Thursday, January 13, 2011

Indonesia Membangun Industri Alutsista

Klaim Malaysia atas blok konsesi Ambalat di Provinsi Kalimantan Timur lima tahun silam dengan menggerakkan kapal perangnya di sekitar Karang Unarang membuat marah petinggi TNI. Cilangkap menganggap ini merupakan  penghinaan teritori NKRI terbesar sepanjang 40 tahun terakhir karena berkaitan dengan manuver kapal perang asing yang melakukan provokasi terang-terangan sampai menyandera pekerja pembuatan mercu suar Karang Unarang.

Mabes TNI segera melakukan operasi militer dan intelijen dengan mengerahkan puluhan kapal perang dan ribuan pasukan marinir ke lokasi Ambalat, menempatkan sejumlah pesawat tempur di Balikpapan dan Tarakan, dan mengusir kapal perang Malaysia dari perairan itu sekaligus memastikan kehadiran 5-6 kapal perang yang ready for siaga yudha 24 jam sehari.

Kondisi ini tentu bukan untuk hangat-hangat tahi ayam.  Petinggi TNI pasti tahu bahwa urusan klaim teritori memerlukan waktu penyelesaian bertahun-tahun dan selama waktu itu TNI harus terus melakukan pengawasan penuh atas wilayah konflik perbatasan.  Dalam perjalanan waktu itu tentu saja pemikir strategis TNI melakukan olah pikir dan olah daya sembari menginventarisir kekuatan alutsista yang dimiliki dan lalu dibandingkan dengan milik tetangga. 

Sebagai negara kepulauan terbesar tentu saja kekuatan angkatan laut dan udara merupakan kekuatan pukul utama manakala negara dalam keadaan diserang negara lain baik skala terbatas maupun skala luas.  Nah, setelah dihitung-hitung dengan cermat maka dimulailah program peremajaan alutsista dengan membeli arsenal ke berbagai negara.

Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2010 ini berbagai alutsista strategis sudah dalam genggaman TNI bersama perkuatan personil.  Bisa disebut 4 korvet sigma buatan Belanda, 4 LPD kerjasama Korsel-PAL, integrasi sistem tempur dengan rudal yakhont pada KRI Fregat Ahmad Yani Class, pasang rudal C802 di sejumlah Kapal Cepat Rudal, overhaul Kapal selam KRI Nanggala di Korsel (bonusnya hibah 10 LVT7 amphibi), pembuatan 16 kapal cepat rudal di PAL, pembuatan 11 LST di PAL, 6 Sukhoi, 17 tank amphibi BMP-3F, pasang radar militer di 7 lokasi  strategis, pembentukan skuadron UAV di Pontianak dan Pekan Baru, pembelian 16 Super Tucano, tambahan pesanan 6 Sukhoi, tambahan  6 unit pesawat tempur F16, upgrade 8 Hercules, pesan 9 heli Cougar dari PT DI, pesan 6 CN 235 ASW dari PT DI, beli 4 MI35 dan 8 Mi17, pembelian ratusan rudal QW3 untuk Marinir dan Paskhas, pembelian rudal Exocet terbaru, pembuatan 154 panser Pindad, kerjasama pembuatan 44 panser Canon dengan Korsel, beli 40 kendaraan lapis baja dari Jerman, beli ratusan rudal anti tank, pembangunan pangkalan TNI AL di Padang, Tarakan, Kupang dan Merauke, pembangunan pangkalan TNI AU di Tarakan, penambahan puluhan batalyon infantri, mekanis, marinir dan paskhas, pembentukan divisi 3 Kostrad.  Setidaknya ini yang nampak di depan mata.

Tahun 2010 program alutsista dipertajam dengan membanguni industri hankam dalam negeri dengan memberdayakan PT PAL, PT DI, Pindad dan industri alutsista swasta  untuk menghasilkan arsenal produksi dalam negeri termasuk kerjasama dengan LN membangun altusista di tanah air.  Kemhan melakukan terobosan besar dibawah kepemimpinan Menhan Purnomo dengan melakukan kerjasama strategis pembuatan pesawat tempur KFX bersama Korsel.  Kemudian Kemhan juga meluncurkan pembuatan 10 kapal perang PKR kerjjasama dengan Schelde Belanda.  Tahun ini juga akan dilaunching proyek strategis kerjasama pembuatan minimal 4 kapal selam  kerjasama dengan Jerman atau Korsel.  Proyek rudal strategis juga sudah berjalan mulus tanpa publikasi luas. Rudal Lapan-Pindad mampu menempuh jarak tembak sampai 350 km.  Oktober ini akan dilakukan uji coba dengan menembakkan 10 rudal berhulu ledak tinggi di  pusat latihan tempur Baturaja Sumatera Selatan.

Untuk jangka panjang memproduksi alutsista buatan negeri sendiri sesungguhnya memberikan nilai ibadah yang tinggi bagi generasi bangsa berikutnya.  Betapa tidak, mereka yang diwariskan dengan industri hankam strategis akan merasa sangat bangga bahwa tanah airnya yang bernama Indonesia sudah mampu memproduksi pesawat angkut, pesawat tempur, kapal perang, kapal selam, tank, rudal dan arsenal lainnya.  Kondisi ini akan memberikan semangat bertanah air yang tinggi dan fight serta memberikan dampak detterens bagi jiran yang suka meremehkan kedaulatan NKRI.  Ingat cara Soekarno membuat proyek bernilai nasionalis tinggi, Masjid Istiqlal, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monas, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera.  Itu semua dibangun ketika ekonomi rakyat berkategori sangat miskin namun sekarang menjadi kebanggaan bangsa dan rakyat kita.

Kita berharap pembangunan industri alutsista dalam negeri ini berjalan konsisten, terpadu, terarah dan transparan tanpa benturan konflik kepentingan.  Soalnya musuh terbesar dalam program ini  adalah  ketidakkonsistenan itu sendiri dan intelijen makelar senjata yang selalu merayu petinggi Kemhan dengan berbagai cara, dengan iming-iming komisi menggiurkan untuk memakai arsenal buatan pabrik kapitalis ini dan itu.  Mudah-mudahan Menhan Purnomo yang enerjik dan berakal cerdik itu bersama pengambil keputusan di Kemhan dan Mabes TNI mampu berjalan seiring, seia sekata untuk menghasilkan alutsista strategis buatan anak bangsa, mewariskan kehormatan dan kebanggaan pada generasi bangsa berikutnya.

****
Jagvane

1 comment:

F 14 TOMCAT said...

buat TNI ku tercinta jadikan wilayah perbatasan sebagai garda terdepan untuk mempertahankan keutuhan NKRI...untuk pempus & pemda percepat pembangunan wlyh prbtsan demi ksjhtraan rakyat..MAJU TERUS TNI KU