat besarnya jumlah anggaran yang disediakan, dalam proses pengadaan alutsista segala matra ini Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan, DPR  dan Mabes TNI tetap keukeuh dan istiqomah  menjaga dan mengawal tahapan demi tahapan yang dilalui termasuk nilai kepantasan harga beli alutsista. Tidak mudah terjebak dalam lingkaran makelar pangkat dua, maksudnya di pihak pembeli ada makelarnya demikian juga di pihak penjual, sehingga harga jual alutsista menjadi tidak pantas.  Pasar alutsista selalu berada dalam ruang persaingan lintas negara termasuk lintas intelijen yang saling menjegal satu sama lain dalam upaya memperebutkan segelas anggur alutsista.
******
Jagvane, 20 Desember 2011

3 comments:

mas_yun said...

Pak, jangan cuma segelas...!
Harus bergelas2......
Wilayah indonesia sangat luas...
Konsep pertahanan harus mengacu pertahanan pulau...masing2 pulau hrs bisa memepertahankan sendiri...
Saya hanya membayangkan 17 BMP paling hanya bisa buat mengcover kira2 seluas 1 kabupaten..jumlah kabupaten kita berapa? Bandingkan dengan Pakistan yg wilayahnya cm secuil. Perhitungan awam saya 1 kabupaten jumlah ideal minimal dihandle 5 tank/berbagai jenis.
Dan dengan pertahanan pulau, ketika ada ancaman tidak perlu repot2 mendeploy alutsista yg memakan waktu dan tenaga. Jaya Indonesia!!

Anonymous said...

setuju dengan Mas yun, kalo bisa produksi dan riset panser canon 90 mm dan 20 mm kita dipercepat juga ya.

Anonymous said...

Setuju.. tapi jangan anggur yg bikin mabuk !!!!!!! Kalau mabuk bisa sulut perang !!!!